Tuesday, June 12, 2018

PERCAYA TAKHAYUL: Tidak Percaya Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Juni 2018

Baca:  1 Timotius 4:1-16

"Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua."  1 Timotius 4:7a

Ada berbagai macam takhayul yang berkembang subur dalam kehidupan masyarakat dan dipercayai oleh banyak orang.  Bahkan tidak sedikit orang Kristen yang juga percaya pada takhayul dan terlibat dalam praktek kuasa kegelapan ini.  Takhayul adalah suatu kepercayaan yang tidak berdasarkan akal sehat dan kebenaran;  kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap ada atau sakti, tetapi sebenarnya tidak ada atau tidak sakti.  Sumber kepercayaan akan takhayul bisa berasal dari ajaran turun-temurun atau petuah nenek moyang, ada istiadat masyarakat setempat atau langsung dari roh-roh penyesat.

     Contoh-contoh takhayul:  rumah yang berada di posisi  'tusuk sate'  tidak akan membawa keberuntungan, menanam pohon pepaya di depan rumah akan seret jodoh bagi orangtua yang punya anak gadis, pada foto bertiga yang tengah pasti akan terpisah jauh atau cepat mati dan sebagainya.  Termasuk juga percaya kepada hari-hari atau tanggal-tanggal tertentu yang diyakini mendatangkan keberuntungan, padahal semua hari adalah baik dan Tuhan menciptakan hari-hari untuk kebaikan manusia.  "Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun."  (Galatia 4:10).  Orang yang mempercayai takhayul pada akhirnya akan terus dihantui dan diintimidasi rasa takut yang tak beralasan:  takut sial, takut mati, takut seret rejekinya dan lain-lain.  Ketakutan yang disebabkan karena mempercayai takhayul adalah pertanda bahwa orang sudah masuk dalam perangkap jebakan Iblis, yang adalah bapa segala pendusta  (Yohanes 8:44).  Padahal Tuhan tidak memberikan kepada kita roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban  (2 Timotius 1:7).

     Orang Kristen yang masih percaya takhayul sama artinya berkompromi dengan kuasa kegelapan.  Rasul Paulus memperingatkan kita untuk menjauhi takhayul dan dongeng nenek-nenek tua  (ayat nas).  Percaya takhayul berarti melakukan perzinahan rohani.  Itu adalah kebencian Tuhan!  Dalam kekristenan tak ada istilah percaya  'setengah-setengah'  kepada Tuhan, suam-suam kuku.  "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku."  (Wahyu 3:16).

Jauhilah segala hal yang berhubungan dengan kuasa gelap dan percayalah hanya kepada Tuhan!

Monday, June 11, 2018

MERASA AMAN-AMAN SAJA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Juni 2018

Baca:  Yesaya 47:1-15

"Engkau tadinya merasa aman dalam kejahatanmu, katamu: 'Tiada yang melihat aku!' Kebijaksanaanmu dan pengetahuanmu itulah yang menyesatkan engkau, sehingga engkau berkata dalam hatimu: 'Tiada yang lain di sampingku!'"  Yesaya 47:10

Keadaan dunia saat ini benar-benar gawat darurat!  Mengapa?  Karena dunia dipenuhi dengan orang-orang yang sudah tidak lagi punya kepekaan rohani.  Buktinya?  Banyak orang merasa aman-aman saja sekalipun telah melakukan dosa.  Sudah menipu sana-sini, melakukan korupsi, terlibat seks bebas, mengonsumsi narkoba, berselingkuh, tetap saja tidak merasa bersalah, menyesal pun tidak.  Orang-orang yang berlaku demikian itu sama artinya telah meremehkan Tuhan, menganggap Tuhan tidak Mahatahu, atau bahkan menganggap bahwa Tuhan itu tidak ada.  Jangan sesat!  Tuhan tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan.  "Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya."  (Galatia 6:7).  Setiap ketidaktaatan pasti mendatangkan akibat!

     Alkitab sudah mencatat bagaimana keadaan manusia pada akhir zaman yaitu tidak lagi punya rasa takut akan Tuhan  (2 Timotius 3:1-9).  Setiap kali orang melakukan dosa, alasan klise selalu dikemukakan:  maklum, manusia biasa yang penuh dengan kelemahan dan kekurangan, jadi sah-sah saja bila orang melakukan dosa.  Pola pikir yang demikian mengakibatkan hati nurani orang menjadi mati dan telinganya pun menjadi tebal terhadap teguran.  Mereka tidak lagi peduli dengan akibat yang harus ditanggungnya alias bersikap masa bodoh.  "Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus. Sebab kalau firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap berlaku, dan setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal, bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu,"  (Ibrani 2:1-3).

     Orang percaya yang telah diselamatkan dan tahu akan kebenaran adalah wajib untuk hidup dalam kebenaran.  Jika ada di antara orang percaya yang masih hidup dalam dosa tapi merasa diri aman-aman saja, jangan tunda-tunda waktu untuk segera bertobat!  "Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu."  (Ibrani 10:26). 

Perbuatan dosa hanya akan menuntun orang kepada kebinasaan kekal!