Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Februari 2018
Baca: Markus 6:30-44
"Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini. Tetapi jawab-Nya: 'Kamu harus memberi mereka makan!'" Markus 6:36-37
Kisah Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang ini merupakan kisah yang tidak asing bagi kita semua. Setelah kembali dari tour pelayanan-Nya yang padat, para rasul berniat rehat sejenak untuk melepas lelah. Tetapi orang banyak terus mengikuti mereka. Melihat hal itu tergeraklah hati Tuhan Yesus oleh belas kasihan dan Ia pun mengajar banyak hal kepada mereka. Respon mereka sangat positif, tampak antusias mendengarkan pengajaran Kristus hingga hari sudah mulai malam.
Murid-murid Tuhan mengusulkan kepada Sang Guru agar orang banyak itu segera pergi membeli makanan karena tidak ada persediaan makanan yang dapat diberikan kepada mereka. Tetapi Tuhan menjawab, "'Kamu harus memberi mereka makan!'" (ayat nas). Dari pernyataan Tuhan ini kita dapat belajar bahwa Tuhan menghendaki murid-murid-Nya untuk memperhatikan kepentingan orang lain, bukan semata-mata berfokus kepada kepentingan diri sendiri, namun peka terhadap kebutuhan orang lain. "...janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." (Filipi 2:4). Inilah kasih yang sesungguhnya yaitu kasih yang diwujudkan melalui sebuah tindakan.
Memraktekkan kasih di tengah situasi yang sulit seperti sekarang ini adalah tidak mudah. Tuntutan kebutuhan hidup yang tinggi seringkali membuat orang menjadi sangat individualistis: "Boro-boro memikirkan penderitaan orang lain, untuk kepentingan diri sendiri saja tidak cukup!" Tidak sedikit orang tega mengorbankan orang lain demi kepentingan diri sendiri. Perintah Tuhan untuk memberi makan orang banyak ini juga mengajarkan kita bahwa untuk melayani jiwa-jiwa tidak bisa dilakukan dengan setengah-setengah. Melayani itu ada harga yang harus dibayar! Adakalanya kita harus berani berkorban: waktu, tenaga, pikiran dan materi (uang). Ketika rasul-rasul taat melakukan perintah Tuhan, mujizat terjadi!
Dalam segala perkara Tuhan pasti turut bekerja, karena itu lakukan dengan sungguh-sungguh bagian kita!
Thursday, February 22, 2018
Wednesday, February 21, 2018
ALASAN BERHARAP KEPADA TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Februari 2018
Baca: Ratapan 3:21-26
"Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN." Ratapan 3:26
Kitab Ratapan ditulis Yeremia sebagai ungkapan kepedihan hatinya yang mendalam atas kehancuran Yerusalem: tembok-tembok kota yang runtuh dan pembuangan orang-orang ke Babel. Sambil duduk ia menangis dan meratapi Yerusalem: "Ah, betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai! Laksana seorang jandalah ia, yang dahulu agung di antara bangsa-bangsa. Yang dahulu ratu di antara kota-kota, sekarang menjadi jajahan. Yehuda telah ditinggalkan penduduknya karena sengsara dan karena perbudakan yang berat; Jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita, karena pengunjung-pengunjung perayaan tiada; sunyi senyaplah segala pintu gerbangnya," (Ratapan 1:1, 3, 4).
Namun meskipun dimulai dengan ratapan, di balik itu ada pengharapan untuk dipulihkan. Ada janji pemulihan bagi setiap orang yang berharap kepada Tuhan! "Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN." (ayat nas). Janji pemulihan disediakan bagi orang-orang yang senantiasa bertekun menati-nantikan Tuhan. Menantikan Tuhan berarti menaruh harap dan memercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan, serta memandang Dia sebagai satu-satunya sumber pertolongan, bukan yang lain. "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya...orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:29, 31). Orang yang menati-nantikan Tuhan akan beroleh kekuatan baru, kemampuan untuk mengatasi masalah dan kesanggupan untuk terus berjalan maju melewati badai.
Apa alasan kita berharap kepada Tuhan dan menantikan-Nya? Karena "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23). Tuhan juga telah berjanji bahwa Ia sekali-kali tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita (Ibrani 13:5b), "Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: 'Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?'" (Ibrani 13:6), karena "TUHAN adalah bagianku," (Ratapan 3:24). Setiap orang percaya telah dimeteraikan dengan Roh Kudus sebagai tanda milik Kristus, yang berarti Tuhan adalah jaminan kita.
Pengharapan kita hanyalah Tuhan, bukan apa pun yang lain yang ada di dunia ini!
Baca: Ratapan 3:21-26
"Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN." Ratapan 3:26
Kitab Ratapan ditulis Yeremia sebagai ungkapan kepedihan hatinya yang mendalam atas kehancuran Yerusalem: tembok-tembok kota yang runtuh dan pembuangan orang-orang ke Babel. Sambil duduk ia menangis dan meratapi Yerusalem: "Ah, betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai! Laksana seorang jandalah ia, yang dahulu agung di antara bangsa-bangsa. Yang dahulu ratu di antara kota-kota, sekarang menjadi jajahan. Yehuda telah ditinggalkan penduduknya karena sengsara dan karena perbudakan yang berat; Jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita, karena pengunjung-pengunjung perayaan tiada; sunyi senyaplah segala pintu gerbangnya," (Ratapan 1:1, 3, 4).
Namun meskipun dimulai dengan ratapan, di balik itu ada pengharapan untuk dipulihkan. Ada janji pemulihan bagi setiap orang yang berharap kepada Tuhan! "Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN." (ayat nas). Janji pemulihan disediakan bagi orang-orang yang senantiasa bertekun menati-nantikan Tuhan. Menantikan Tuhan berarti menaruh harap dan memercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan, serta memandang Dia sebagai satu-satunya sumber pertolongan, bukan yang lain. "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya...orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:29, 31). Orang yang menati-nantikan Tuhan akan beroleh kekuatan baru, kemampuan untuk mengatasi masalah dan kesanggupan untuk terus berjalan maju melewati badai.
Apa alasan kita berharap kepada Tuhan dan menantikan-Nya? Karena "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23). Tuhan juga telah berjanji bahwa Ia sekali-kali tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita (Ibrani 13:5b), "Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: 'Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?'" (Ibrani 13:6), karena "TUHAN adalah bagianku," (Ratapan 3:24). Setiap orang percaya telah dimeteraikan dengan Roh Kudus sebagai tanda milik Kristus, yang berarti Tuhan adalah jaminan kita.
Pengharapan kita hanyalah Tuhan, bukan apa pun yang lain yang ada di dunia ini!
Subscribe to:
Posts (Atom)