Friday, May 18, 2018

FIRMAN TUHAN ADALAH KEGIRANGAN KITA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Mei 2018

Baca:  Mazmur 119:105-112

"Peringatan-peringatan-Mu adalah milik pusakaku untuk selama-lamanya, sebab semuanya itu kegirangan hatiku."  Mazmur 119:111

Tidak sedikit orang menganggap bahwa firman Tuhan itu hanyalah sebuah tulisan manusia biasa yang terangkum dalam sebuah buku yang disebut Alkitab, sehingga mereka pun malas menyediakan waktu secara intens untuk membaca, apalagi merenungkannya.  Mereka tampak meragukan kuasa yang terkandung di dalam firman Tuhan.  Rasul Paulus secara tegas menyatakan,  "...Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,"  (Roma 1:16).

     Orang percaya yang menyadari bahwa firman Tuhan adalah perkataan Tuhan sendiri, yang mengandung kekuatan kuasa yang besar, takkan segan-segan lagi untuk menjadikan firman Tuhan sebagai makanan rohani setiap hari.  Kita banyak mendengar kesaksian dari saudara-saudara seiman yang diubahkan hidupnya  (disembuhkan, dipulihkan dan diberkati)  ketika mereka memercayai firman Tuhan dan tinggal di dalam-Nya.  Alangkah bodohnya jika ada orang Kristen yang beranggapan bahwa membaca dan merenungkan firman Tuhan adalah sebuah aktivitas yang sangat membosankan dan hanya membuang-buang waktu saja.  Orang yang menyadari bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan  (Matius 4:4)  akan dengan rela hati menyediakan waktu untuk merenungkan firman Tuhan setiap hari.

     Selama kita membaca firman Tuhan secara asal-asalan firman tersebut tidak dapat diserap menjadi iman.  Jadi merenungkan firman artinya membaca dan meneliti dengan serius sampai kita menemukan kedalamannya, ibarat akar pohon yang terus merambat ke bawah tanah sampai menemukan sumber air.  Bagi Daud merenungkan firman Tuhan adalah suatu kegirangan  (ayat nas), dan kegemaran:  "Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan."  (Mazmur 119:16), juga merupakan kesukaan baginya:  "...Taurat-Mu menjadi kesukaanku."  (Mazmur 119:174).  Daud tahu benar bahwa di dalam firman-Nya terkandung janji-janji Tuhan dan kuasa yang dahsyat!

"Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada."  Mazmur 33:9

Thursday, May 17, 2018

BEROLEH PERKENANAN DARI TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Mei 2018

Baca:  Kejadian 6:1-22

"Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN."  Kejadian 6:1-22

Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa pada zaman Nuh semua manusia telah rusak berat perbuatannya, bahkan  "...segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,"  (ayat 5).  Saking jahatnya sampai-sampai Tuhan merasa menyesal telah menjadikan manusia.  Namun di tengah-tengah dunia yang begitu jahat itu Tuhan masih mendapati satu pribadi yang berkenan di hati-Nya, yaitu Nuh,  "...seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya;"  (ayat 9).  Menurut bahasa Ibrani Nuh berasal dari kata  'Noah atau Noa'  yang berarti istirahat, tenteram, atau memiliki makna sabat atau penghiburan.

     Faktor apa saja yang membuat hidup Nuh dikenan oleh Tuhan?  1.  Nuh memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan.  Tertulis:  "...Nuh itu hidup bergaul dengan Allah."  (ayat 9b).  Terjemahan lain menjelaskan bahwa Nuh senantiasa mengikuti kehendak Tuhan dan hidup dalam hubungan yang erat dengan Dia.  Artinya antara Nuh dan Tuhan senantiasa terjalin komunikasi yang intim;  dan terhadap orang yang bergaul karib dengan-Nya Ia memberitahukan rencana dan perjanjian-Nya  (Mazmur 25:14).  Berfirmanlah Tuhan kepada Nuh,  "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi. Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir;"  (Kejadian 6:13-14).  2.  Nuh taat melakukan kehendak Tuhan  (Kejadian 6:22).  Sekalipun perintah Tuhan itu sulit untuk dilakukan dan sangat tidak masuk akal, Nuh tidak melakukan perbantahan dengan Tuhan, mengeluh atau berdalih, tapi ia tetap taat.  Padahal Nuh belum pernah melihat hujan dan ia hidup jauh dari samudera, belum lagi proses pembuatan bahtera yang memakan waktu bertahun-tahun dengan peralatan yang juga serba terbatas.  Nuh rela berkorban dan melakukan yang terbaik bagi Tuhan!

     Akhirnya ketaatan Nuh pun terbayarkan!  Ketika semua manusia dan makhluk yang hidup di zaman itu mengalami kebinasaan,  "...hanya Nuh yang tinggal hidup dan semua yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu."  (Kejadian 7:23).  Mereka selamat!

Tuhan sedang mencari  'Nuh-Nuh'  akhir zaman, orang yang mau taat melakukan kehendak Tuhan dan hidup tanpa kompromi dengan dunia!