Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Januari 2018
Baca: 1 Samuel 1:1-28
"TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara
hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini,
tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku
akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur
tidak akan menyentuh kepalanya." 1 Samuel 1:11
Ada sebuah kisah yang sangat menarik di Alkitab bagaimana Tuhan mengabulkan doa seseorang. Adalah Hana, wanita yang bertahun-tahun mandul. Bagi wanita kemandulan adalah petaka besar! Penderitaan batin yang dialami Hana tidak cukup sampai di situ. Selain mandul, kehadiran 'madu'nya yaitu Penina, yang dari waktu ke waktu selalu menyakiti hatinya, semakin memperburuk keadaan. Entah berapa tahun hal itu berlangsung, akan tetapi Alkitab mencatat: "Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah
TUHAN, Penina menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau
makan." (1 Samuel 1:7). Suatu proses hidup yang sungguh berat!
Ketika dihadapkan pada penderitaan hidup yang berat, umumnya orang akan memilih meninggalkan Tuhan dan berusaha mencari 'jalan pintas', meminta pertolongan dunia. Tidak sedikit orang frustasi dan putus asa. Namun Hana tidak larut dalam kepahitan atau kekecewaan, ia memilih datang kepada Tuhan dan menyerahkan semua persoalan kepada-Nya. "...dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu." (1 Samuel 1:10).
Hal luar biasa yang patut menjadi perhatian orang percaya adalah nazar yang Hana sampaikan kepada Tuhan. Inilah yang sesungguhnya menjadi kunci keberhasilan doanya! Kita tahu bahwa persoalan utama yang dihadapi Hana adalah soal anak. Tetapi ia dengan penuh keyakinan berjanji kepada Tuhan: jikalau Tuhan mengaruniai dia anak, maka anaknya itu akan dipersembahkan kepada Tuhan! Artinya jika doanya dikabulkan Tuhan, ia bersedia menerima konsekuensinya yaitu kembali ke persoalan yang sama, yaitu 'tidak mempunyai anak' seperti sediakala! Ini menunjukkan bahwa sesungguhnya Hana sedang mencari perkenanan Tuhan, yang baginya jauh lebih penting dan berharga dari anak yang ia pergumulkan.
Friday, January 26, 2018
Thursday, January 25, 2018
KASIH BAPA: Sungguh Tiada Batas
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Januari 2018
Baca: Lukas 15:11-32
"Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita." Lukas 15:22-23
Sebagai orang percaya kita patut bersyukur karena Tuhan yang kita sembah adalah Bapa yang sungguh teramat baik, Bapa yang selalu ingin memberkati anak-anak-Nya. Bahkan kerinduan hati Bapa untuk memberkati kita itu jauh lebih besar dari kerinduan hati kita untuk diberkati oleh-Nya. Kita dapat melihatnya dari kisah perumpamaan yang Kristus sampaikan tentang anak yang hilang ini, sekalipun anak bungsu itu telah memilih untuk meninggalkan bapanya dan menghabiskan harta miliknya dan jatuh melarat, dan yang kemudian baru memutuskan untuk kembali pulang ke rumah bapanya.
Apa yang diperbuat bapanya begitu melihat anak bungsunya kembali? Marah dan mengusir dia? Tidak sama sekali! Sang bapa justru menyambutnya dengan tangan terbuka dan penuh dengan kasih. Bapa juga sama sekali tidak mengungkit-ungkit dosa dan kesalahan yang diperbuat anak bungsu itu, apalagi menyinggung soal berapa uang dan harta yang telah dihambur-hamburkannya. Bapa puas dan gembira karena anaknya sudah pulang dalam keadaan selamat. Itu cukup baginya, sekalipun anak bungsu itu berkata, "Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa." (Lukas 15:18-19). Akan tetapi perkataan ini tidak ditanggapi bapanya. Perhatikan reaksi bapanya begitu melihat anaknya yang bungsu itu kembali ke rumah: "...Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia." (Lukas 15:20). Apa pun keadaannya, anak bungsu itu tetap diterimanya sebagai anak!
Begitu juga dengan Bapa kita di sorga, Ia tidak pernah memperhitungkan kesalahan dan dosa kita ketika kita memutuskan untuk kembali kepada-Nya.
"Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita... sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita." Mazmur 103:10, 12
Baca: Lukas 15:11-32
"Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita." Lukas 15:22-23
Sebagai orang percaya kita patut bersyukur karena Tuhan yang kita sembah adalah Bapa yang sungguh teramat baik, Bapa yang selalu ingin memberkati anak-anak-Nya. Bahkan kerinduan hati Bapa untuk memberkati kita itu jauh lebih besar dari kerinduan hati kita untuk diberkati oleh-Nya. Kita dapat melihatnya dari kisah perumpamaan yang Kristus sampaikan tentang anak yang hilang ini, sekalipun anak bungsu itu telah memilih untuk meninggalkan bapanya dan menghabiskan harta miliknya dan jatuh melarat, dan yang kemudian baru memutuskan untuk kembali pulang ke rumah bapanya.
Apa yang diperbuat bapanya begitu melihat anak bungsunya kembali? Marah dan mengusir dia? Tidak sama sekali! Sang bapa justru menyambutnya dengan tangan terbuka dan penuh dengan kasih. Bapa juga sama sekali tidak mengungkit-ungkit dosa dan kesalahan yang diperbuat anak bungsu itu, apalagi menyinggung soal berapa uang dan harta yang telah dihambur-hamburkannya. Bapa puas dan gembira karena anaknya sudah pulang dalam keadaan selamat. Itu cukup baginya, sekalipun anak bungsu itu berkata, "Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa." (Lukas 15:18-19). Akan tetapi perkataan ini tidak ditanggapi bapanya. Perhatikan reaksi bapanya begitu melihat anaknya yang bungsu itu kembali ke rumah: "...Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia." (Lukas 15:20). Apa pun keadaannya, anak bungsu itu tetap diterimanya sebagai anak!
Begitu juga dengan Bapa kita di sorga, Ia tidak pernah memperhitungkan kesalahan dan dosa kita ketika kita memutuskan untuk kembali kepada-Nya.
"Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita... sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita." Mazmur 103:10, 12
Subscribe to:
Posts (Atom)