Thursday, May 3, 2018

BERSERAH KEPADA TUHAN: Berlaku Hidup Benar

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Mei 2018

Baca:  Mazmur 55:1-24

"Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah."  Mazmur 55:23

Setiap hari manusia tak dapat menghindarkan diri atau lari dari masalah, penderitaan dan kesesakan.  Itu adalah bagian dari kehidupan manusia.  Musa berkata,  "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap."  (Mazmur 90:10).  Hal-hal tak terprediksi, tak disangka, tak diduga, peristiwa atau kejadian yang tak pernah diharapkan bisa saja menimpa seperti bencana, kecelakaan, musibah, malapetaka dan bahkan kematian.  Inilah realitas hidup manusia yang tak bisa disangkal!

     Sebagai manusia seharusnya kita menyadari betapa terbatasnya kekuatan dan kemampuan kita.  Seharusnya pula kita bersikap rendah hati di hadapan Tuhan.  Orang-orang yang rendah hati selalu merasa miskin di hadapan Tuhan karena kekuatannya terbatas.  Ada tertulis:  "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga."  (Matius 5:3).  Jika menyadari betapa terbatas kekuatan kita seharusnya kita merasa sangat membutuhkan Tuhan dan berserah penuh kepada-Nya.  Orang yang berserah kepada Tuhan secara benar pasti berusaha agar hidupnya selaras dengan kehendak-Nya.  Jadi hidup berserah kepada Tuhan itu tidak dapat dipisahkan dari hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya.

     Ada orang-orang yang hidup dalam ketidaktaatan, hidup menurut kehendak sendiri dan tidak mau merendahkan diri di hadapan Tuhan, tapi mereka menuntut Tuhan untuk menjawab doa-doanya dan memenuhi segala yang dibutuhkan.  Bukankah ini suatu sikap yang tidak baik dan sangat mempermainkan Tuhan!  Orang yang demikian tak selayaknya menuntut banyak hal kepada Tuhan.  Jika ada di antara kita yang berlaku demikian, hal terbaik yang harus kita lakukan adalah segeralah bertobat sebelum Tuhan bertindak:  "Aku akan menentukan kamu bagi pedang, dan kamu sekalian akan menekuk lutut untuk dibantai! Oleh karena ketika Aku memanggil, kamu tidak menjawab, ketika Aku berbicara, kamu tidak mendengar, tetapi kamu melakukan apa yang jahat di mata-Ku dan lebih menyukai apa yang tidak berkenan kepada-Ku."  (Yesaya 65:12).

Menurut kehendak Tuhan adalah tanda orang punya penyerahan diri pada-Nya!

Wednesday, May 2, 2018

NANTIKANLAH TUHAN DAN IKUTI JALANNYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Mei 2018

Baca:  Mazmur 37:34-40

"Nantikanlah TUHAN dan tetap ikutilah jalan-Nya, maka Ia akan mengangkat engkau untuk mewarisi negeri, dan engkau akan melihat orang-orang fasik dilenyapkan."  Mazmur 37:34

Ketidaksabaran menantikan waktu Tuhan seringkali menghalangi kita untuk melihat kebaikan Tuhan dan pekerjaan-Nya yang dahsyat dinyatakan.  Karena tidak sabar menunggu Tuhan bertindak kita seringkali menjadi frustasi dan kemudian berpaling untuk mencari pertolongan kepada yang lain.  Sikap hati kita berubah dan hal itu berdampak pula pada sikap dan perkataan kita.  Yang keluar dari mulut kita keluhan, persungutan, umpatan, omelan dan ungkapan-uangkapan kekecewaan lainnya.

     Daud mengingatkan bahwa seberat apa pun situasi yang kita alami jangan sekali-kali berubah sikap, tetaplah menaruh pengharapan kepada Tuhan, sebab semua orang yang menantikan Tuhan dan berharap kepada-Nya takkan mendapat malu;  yang mendapat malu ialah mereka yang berbuat khianat dengan tidak ada alasannya  (Mazmur 25:3).  Di dalam kata  'nantikan'  ini terkandung unsur berharap, berharap akan pertolongan Tuhan.  Sedangkan kata  'mengikuti'  (Ibrani:  shamar)  secara literal berarti memagari, melindungi atau menjaga.  Jika dihubungkan dengan jalan Tuhan, memiliki pengertian memagari, melindungi dan menjaga jalan Tuhan di dalam dirinya, atau tidak akan membiarkan jalan Tuhan itu dirusak oleh perkataan dan perbuatannya sendiri, atau tidak tahan terhadap godaan-godaan yang datang dari pihak luar.  Jadi menantikan Tuhan dan mengikuti jalan-Nya adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan, bagaikan dua sisi mata uang.  Tak mungkin seseorang dikatakan sedang menanti-nantikan Tuhan tapi di sisi lain ia tidak mau mengikuti jalan-jalan Tuhan, atau hidup menyimpang dari jalan Tuhan. 

     Di dalam menantikan Tuhan pasti terkandung unsur ketekunan, kesabaran dan kesungguhan untuk melakukan kehendak Tuhan.  Sekalipun keadaan belum tampak berubah, sekalipun orang-orang di sekitar menyemooh, mengejek dan berkata bahwa itu percuma, jangan pernah goyah, sebab Tuhan pasti bertindak tepat pada waktu-Nya.

Kunci untuk mengalami pertolongan Tuhan dan menikmati berkat-berkat-Nya adalah tekun menantikan Dia dan mengikuti jalan-Nya!