Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Februari 2018
Baca: Ratapan 3:21-26
"Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN." Ratapan 3:26
Kitab Ratapan ditulis Yeremia sebagai ungkapan kepedihan hatinya yang mendalam atas kehancuran Yerusalem: tembok-tembok kota yang runtuh dan pembuangan orang-orang ke Babel. Sambil duduk ia menangis dan meratapi Yerusalem: "Ah, betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai! Laksana seorang
jandalah ia, yang dahulu agung di antara bangsa-bangsa. Yang dahulu ratu
di antara kota-kota, sekarang menjadi jajahan. Yehuda telah ditinggalkan penduduknya karena sengsara dan karena perbudakan yang berat; Jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita, karena pengunjung-pengunjung perayaan tiada; sunyi senyaplah segala pintu gerbangnya," (Ratapan 1:1, 3, 4).
Namun meskipun dimulai dengan ratapan, di balik itu ada pengharapan untuk dipulihkan. Ada janji pemulihan bagi setiap orang yang berharap kepada Tuhan! "Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN." (ayat nas). Janji pemulihan disediakan bagi orang-orang yang senantiasa bertekun menati-nantikan Tuhan. Menantikan Tuhan berarti menaruh harap dan memercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan, serta memandang Dia sebagai satu-satunya sumber pertolongan, bukan yang lain. "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya...orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka
seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka
berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:29, 31). Orang yang menati-nantikan Tuhan akan beroleh kekuatan baru, kemampuan untuk mengatasi masalah dan kesanggupan untuk terus berjalan maju melewati badai.
Apa alasan kita berharap kepada Tuhan dan menantikan-Nya? Karena "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23). Tuhan juga telah berjanji bahwa Ia sekali-kali tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita (Ibrani 13:5b), "Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: 'Tuhan adalah Penolongku. Aku
tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?'" (Ibrani 13:6), karena "TUHAN adalah bagianku," (Ratapan 3:24). Setiap orang percaya telah dimeteraikan dengan Roh Kudus sebagai tanda milik Kristus, yang berarti Tuhan adalah jaminan kita.
Pengharapan kita hanyalah Tuhan, bukan apa pun yang lain yang ada di dunia ini!
Wednesday, February 21, 2018
Tuesday, February 20, 2018
SUKACITA TERBESAR: Menderita bagi Kristus (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Februari 2018
Baca: Kolose 1:24-29
"Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu," Kolose 1:25
Asalkan orang-orang diselamatkan, semakin mengenal Kristus, dan bertumbuh dewasa di dalam iman, Paulus bersukacita, sekalipun ia sendiri harus menderita. "Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu; jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu, sehingga kamu beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita juga." (2 Korintus 1:6).
Paulus menyatakan bahwa penderitaan yang dialaminya "...menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat." (Kolose 1:24). Apa maksudnya? Masih kurangkah penderitaan yang ditanggung oleh Kristus untuk menebus kita? Tidak. Apa yang Kristus perbuat bagi keselamatan kita itu sudah sempurna. Tercermin dari perkataan Kristus sendiri di kayu salib, "Sudah selesai." (Yohanes 19:30), dan Dia adalah korban yang sempurna. "...betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat," (Ibrani 9:14) dan "...kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19). Kata dalam dagingku menunjuk pada tubuh jasmani rasul Paulus. Penderitaan yang dialami tubuh Paulus (dicambuk, dipukuli, dianiaya) tidak berkaitan langsung dengan dirinya sendiri, melainkan karena pelayanannya terhadap jemaat Kristus. Dalam hal ini rasul Paulus menempatkan dirinya sebagai wakil Kristus terhadap jemaat. Sesungguhnya penderitaan itu adalah juga penderitaan Kristus.
Melayani Kristus tidak dapat dipisahkan dari melayani jemaat-Nya (jiwa-jiwa). Dengan demikian bila orang mau menjadi pelayan Kristus, maka ia pun harus melayani jiwa-jiwa dengan sepenuhnya demi Dia, sekalipun harus menanggung penderitaan.
"Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." Roma 8:18
Baca: Kolose 1:24-29
"Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu," Kolose 1:25
Asalkan orang-orang diselamatkan, semakin mengenal Kristus, dan bertumbuh dewasa di dalam iman, Paulus bersukacita, sekalipun ia sendiri harus menderita. "Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu; jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu, sehingga kamu beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita juga." (2 Korintus 1:6).
Paulus menyatakan bahwa penderitaan yang dialaminya "...menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat." (Kolose 1:24). Apa maksudnya? Masih kurangkah penderitaan yang ditanggung oleh Kristus untuk menebus kita? Tidak. Apa yang Kristus perbuat bagi keselamatan kita itu sudah sempurna. Tercermin dari perkataan Kristus sendiri di kayu salib, "Sudah selesai." (Yohanes 19:30), dan Dia adalah korban yang sempurna. "...betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat," (Ibrani 9:14) dan "...kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19). Kata dalam dagingku menunjuk pada tubuh jasmani rasul Paulus. Penderitaan yang dialami tubuh Paulus (dicambuk, dipukuli, dianiaya) tidak berkaitan langsung dengan dirinya sendiri, melainkan karena pelayanannya terhadap jemaat Kristus. Dalam hal ini rasul Paulus menempatkan dirinya sebagai wakil Kristus terhadap jemaat. Sesungguhnya penderitaan itu adalah juga penderitaan Kristus.
Melayani Kristus tidak dapat dipisahkan dari melayani jemaat-Nya (jiwa-jiwa). Dengan demikian bila orang mau menjadi pelayan Kristus, maka ia pun harus melayani jiwa-jiwa dengan sepenuhnya demi Dia, sekalipun harus menanggung penderitaan.
"Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." Roma 8:18
Subscribe to:
Posts (Atom)