Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Januari 2018
Baca: Lukas 15:11-32
"Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah
bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan
kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita." Lukas 15:22-23
Sebagai orang percaya kita patut bersyukur karena Tuhan yang kita sembah adalah Bapa yang sungguh teramat baik, Bapa yang selalu ingin memberkati anak-anak-Nya. Bahkan kerinduan hati Bapa untuk memberkati kita itu jauh lebih besar dari kerinduan hati kita untuk diberkati oleh-Nya. Kita dapat melihatnya dari kisah perumpamaan yang Kristus sampaikan tentang anak yang hilang ini, sekalipun anak bungsu itu telah memilih untuk meninggalkan bapanya dan menghabiskan harta miliknya dan jatuh melarat, dan yang kemudian baru memutuskan untuk kembali pulang ke rumah bapanya.
Apa yang diperbuat bapanya begitu melihat anak bungsunya kembali? Marah dan mengusir dia? Tidak sama sekali! Sang bapa justru menyambutnya dengan tangan terbuka dan penuh dengan kasih. Bapa juga sama sekali tidak mengungkit-ungkit dosa dan kesalahan yang diperbuat anak bungsu itu, apalagi menyinggung soal berapa uang dan harta yang telah dihambur-hamburkannya. Bapa puas dan gembira karena anaknya sudah pulang dalam keadaan selamat. Itu cukup baginya, sekalipun anak bungsu itu berkata, "Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa." (Lukas 15:18-19). Akan tetapi perkataan ini tidak ditanggapi bapanya. Perhatikan reaksi bapanya begitu melihat anaknya yang bungsu itu kembali ke rumah: "...Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu
tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan
dia lalu merangkul dan mencium dia." (Lukas 15:20). Apa pun keadaannya, anak bungsu itu tetap diterimanya sebagai anak!
Begitu juga dengan Bapa kita di sorga, Ia tidak pernah memperhitungkan kesalahan dan dosa kita ketika kita memutuskan untuk kembali kepada-Nya.
"Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita... sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita." Mazmur 103:10, 12
Thursday, January 25, 2018
Wednesday, January 24, 2018
KORNELIUS: Doa Dijawab Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Januari 2018
Baca: Kisah Para Rasul 10:1-48
"Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau." Kisah 10:4
Banyak orang Kristen tahu bahwa berdoa itu penting, tetapi sangat sedikit yang mau bersungguh-sungguh di dalam doa; atau berdoa hanya saat perlu atau dalam keadaan terdesak saja. Doa sesungguhnya bukanlah sekedar aktivitas agamawi, tetapi doa adalah wujud kebergantungan kita kepada Tuhan secara mutlak karena kita takkan mampu menjalani hidup ini tanpa Tuhan turun tangan menolong kita. Jadi doa bukan sekedar sikap rohani biasa, tetapi merupakan hubungan dengan Tuhan, karena ketika kita berdoa kita sedang berkomunikasi atau membangun persekutuan karib dengan Tuhan. Ketika kita berdoa Tuhan mendengar, dan karena Dia mendengar maka Dia akan menjawab.
Doa bukan sekedar meminta apa yang kita mau kepada Tuhan, tapi lebih dari itu, yaitu bagaimana kita mengerti dan memahami apa yang Tuhan mau, sehingga dalam doa-doa tersebut kita tidak memaksa Tuhan mengikuti kemauan kita, tetapi kita belajar mengikuti kehendak Tuhan. Ayat nas menyatakan bahwa doa Kornelius telah sampai, naik ke hadirat Tuhan, artinya doanya diperhatikan dan didengar oleh Tuhan. Ada unsur-unsur doa yang harus dipahami supaya doa kita diperhatikan dan didengar Tuhan, di antaranya: 1. Kesungguhan dalam berdoa. Seringkali kita berdoa asal-asalan atau ala kadarnya. Berdoa sungguh-sungguh berarti fokus, ada kesatuan antara hati, pikiran, jiwa dan roh, disertai rasa penghormatan yang tinggi kepada Tuhan. "Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya." (Yakobus 5:17-18).
2. Sikap hati harus benar. Ini berbicara tentang motivasi kita saat berdoa. Seringkali kita menggerutu kepada Tuhan karena doa kita tak dijawab, mungkin motivasi kita salah. "...kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." (Yakobus 4:3).
Doa yang dijawab Tuhan adalah yang dilakukan dengan sepenuh hati dan dengan sikap hati yang benar!
Baca: Kisah Para Rasul 10:1-48
"Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau." Kisah 10:4
Banyak orang Kristen tahu bahwa berdoa itu penting, tetapi sangat sedikit yang mau bersungguh-sungguh di dalam doa; atau berdoa hanya saat perlu atau dalam keadaan terdesak saja. Doa sesungguhnya bukanlah sekedar aktivitas agamawi, tetapi doa adalah wujud kebergantungan kita kepada Tuhan secara mutlak karena kita takkan mampu menjalani hidup ini tanpa Tuhan turun tangan menolong kita. Jadi doa bukan sekedar sikap rohani biasa, tetapi merupakan hubungan dengan Tuhan, karena ketika kita berdoa kita sedang berkomunikasi atau membangun persekutuan karib dengan Tuhan. Ketika kita berdoa Tuhan mendengar, dan karena Dia mendengar maka Dia akan menjawab.
Doa bukan sekedar meminta apa yang kita mau kepada Tuhan, tapi lebih dari itu, yaitu bagaimana kita mengerti dan memahami apa yang Tuhan mau, sehingga dalam doa-doa tersebut kita tidak memaksa Tuhan mengikuti kemauan kita, tetapi kita belajar mengikuti kehendak Tuhan. Ayat nas menyatakan bahwa doa Kornelius telah sampai, naik ke hadirat Tuhan, artinya doanya diperhatikan dan didengar oleh Tuhan. Ada unsur-unsur doa yang harus dipahami supaya doa kita diperhatikan dan didengar Tuhan, di antaranya: 1. Kesungguhan dalam berdoa. Seringkali kita berdoa asal-asalan atau ala kadarnya. Berdoa sungguh-sungguh berarti fokus, ada kesatuan antara hati, pikiran, jiwa dan roh, disertai rasa penghormatan yang tinggi kepada Tuhan. "Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya." (Yakobus 5:17-18).
2. Sikap hati harus benar. Ini berbicara tentang motivasi kita saat berdoa. Seringkali kita menggerutu kepada Tuhan karena doa kita tak dijawab, mungkin motivasi kita salah. "...kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." (Yakobus 4:3).
Doa yang dijawab Tuhan adalah yang dilakukan dengan sepenuh hati dan dengan sikap hati yang benar!
Subscribe to:
Posts (Atom)