Sunday, April 22, 2018

MENGANDALKAN DIRI SENDIRI: Menuai Kehancuran

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 April 2018

Baca:  2 Tawarikh 16:1-14

"Karena engkau bersandar kepada raja Aram dan tidak bersandar kepada TUHAN Allahmu, oleh karena itu terluputlah tentara raja Aram dari tanganmu."  2 Tawarikh 16:7

Alkitab mencatat bahwa ketika Asa hidup percaya kepada Tuhan dengan sepenuh hati, dan hidup mengandalkan dia, maka Tuhan mengaruniakan keamanan dan ketenteraman atas negerinya,  "Tidak ada perang sampai pada tahun ketiga puluh lima pemerintahan Asa."  (2 Tawarikh 15:19).  Apa yang terjadi kemudian?  Setelah hidupnya berhasil raja Asa mulai berubah sikap, hatinya tidak lagi berpaut kepada Tuhan.  Ia mulai bersandar kepada pengertiannya sendiri dan tidak lagi melibatkan Tuhan dalam setiap keputusan.

     Ketika sedang mengalami masalah berat yaitu menghadapi Baesa  (raja Israel), Asa tidak lagi mencari pertolongan kepada Tuhan seperti yang dahulu dilakukan.  Ia mulai menggunakan akal pikirannya sendiri, lalu mencari pertolongan kepada dunia dan berharap kepada manusia yaitu meminta pertolongan kepada raja Aram.  Demi beroleh bantuan ia rela mempersembahkan harta benda yang ada di dalam Bait Tuhan.  "...Asa mengeluarkan emas dan perak dari perbendaharaan rumah TUHAN dan dari perbendaharaan rumah raja dan mengirimnya kepada Benhadad, raja Aram yang diam di Damsyik dengan pesan: 'Ada perjanjian antara aku dan engkau, antara ayahku dan ayahmu. Ini kukirim emas dan perak kepadamu. Marilah, batalkanlah perjanjianmu dengan Baesa, raja Israel, supaya ia undur dari padaku.'"  (2 Tawarikh 16:2-3).

     Akibat perbuatan bodoh ini raja Asa harus menanggung akibatnya:  "...terluputlah tentara raja Aram dari tanganmu. Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. Dalam hal ini engkau telah berlaku bodoh, oleh sebab itu mulai sekarang ini engkau akan mengalami peperangan."  (2 Tawarikh 16:7, 9).  Sejak saat itu ketenteraman dan keamanan semakin menjauh dari negeri Yehuda!  Dan  "Pada tahun ketiga puluh sembilan pemerintahannya Asa menderita sakit pada kakinya yang kemudian menjadi semakin parah."  (2 Tawarikh 16:12).  Sesungguhnya hal itu adalah kesempatan bagi Asa untuk bertobat, namun dalam kondisi yang demikian ia tetap saja tidak mau bertobat, malahan ia tetap mencari pertolongan kepada tabib-tabib, bukan mencari Tuhan.

Jangan sekali-kali mengandalkan kekuatan sendiri jika tidak ingin hancur!

Saturday, April 21, 2018

PERCAYA KEPADA TUHAN: Ada Kemenangan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 April 2018

Baca:  2 Tawarikh 14:2-15

"Ia memerintahkan orang Yehuda supaya mereka mencari TUHAN, Allah nenek moyang mereka, dan mematuhi hukum dan perintah."  2 Tawarikh 14:4

Orang Kristen disebut sebagai orang percaya, tapi sesungguhnya tidak semua orang Kristen percaya kepada Tuhan dengan segenap hati.  Ketika dihadapkan pada masalah atau pergumulan hidup kita cenderung mengandalkan kekuatan sendiri atau mengandalkan akal pikiran daripada mengandalkan Tuhan;  kita memutuskan segala sesuatu menurut pertimbangan dan kehendak sendiri;  kita memiliki banyak rencana hidup tanpa mau melibatkan Tuhan karena beranggapan bahwa rencana sendiri adalah yang terbaik.  Alkitab memperingatkan:  "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;"  (Amsal 3:5-7).

     Marilah kita belajar dari pengalaman hidup Asa, seorang raja yang pernah memerintah kerajaan Yehuda menggantikan ayahnya  (Abia).  Alkitab mencatat bahwa di awal pemerintahan  "Asa melakukan apa yang baik dan yang benar di mata TUHAN, Allahnya. Ia menjauhkan mezbah-mezbah asing dan bukit-bukit pengorbanan, memecahkan tugu-tugu berhala, dan menghancurkan tiang-tiang berhala."  (2 Tawarikh 14:2-3).  Asa hidup mengandalkan Tuhan dan percaya kepada-Nya dengan sepenuh hati dan memerintahkan seluruh rakyatnya untuk mencari Tuhan dan hidup taat melakukan firman-Nya.  Ketika raja Asa dan seluruh rakyatnya hidup mengandalkan Tuhan dan taat kepada-Nya Tuhan mengaruniakan keamanan atas seluruh negeri.

     Ketika berperang melawan Zerah, orang Etiopia dengan kekuatan 1 juta orang tentara, tiga ratus kereta dan lengkap dengan peralatan tempur yang canggih, secara teori pasukan Yehuda mustahil bisa menang karena kekuatan mereka hanya 300.000 orang bersenjatakan perisai besar dan tombak, dan 280.000 orang sebagai pemanah.  Tetapi karena raja Asa mengandalkan Tuhan, mujizat terjadi:  musuh dipukul kalah.  Mereka tampil sebagai pemenang dan beroleh jarahan yang sangat besar!  (2 Tawarikh 14:12-13).

Ketika raja asa percaya kepada Tuhan dengan sepenuh hati dan mengandalkan Dia, kerajaannya aman dan berkemenangan!