Tuesday, March 13, 2018

SALAH DIDIKAN: Fatal Akibatnya

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Maret 2018

Baca:  1 Samuel 2:11-26

"Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu? Janganlah begitu, anak-anakku."  1 Samuel 2:23-24a

Imam Eli adalah seorang imam besar Israel di kota Silo, sebelum ia digantikan oleh Samuel.  ia adalah orang Lewi dari garis keturunan Itamar bin Harun.  Sebagai imam ia bertugas melayani Tuhan dan menjadi perantara antara umat dengan Tuhan, seorang yang dipilih untuk tugas-tugas keimamatan yang suci dan yang diharapkan mampu menjadi teladan yang baik, serta memberi pengaruh besar terhadap suku-suku di Israel.

     Sangat disesalkan, nama besar imam Eli telah tercoreng oleh karena kelakuan anak-anaknya.  Alkitab menyatakan bahwa  "...anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN, ataupun batas hak para imam terhadap bangsa itu."  (1 Samuel 2:12-13).  Kedua anak imam Eli, Hofni dan Pinehas, terbukti tidak menghormati Tuhan dan menyalahgunakan jabatan imam mereka untuk melakukan perbuatan-perbuatan jahat.  Mereka yang seharusnya menjaga kekudusan hidup, malah berlaku najis di hadapan Tuhan dengan melakukan perzinahan dan berbagai macam pelanggaran.  Sebagaimana diketahui tugas keimaman merupakan tugas turun-temurun.  Demikian juga tugas keimaman Eli, yang oleh karena umurnya sudah lanjut maka tugasnya sebagai imam diturunkan kepada kedua anaknya, Hofni dan Pinehas.  Meski demikian Eli tetap sebagai imam senior atau pemimpin di tempat tersebut.

     Mengapa anak-anak imam Eli bisa berlaku dursila?  Karena imam Eli kurang keras dalam mendisiplinkan anak-anaknya.  Ia terlalu bersikap lunak dan bertoleransi terhadap apa yang dilakukan oleh anak-anaknya, padahal mereka jelas-jelas hidup menyimpang dari kebenaran.  Sebagai orangtua dan juga pemimpin rohani seharusnya imam Eli punya keberanian dan ketegasan untuk menegur anak-anaknya, dan jika perlu menghajarnya.  Usia tua seharusnya bukan menjadi penghalang baginya untuk tetap bertindak tegas!  Mengasihi anak itu harus, tapi bukan memanjakan.  Teguran dan hajaran itu perlu, karena hal itu berguna untuk menyelamatkan anak dari jalan yang sesat.

Karena gagal dalam menjalankan tugas keimamannya, keluarga imam Eli harus menanggung akibatnya  (1 Samuel 2:34-35).

Monday, March 12, 2018

TEGURAN DAN HAJARAN: Demi Masa Depan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Maret 2018

Baca:  Ibrani 12:5-11

"Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?"  Ibrani 12:7

Jangan marah, kecewa dan memberontak kepada Tuhan kalau kita sedang ditegur dan dihajar oleh Tuhan.  "Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang."  (Ibrani 12:7b-8).  Teguran dan hajaran yang Tuhan berikan akan menyadarkan kita pada kesalahan dan itu berarti Tuhan menganggap kita sebagai anak yang dikasihi-Nya.  Didikan keras Tuhan yang berupa hajaran dan hukuman bukan bertujuan menghancurkan atau membinasakan, tetapi bertujuan untuk kebaikan dan masa depan kita.  "...dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya."  (Ibrani 12:10).

     Seorang anak yang tidak dididik dengan benar akan bertumbuh ke arah yang tidak benar pula.  Berbeda dengan seorang anak yang dididik dengan baik dan mendapat teguran maupun hajaran ketika melakukan kesalahan.  Ia akan bertumbuh memiliki nilai-nilai kebenaran dalam setiap perilakunya.  Oleh karena itu  "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."  (Amsal 22:6).  Pada saatnya ia akan menuai sendiri hasil di kemudian hari oleh karena nilai-nilai kebenaran yang ia praktekkan.  "Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya."  (Ibrani 12:11).

     Teguran dan hajaran itu memang sangat menyakitkan secara daging dan membuat tidak nyaman, namun di balik itu tersimpan rencana Tuhan yang indah.  Tetaplah bersyukur, karena Tuhan tidak pernah merancangkan kecelakaan atau hal jahat bagi kita.

"Berbahagialah orang yang Kauhajar, ya TUHAN, dan yang Kauajari dari Taurat-Mu, untuk menenangkan dia terhadap hari-hari malapetaka,"  Mazmur 94:12-13