Wednesday, January 17, 2018

AKIBAT DOSA HARUS DITANGGUNG SENDIRI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Januari 2018

Baca:  Yehezkiel 18:1-32

"Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya."  Yehezkiel 18:20a

Pada zaman perjalanan bangsa Israel ada yang namanya konsep dosa komunal, yaitu jika seorang melakukan dosa atau pelanggaran maka akibatnya akan ditanggungkan kepada seluruh keluarga atau keturunannya, dan bahkan suatu bangsa akan terkena dampak atau akibatnya.  Salah satu contohnya adalah pelanggaran yang dilakukan oleh Akhan.  Karena telah menyimpan barang-barang yang dikhususkan bagi Tuhan, Akhan dan seluruh anggota keluarganya, termasuk ternaknya, dibinasakan oleh Tuhan  (baca  Yosua 7:20-26).  "...karena Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda, mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu. Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel."  (Yosua 7:1), sehingga mereka pun dipukul kalah oleh orang-orang Ai.

     Namun dalam firman Tuhan hari ini Tuhan mengajarkan sebuah konsep yang harus dipahami oleh semua orang percaya adalah bahwa setiap orang bertanggung jawab sendiri atas dosa yang diperbuatnya.  Artinya setiap orang yang melakukan dosa atau melanggar firman Tuhan haruslah menanggung sendiri akibat perbuatannya tersebut.  Peringatan keras ini perlu disampaikan supaya kita tidak main-main dengan dosa, sebab sekecil apa pun dosa adalah kebencian di mata Tuhan.  Di hadapan manusia mungkin kita bisa menyembunyikan dosa, tetapi  "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."  (Ibrani 4:13).

     Karena itu  "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu."  (Galatia 6:7-8).  Selagi masih ada waktu dan kesempatan marilah kita hidup dalam pertobatan setiap hari.

"...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal,"  Ibrani 2:2

Tuesday, January 16, 2018

BUANG SEMUA BERHALA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Januari 2018

Baca:  Yehezkiel 20:30-44

"Apakah kamu menajiskan dirimu juga dengan cara hidup nenek moyangmu dan berzinah dengan mengikuti dewa-dewanya yang menjijikkan?"  Yehezkiel 20:30

Hari ini banyak orang yang mengikuti Kristus tetapi masih menyimpan berhala atau memiliki berhala-berhala dalam hidupnya.  Memang setiap Minggu mereka masih rajin pergi ke gereja, namun sesungguhnya ia mencintai hartanya lebih dari cintanya kepada Tuhan.  Hati mereka telah terpaut kepada harta.  "...di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).  Padahal Alkitab jelas menyatakan:  "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."  (Matius 6:24).  Ada pula mereka yang tampak aktif melayani pekerjaan Tuhan, namun sesungguhnya mereka melakukannya bukan untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan, tetapi untuk dilihat orang, dipuji, dihormati dan memiliki reputasi baik di mata orang-orang di sekitarnya.  Sesungguhnya mereka telah memberhalakan dirinya sendiri.

     Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan, yang dikuduskan untuk menjadi umat yang beribadah kepada-Nya.  Namun ketika melihat kehidupan bangsa-bangsa lain yang menyembah kepada berhala mereka pun terpengaruh dan akhirnya hati mereka menjadi bercabang dua:  kepada Tuhan dan juga berhala.  Artinya mereka tidak meninggalkan Tuhan sepenuhnya, tapi mereka juga menyembah kepada berhala-berhala.  Tak terhitung banyaknya Tuhan menegur dan memperingatkan, sebentar saja bertobat tapi kemudian berbalik lagi kepada berhala.  Bagaimana rasanya jika orang yang kita kasihi telah mendua atau berpaling kepada yang lain?  Kita pasti merasa cemburu dan hati ini terasa sakit.  Tuhan sangat membenci umat-Nya yang bercabang hati.  "...mereka menimbulkan sakit hati-Ku dengan berhala mereka. " (Ulangan 32:21).  Berhala adalah kejijikan dan kekejian di mata Tuhan, dan Ia memandang umat yang melakukannya sebagai kenajisan.

     Berhala-berhala zaman ini memiliki berbagai macam bentuk.  Berhala adalah segala hal yang menggeser posisi Tuhan sebagai penguasa hati dan hidup kita.  Uang, kekayaan, jabatan, bisnis, bahkan koran, gadget dan sebagainya dapat menjadi berhala ketika semuanya itu menjadi lebih utama daripada Tuhan dan menyita sebagian besar waktu dalam hidup kita, sampai-sampai kita tak punya waktu lagi untuk Tuhan.

Buang dan singkirkan berhala-berhala yang selama ini menjadi kebencian Tuhan!