Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Februari 2018
Baca: Mazmur 59:1-18
"Sebab sesungguhnya, mereka menghadang nyawaku; orang-orang perkasa
menyerbu aku, padahal aku tidak melakukan pelanggaran, aku tidak
berdosa, ya TUHAN," Mazmur 59:4
Semua berawal dari rasa iri hati yang kemudian berubah menjadi kebencian, itulah yang bergemuruh di hati Saul terhadap Daud. Tertulis: "...ketika Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin itu, keluarlah
orang-orang perempuan dari segala kota Israel menyongsong raja Saul
sambil menyanyi dan menari-nari dengan memukul rebana, dengan bersukaria
dan dengan membunyikan gerincing; dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: 'Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.'" (1 Samuel 18:6-7). Saul menjadi sangat tersinggung dan amarahnya semakin memuncak karena rakyat Israel begitu mengelu-elukan Daud daripada rajanya sendiri. Dari rasa iri hati berkembang menjadi hasrat membunuh. Alkitab mencatat beberapa kali Saul berusaha membunuh Daud.
Mazmur 59 menceritakan bagaimana Saul berusaha meneror Daud dengan menyuruh orang-orang mengintai dan mengawasi rumahnya dengan tujuan menghabisi nyawanya. Daud masih sangat belia dan tidak bisa berbuat apa-apa karena ia belum memiliki kekuasaan. Yang bisa ia lakukan hanyalah mengadu dan berseru kepada Tuhan meminta pertolongan: "Lepaskanlah aku dari pada musuhku, ya Allahku; bentengilah aku terhadap orang-orang yang bangkit melawan aku. Lepaskanlah aku dari pada orang-orang yang melakukan kejahatan dan selamatkanlah aku dari pada penumpah-penumpah darah." (Mazmur 59:2-3). Hari-hari Daud seperti berada di lembah kekelaman dan dalam bayang-bayang maut karena musuh terus mengintai dan menginginkan kematiannya.
Tidak ada yang sanggup menolong hidupnya selain Tuhan. "...kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku." (Mazmur 59:17). Walaupun sepertinya Tuhan tak bergeming melihat pergumulan berat yang dialaminya, Daud terus memaksa jiwanya untuk bermazmur bagi Tuhan: "Ya kekuatanku, bagi-Mu aku mau bermazmur;" (Mazmur 59:18), karena percaya bahwa pertolongan Tuhan selalu tepat pada waktu-Nya.
"TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya" Nahum 1:7
Monday, February 26, 2018
Sunday, February 25, 2018
KUNCI KEBERHASILAN: Dalam Penyertaan Tuhan (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Februari 2018
Baca: Kejadian 41:1-57
"'Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?' Kata Firaun kepada Yusuf: 'Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau." Kejadian 41:38-39
Mengapa Tuhan selalu menyertai Yusuf, sehingga apa saja yang diperbuatnya menjadi berhasil? Ada hal-hal yang patut kita teladani dari kehidupan Yusuf ini: 1. Memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan. Ketika Firaun mendapatkan mimpi, Yusuf sudah berada di dalam penjara selama dua tahun lebih (Kejadian 41:1). Ia dijebloskan ke penjara bukan karena melakukan pelanggaran atau tindak kejahatan, tapi karena difitnah. Dapat dipastikan selama mendekam di penjara Yusuf terus membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan. Seorang yang bergaul karib dengan Tuhan pasti akan mengalami tanda-tanda ajaib akan penyertaan-Nya. Pemazmur berkata, "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Karena bergaul karib dengan Tuhan Yusuf beroleh kemampuan dalam hal menafsirkan mimpi Firaun. Ini bukti bahwa Tuhan memberikan hikmat dan karunia-Nya kepada Yusuf.
2. Berkomitmen menjaga kekudusan hidup. Meskipun terus dirayu oleh isteri Potifar (Kejadian 39:7, 10, 12), iman Yusuf tak goyah. Secara tegas ia menolak bujuk rayu isteri tuannya itu: "Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" (Kejadian 39:8-9). Hidup kudus adalah kehendak Tuhan! "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). "...kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." (Ibrani 12:14).
Ingin mengalami penyertaan Tuhan? Milikilah persekutuan yang karib dengan Tuhan dan jagalah kekudusan hidup.
Baca: Kejadian 41:1-57
"'Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?' Kata Firaun kepada Yusuf: 'Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau." Kejadian 41:38-39
Mengapa Tuhan selalu menyertai Yusuf, sehingga apa saja yang diperbuatnya menjadi berhasil? Ada hal-hal yang patut kita teladani dari kehidupan Yusuf ini: 1. Memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan. Ketika Firaun mendapatkan mimpi, Yusuf sudah berada di dalam penjara selama dua tahun lebih (Kejadian 41:1). Ia dijebloskan ke penjara bukan karena melakukan pelanggaran atau tindak kejahatan, tapi karena difitnah. Dapat dipastikan selama mendekam di penjara Yusuf terus membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan. Seorang yang bergaul karib dengan Tuhan pasti akan mengalami tanda-tanda ajaib akan penyertaan-Nya. Pemazmur berkata, "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Karena bergaul karib dengan Tuhan Yusuf beroleh kemampuan dalam hal menafsirkan mimpi Firaun. Ini bukti bahwa Tuhan memberikan hikmat dan karunia-Nya kepada Yusuf.
2. Berkomitmen menjaga kekudusan hidup. Meskipun terus dirayu oleh isteri Potifar (Kejadian 39:7, 10, 12), iman Yusuf tak goyah. Secara tegas ia menolak bujuk rayu isteri tuannya itu: "Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" (Kejadian 39:8-9). Hidup kudus adalah kehendak Tuhan! "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). "...kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." (Ibrani 12:14).
Ingin mengalami penyertaan Tuhan? Milikilah persekutuan yang karib dengan Tuhan dan jagalah kekudusan hidup.
Subscribe to:
Posts (Atom)