Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Maret 2018
Baca: Yesaya 49:8-26
"Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak
menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak
akan melupakan engkau." Yesaya 49:15
Ketika sedang dihadapkan pada masalah, penderitaan dan tantangan yang berat seringkali kita beranggapan bahwa Tuhan sudah tidak lagi peduli dengan keadaan kita dan bahkan Ia sudah melupakan kita. Ditambah lagi dengan doa-doa yang sekian waktu lamanya belum juga beroleh jawaban akan semakin mempertegas anggapan tersebut.
Kalau kita berpikiran demikian berarti kita tidak mengenal Tuhan dengan benar. Kita hanya melihat dan menilai segala sesuatunya dari sudut pandang kita sendiri. Hal pertama yang seharusnya kita lakukan adalah mengoreksi diri, sebab ada tertulis: "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala
kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu,
sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2). Inilah jawaban Tuhan: "...Aku tidak
akan melupakan engkau." (ayat nas). Seorang ibu yang sedang menyusui memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap bayinya. Sekalipun sang bayi berada di ruangan yang berbeda, sesibuk apa pun ibu, ia sangat peka ketika anaknya menangis dan membutuhkannya. Bila ibu di dunia ini bertindak sedemikian rupa, apalagi Tuhan kita, Ia lebih peka terhadap kebutuhan anak-anak-Nya dan tau yang terbaik bagi anak-anak-Nya. Bukankah ini menjadi satu jaminan bagi kehidupan kita orang percaya? Tapi di zaman yang jahat seperti ini ada ibu kandung yang tega membuang dan menjual bayinya sendiri, bahkan membunuhnya.
Jika saat ini kita sedang menghadapi pergumulan yang berat, berhentilah untuk mengeluh, bersungut-sungut, apalagi menyalahkan Tuhan, karena "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang
menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena
Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua
orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9).
Tuhan tidak pernah melupakan kita; jika kita diijinkan mengalami suatu 'proses', tujuannya adalah untuk membawa kita makin dekat kepada-Nya!
Thursday, March 1, 2018
Wednesday, February 28, 2018
JANGAN BANGKITKAN MURKA TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Februari 2018
Baca: Yesaya 5:25-30
"Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap umat-Nya, diacungkan-Nya tangan-Nya terhadap mereka dan dipukul-Nya mereka; gunung-gunung akan gemetar, dan mayat-mayat mereka akan seperti kotoran di tengah jalan." Yesaya 5:25
Selain berlimpah kasih setia, Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang adil. Inilah sisi lain yang seringkali dengan sengaja diabaikan dan disepelekan oleh kebanyakan orang Kristen. Dalam kasih setia-Nya Tuhan menganugerahkan keselamatan dan pengampunan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya. Tetapi dalam keadilan-Nya Tuhan perlu sekali mendidik umat-Nya, dan salah satu bentuk didikan Tuhan adalah hajaran. "...Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya." (Ibrani 12:10). Jadi Tuhan menghajar kita bukan untuk membinasakan, tetapi bertujuan untuk mengembalikan kita pada rancangan-Nya yang semula.
Karena itu jangan sekali-kali kita membangkitkan murka Tuhan! Kata murka berarti marah besar, kemarahan yang meluap-luap. Pertanyaannya: kepada siapa Tuhan akan murka atau menunjukkan kemarahan-Nya yang meluap-luap? Tuhan murka terhadap orang yang murtad. Siapa itu orang yang murtad? "...mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum." (Ibrani 6:4-6).
Kata murtad dalam bahasa Yunani apostasia, berasal dari kata aph-istamai yang berarti memisahkan diri. Orang yang murtad itu sama artinya ia telah menyalibkan lagi Kristus dan telah melakukan penyangkalan iman kepada Kristus. Ada banyak orang percaya yang rela menyangkal imannya terhadap Kristus karena tergiur oleh iming-iming: harta kekayaan, popularitas dan segala kemewahan duniawi. Padahal apa yang ada di dunia ini sifatnya hanyalah sementara. Alkitab memperingatkan: "Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya." (Ibrani 10:35).
Sekali kita membuat komitmen untuk mengikut Kristus, maka kita harus memegang komitmen tersebut sampai akhir hidup kita!
Baca: Yesaya 5:25-30
"Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap umat-Nya, diacungkan-Nya tangan-Nya terhadap mereka dan dipukul-Nya mereka; gunung-gunung akan gemetar, dan mayat-mayat mereka akan seperti kotoran di tengah jalan." Yesaya 5:25
Selain berlimpah kasih setia, Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang adil. Inilah sisi lain yang seringkali dengan sengaja diabaikan dan disepelekan oleh kebanyakan orang Kristen. Dalam kasih setia-Nya Tuhan menganugerahkan keselamatan dan pengampunan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya. Tetapi dalam keadilan-Nya Tuhan perlu sekali mendidik umat-Nya, dan salah satu bentuk didikan Tuhan adalah hajaran. "...Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya." (Ibrani 12:10). Jadi Tuhan menghajar kita bukan untuk membinasakan, tetapi bertujuan untuk mengembalikan kita pada rancangan-Nya yang semula.
Karena itu jangan sekali-kali kita membangkitkan murka Tuhan! Kata murka berarti marah besar, kemarahan yang meluap-luap. Pertanyaannya: kepada siapa Tuhan akan murka atau menunjukkan kemarahan-Nya yang meluap-luap? Tuhan murka terhadap orang yang murtad. Siapa itu orang yang murtad? "...mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum." (Ibrani 6:4-6).
Kata murtad dalam bahasa Yunani apostasia, berasal dari kata aph-istamai yang berarti memisahkan diri. Orang yang murtad itu sama artinya ia telah menyalibkan lagi Kristus dan telah melakukan penyangkalan iman kepada Kristus. Ada banyak orang percaya yang rela menyangkal imannya terhadap Kristus karena tergiur oleh iming-iming: harta kekayaan, popularitas dan segala kemewahan duniawi. Padahal apa yang ada di dunia ini sifatnya hanyalah sementara. Alkitab memperingatkan: "Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya." (Ibrani 10:35).
Sekali kita membuat komitmen untuk mengikut Kristus, maka kita harus memegang komitmen tersebut sampai akhir hidup kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)