Tuesday, March 6, 2018

HIDUP KRISTIANI: Sebuah Pertanggungan Jawab (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Maret 2018

Baca:  2 Korintus 5:1-11

"Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat."  2 Korintus 5:10

Banyak orang Kristen beranggapan bahwa hidup kristiani adalah kehidupan yang mudah, sebab melalui pengorbanan Kristus di kayu salib, yang olehnya kita diselamatkan, kita terhindarkan dari sebuah tanggung jawab.  Kita tak perlu repot ini itu, sekali selamat tetap selamat.  Benarkah?  Tidak.  Justru anugerah keselamatan yang Kristus berikan dengan cuma-cuma ini menempatkan setiap orang percaya pada sebuah tanggung jawab yang besar.  Rasul Paulus menasihati,  "...tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar,... Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda,"  (Roma 14:12).

     Jika menyadari bahwa hidup ini adalah sebuah pertanggungan jawab, masihkah kita menjalani hidup kekristenan dengan sembrono dan seenaknya sendiri?  "...saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup."  (Roma 8:12-13).  Kita adalah orang-orang yang berhutang secara Roh, karena itu kita harus hidup menurut Roh, artinya bahwa segala sesuatu yang dilakukan harus sesuai dengan kehendak Tuhan.  Firman Tuhan menegaskan:  "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).

     Sebagai ciptaan baru kita harus mengalami kematian  'manusia lama'  dan hidup mengenakan  'manusia baru'.  Mati dari manusia lama berarti kita bersikap tegas dan tidak lagi kompromi dengan dunia ini.  Cara berpikir, pola hidup dan gaya hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan harus benar-benar ditinggalkan, seperti umat Israel yang diperintahkan Tuhan untuk menumpas bangsa-bangsa di Kanaan, sebab bangsa-bangsa itu adalah penyembah berhala, jika tidak ditumpas, mereka bisa menjadi jerat.

Enggan melepaskan diri dari ikatan-ikatan dunia adalah tanda bahwa orang percaya masih belum  'mati'  dari manusia lama.

Monday, March 5, 2018

WAKTU ITU MAHAL HARGANYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Maret 2018

Baca:  Matius 24:32-36

"Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu."  Matius 24:33

Ketika sedang berpergian dengan mengendarai taksi, hal yang paling diperhatikan oleh kebanyakan orang adalah argometer, alat ukur banyaknya uang yang harus dibayar berdasarkan jarak tempuh dan waktu penggunaan.  Semakin jauh jarak yang ditempuh dan semakin lama waktunya, semakin mahal ongkos yang harus dikeluarkan, terlebih ketika jalanan sedang macet, sementara tujuan masih sangat jauh.  Selama argometer terus berjalan alias waktu terus berputar, semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.  Saat itulah kita benar-benar menyadari betapa mahal dan berharganya  'waktu'.

     Semua orang memiliki waktu yang sama yaitu 24 jam dalam sehari atau 168 jam dalam seminggu.  Coba renungkan:  berapa banyak waktu yang telah kita pergunakan untuk bekerja atau berkarya?  Dan berapa banyak waktu yang kita manfaatkan untuk mengerjakan perkara-perkara rohani atau melayani Tuhan?  Tidak sedikit orang Kristen berkata:  "Ah...waktu masih panjang.  Yang penting sekarang adalah mencari uang dan uang.  Urusan pelayanan atau perkara-perkara rohani, nanti sajalah!"  Jangan pernah menunda-nunda waktu untuk mengerjakan segala sesuatu, karena kita tidak pernah tahu apakah kesempatan itu datang lagi atau tidak, seperti tertulis:  "Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba."  (Pengkhotbah 9:12).

     Mari pergunakan waktu sebaik mungkin dan jangan pernah menyia-nyiakannya!  "Waktu tidak berpihak pada siapa pun, tapi waktu dapat menjadi sahabat bagi mereka yang memegang dan memperlakukannya dengan baik."  (Winston Churchill).  Kalau kita menyia-nyiakan waktu berarti kita sedang menyia-nyiakan hidup.  Sebaliknya, jika kita berhasil memanfaatkan waktu dengan baik, berarti kita berhasil mengisi hidup ini dengan baik.  Karena itu  "Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik."  (Pengkhotbah 11:6).

Waktu itu sangat berharga, karena itu jangan sia-siakan agar tidak menyesal!