Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Januari 2018
Baca: Kisah Para Rasul 10:1-48
"Empat hari yang lalu kira-kira pada waktu yang sama seperti sekarang,
yaitu jam tiga petang, aku sedang berdoa di rumah. Tiba-tiba ada seorang
berdiri di depanku, pakaiannya berkilau-kilauan dan ia berkata: Kornelius, doamu telah didengarkan Allah dan sedekahmu telah diingatkan di hadapan-Nya." Kisah 10:30-31
Jabatan, kedudukan dan harta kekayaan seringkali menjadi faktor penyebab orang mudah sekali meninggalkan Tuhan dan cenderung mengandalkan kekuatan sendiri. Alkitab memperingatkan: "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang
mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu
banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi
tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari
TUHAN." (Yesaya 31:1).
Pelajaran berharga lain yang kita dapatkan dari Kornelius: Tak meninggalkan persekutuan dengan Tuhan. "Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah ....dan senantiasa berdoa kepada Allah." (Kisah 10:2). Ada banyak orang memiliki jabatan atau kedudukan hidupnya jauh dari Tuhan karena merasa mampu. Mereka lebih mengandalkan apa yang dimiliki. Hari-harinya penuh dengan agenda kerja sampai-sampai tak memiliki waktu untuk membangun persekutuan secara pribadi dengan Tuhan. Semakin kita menjauh dari Tuhan semakin kita membuka celah selebar-lebarnya kepada Iblis untuk menghancurkan hidup kita. Seharusnya semakin kita dipercaya Tuhan dengan keberhasilan di dalam karir semakin mendekatkan kita kepada Tuhan, dan menyadarkan kita bahwa di luar Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa (Yohanes 15:5b), "Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang
berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan;
dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya." (1 Tawarikh 29:12).
Kornelius juga suka berbuat baik. "...ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi..." (Kisah 10:2). Ia tidak menggunakan jurs aji mumpung dengan memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri. Hati Kornelius penuh belas kasihan, ia tak dapat menahan diri untuk menolong orang lain. "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27).
Hidup Kornelius benar-benar menjadi berkat karena ia takut akan Tuhan!
Tuesday, January 23, 2018
Monday, January 22, 2018
KORNELIUS: Punya Kerendahan Hati
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Januari 2018
Baca: Kisah Para Rasul 10:1-48
"Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah." Kisah 10:2
Kalau mendengar kata pejabat maka yang ada dalam pikiran kita adalah orang yang sangat terpandang dan disegani semua orang, di mana-mana mendapatkan pelayanan yang VIP. Namun tidak sedikit orang berpendapat bahwa pejabat identik dengan orang yang hanya mau menang sendiri, katanya pelayan masyarakat tapi nyatanya selalu ingin dilayani oleh masyarakat, gampang sekali menyalahgunakan wewenang (korupsi, suap).
Kornelius adalah seorang perwira pasukan Romawi yang disebut pasukan Italia (ayat 1). Ini menunjukkan bahwa Kornelius bukanlah orang biasa, tapi orang yang memiliki jabatan tinggi atau pemimpin, namun ia pejabat atau pemimpin yang mengayomi masyarakat, memiliki hati untuk rakyatnya dan takut akan Tuhan. Inilah yang membedakan dengan kebanyakan pejabat/pemimpin zaman sekarang yang cenderung mementingkan golongannya atau diri sendiri. Sesungguhnya Kornelius berasal dari bangsa kafir. Tetapi menyadari tanggung jawabnya sebagai pemimpin yang tak mudah, ia pun sadar bahwa ia sangat membutuhkan campur tangan kuasa Tuhan. Kisah Para Rasul ini mencatat bahwa Kornelius merupkan orang non-Yahudi pertama yang menjadi orang Kristen (pengikut Kristus).
Banyak pelajaran berharga yang kita dapatkan dari kehidupan Kornelius ini, antara lain: Punya jabatan tak membuatnya sombong. Orang yang memiliki kedudukan tinggi biasanya mudah sekali takabur, berlaku sombong dan memandang rendah orang lain. Perhatikan yang Alkitab katakan: "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;" (Yesaya 2:11). Meski berpangkat, Kornelius tetaplah orang yang rendah hati. Ada tertulis: "...kerendahan hati mendahului kehormatan." (Amsal 3:34). Jika saat ini kita dipercaya oleh Tuhan sebuah jabatan atau kedudukan yang tinggi, jangan sampai hal itu membuat kita lupa diri, memegahkan diri, apalagi sampai menganggap rendah orang lain.
Jangan lupa selalu bersyukur kepada Tuhan dan tetaplah menjadi orang yang rendah hati, karena semua datangnya dari Tuhan.
Baca: Kisah Para Rasul 10:1-48
"Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah." Kisah 10:2
Kalau mendengar kata pejabat maka yang ada dalam pikiran kita adalah orang yang sangat terpandang dan disegani semua orang, di mana-mana mendapatkan pelayanan yang VIP. Namun tidak sedikit orang berpendapat bahwa pejabat identik dengan orang yang hanya mau menang sendiri, katanya pelayan masyarakat tapi nyatanya selalu ingin dilayani oleh masyarakat, gampang sekali menyalahgunakan wewenang (korupsi, suap).
Kornelius adalah seorang perwira pasukan Romawi yang disebut pasukan Italia (ayat 1). Ini menunjukkan bahwa Kornelius bukanlah orang biasa, tapi orang yang memiliki jabatan tinggi atau pemimpin, namun ia pejabat atau pemimpin yang mengayomi masyarakat, memiliki hati untuk rakyatnya dan takut akan Tuhan. Inilah yang membedakan dengan kebanyakan pejabat/pemimpin zaman sekarang yang cenderung mementingkan golongannya atau diri sendiri. Sesungguhnya Kornelius berasal dari bangsa kafir. Tetapi menyadari tanggung jawabnya sebagai pemimpin yang tak mudah, ia pun sadar bahwa ia sangat membutuhkan campur tangan kuasa Tuhan. Kisah Para Rasul ini mencatat bahwa Kornelius merupkan orang non-Yahudi pertama yang menjadi orang Kristen (pengikut Kristus).
Banyak pelajaran berharga yang kita dapatkan dari kehidupan Kornelius ini, antara lain: Punya jabatan tak membuatnya sombong. Orang yang memiliki kedudukan tinggi biasanya mudah sekali takabur, berlaku sombong dan memandang rendah orang lain. Perhatikan yang Alkitab katakan: "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;" (Yesaya 2:11). Meski berpangkat, Kornelius tetaplah orang yang rendah hati. Ada tertulis: "...kerendahan hati mendahului kehormatan." (Amsal 3:34). Jika saat ini kita dipercaya oleh Tuhan sebuah jabatan atau kedudukan yang tinggi, jangan sampai hal itu membuat kita lupa diri, memegahkan diri, apalagi sampai menganggap rendah orang lain.
Jangan lupa selalu bersyukur kepada Tuhan dan tetaplah menjadi orang yang rendah hati, karena semua datangnya dari Tuhan.
Subscribe to:
Posts (Atom)