Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Maret 2018
Baca: Matius 24:32-36
"Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu." Matius 24:33
Ketika sedang berpergian dengan mengendarai taksi, hal yang paling diperhatikan oleh kebanyakan orang adalah argometer, alat ukur banyaknya uang yang harus dibayar berdasarkan jarak tempuh dan waktu penggunaan. Semakin jauh jarak yang ditempuh dan semakin lama waktunya, semakin mahal ongkos yang harus dikeluarkan, terlebih ketika jalanan sedang macet, sementara tujuan masih sangat jauh. Selama argometer terus berjalan alias waktu terus berputar, semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. Saat itulah kita benar-benar menyadari betapa mahal dan berharganya 'waktu'.
Semua orang memiliki waktu yang sama yaitu 24 jam dalam sehari atau 168 jam dalam seminggu. Coba renungkan: berapa banyak waktu yang telah kita pergunakan untuk bekerja atau berkarya? Dan berapa banyak waktu yang kita manfaatkan untuk mengerjakan perkara-perkara rohani atau melayani Tuhan? Tidak sedikit orang Kristen berkata: "Ah...waktu masih panjang. Yang penting sekarang adalah mencari uang dan uang. Urusan pelayanan atau perkara-perkara rohani, nanti sajalah!" Jangan pernah menunda-nunda waktu untuk mengerjakan segala sesuatu, karena kita tidak pernah tahu apakah kesempatan itu datang lagi atau tidak, seperti tertulis: "Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap
dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam
jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang,
kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba." (Pengkhotbah 9:12).
Mari pergunakan waktu sebaik mungkin dan jangan pernah menyia-nyiakannya! "Waktu tidak berpihak pada siapa pun, tapi waktu dapat menjadi sahabat bagi mereka yang memegang dan memperlakukannya dengan baik." (Winston Churchill). Kalau kita menyia-nyiakan waktu berarti kita sedang menyia-nyiakan hidup. Sebaliknya, jika kita berhasil memanfaatkan waktu dengan baik, berarti kita berhasil mengisi hidup ini dengan baik. Karena itu "Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat
kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah
ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik." (Pengkhotbah 11:6).
Waktu itu sangat berharga, karena itu jangan sia-siakan agar tidak menyesal!
Monday, March 5, 2018
Sunday, March 4, 2018
BERDOA DAN MERATAP: Jawaban dan Pemulihan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Maret 2018
Baca: 2 Raja-Raja 20:1-11
"Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN: 'Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu.'" 2 Raja-Raja 20:2-3
Seberapa besar intensitas Saudara mendirikan tembok-tembok doa? Seringkali kita hanya berdoa secara liturgis dan bukan merupakan ratapan dari dasar hati yang terdalam. Di masa-masa sulit seperti sekarang ini hamba-hamba Tuhan perlu berdoa agar umat yang digembalakannya tetap terpelihara; keluarga-keluarga Kristen perlu sekali membangun tembok doa, sebab tembok doa itu merupan benteng. Makna dasar kata Ibrani untuk benteng atau pertahanan ialah tempat yang tidak bisa ditembus, tidak dapat dicapai. Benteng doa akan melindungi kita dari serangan Iblis dan berbagai macam persoalan.
Suatu ketika Hizkia jatuh sakit dan bahkan Tuhan sudah mengutus nabi Yesaya untuk menyampaikan pesan kepadanya: "...Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi." (2 Raja-Raja 20:1). Mendengar hal itu segeralah Hizkia memalingkan muka ke arah dinding tembok dan berdoa kepada Tuhan disertai dengan ratapan, tanda bahwa ia berdoa dengan sungguh-sungguh. Walaupun Tuhan telah menentukan Hizkia untuk mati, tetapi oleh karena kekuatan doa yang disertai dengan ratapan, Tuhan bisa mengubah keputusan-Nya. Tergeraklah hati Tuhan untuk menolong dan memulihkan Hizkia: "Tetapi Yesaya belum lagi keluar dari pelataran tengah, tiba-tiba datanglah firman TUHAN kepadanya: Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja umat-Ku: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke rumah TUHAN. Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur; Aku akan memagari kota ini oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku." (2 Raja-Raja 20:4-6).
Tuhan menyembuhkan Hizkia dan memperpanjang umurnya 15 tahun lagi.
"Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Yakobus 5:16b
Baca: 2 Raja-Raja 20:1-11
"Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN: 'Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu.'" 2 Raja-Raja 20:2-3
Seberapa besar intensitas Saudara mendirikan tembok-tembok doa? Seringkali kita hanya berdoa secara liturgis dan bukan merupakan ratapan dari dasar hati yang terdalam. Di masa-masa sulit seperti sekarang ini hamba-hamba Tuhan perlu berdoa agar umat yang digembalakannya tetap terpelihara; keluarga-keluarga Kristen perlu sekali membangun tembok doa, sebab tembok doa itu merupan benteng. Makna dasar kata Ibrani untuk benteng atau pertahanan ialah tempat yang tidak bisa ditembus, tidak dapat dicapai. Benteng doa akan melindungi kita dari serangan Iblis dan berbagai macam persoalan.
Suatu ketika Hizkia jatuh sakit dan bahkan Tuhan sudah mengutus nabi Yesaya untuk menyampaikan pesan kepadanya: "...Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi." (2 Raja-Raja 20:1). Mendengar hal itu segeralah Hizkia memalingkan muka ke arah dinding tembok dan berdoa kepada Tuhan disertai dengan ratapan, tanda bahwa ia berdoa dengan sungguh-sungguh. Walaupun Tuhan telah menentukan Hizkia untuk mati, tetapi oleh karena kekuatan doa yang disertai dengan ratapan, Tuhan bisa mengubah keputusan-Nya. Tergeraklah hati Tuhan untuk menolong dan memulihkan Hizkia: "Tetapi Yesaya belum lagi keluar dari pelataran tengah, tiba-tiba datanglah firman TUHAN kepadanya: Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja umat-Ku: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke rumah TUHAN. Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur; Aku akan memagari kota ini oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku." (2 Raja-Raja 20:4-6).
Tuhan menyembuhkan Hizkia dan memperpanjang umurnya 15 tahun lagi.
"Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Yakobus 5:16b
Subscribe to:
Posts (Atom)