Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Desember 2017
Baca: Yakobus 1:12-18
"Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya
dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada
perubahan atau bayangan karena pertukaran." Yakobus 1:17
Dalam tulisannya rasul Yakobus mengingatkan supaya kita jangan pernah mengatakan kalau kita sedang dalam pencobaan, lalu kita menyimpulkan bahwa pencobaan tersebut berasal dari Bapa. Mengapa? Karena Bapa tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya." (Yakobus 1:14). Banyak dari kita yang tak menyadari bahwa segala yang baik itu berasal dan datang dari Bapa, karena Dia adalah sumber segala yang baik. Berbagai cara Bapa lakukan untuk menghadirkan kebaikan bagi kita, bahkan di balik masalah atau peristiwa yang menyakitkan sekali pun (Roma 8:28); dan apa pun yang Bapa berikan bagi anak-anak-Nya, sungguh tak dapat diukur dan dinilai berdasarkan akal dan pemikiran manusia.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan musim berganti musim, namun kasih, pemeliharaan dan penyertaan tak pernah berubah dalam hidup kita. Sungguh, tanpa Tuhan yang menyertai, kita takkan mampu menjalani hari-hari yang berat, hingga akhirnya tanpa terasa kita sudah berada di penghujung hari di tahun 2017. "Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!" (Mazmur 103:2). Haruslah selalu kita ingat bahwa Bapa memberikan sesuatu bukan semata-mata untuk kesenangan kita, tapi Ia memberikan segala yang baik supaya kita dapat memuliakan Dia dan menjadi saluran berkat bagi orang lain. "Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa." (Mazmur 67:2-3). Bapa memberkati kita supaya kita menjadi penyalur berkat-Nya, yaitu dengan menabur.
Kita patut bersyukur karena kita memiliki Bapa yang sungguh teramat baik, yang suka memberi dan selalu memberi; dan apa yang Bapa beri adalah berkat yang baru!
"Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" Ratapan 3:22
Sunday, December 31, 2017
Saturday, December 30, 2017
MENGHARAPKAN PENGGENAPAN JANJI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Desember 2017
Baca: Mazmur 119:81-88
"Habis mataku merindukan janji-Mu; aku berkata: 'Bilakah Engkau akan menghiburkan aku?'" Mazmur 119:82
Tinggal menghitung hari, tepatnya dua hari lagi tahun 2017 sudah akan berakhir, tapi masih banyak yang mengganjal dalam hati orang percaya dan timbul tanda tanya: "Mengapa janji Tuhan belum juga tergenapi dalam hidupku, padahal sudah setahun lamanya aku menunggu-nunggu?" Tak semua orang percaya menyadari bahwa antara janji sampai kepada kegenapannya membutuhkan waktu; dan Tuhan memakai waktu untuk membentuk dan memroses kita agar kita semakin dewasa rohani, mengajar kita untuk hidup bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan semakin mendekatkan diri kepada-Nya.
Orang percaya tak seharusnya ragu dan bimbang terhadap apa yang Tuhan telah janjikan, karena janji Tuhan adalah ya dan amin. Kalau Tuhan yang berjanji pasti Dia pasti akan menggenapinya, sebab Dia "bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19). Namun yang harus diperhatikan adalah ada harga yang harus dibayar untuk kita melihat janji Tuhan itu digenapi.
Bagaimana sikap kita dalam mengharapkan kegenapan janji Tuhan? 1. Pegang teguh janji Tuhan. Kalau kita tahu bahwa yang berjanji itu Tuhan, bukan manusia, maka tidak ada hal-hal yang perlu dipertanyakan lagi, semisal: benarkah mujizat Tuhan masih ada? Sungguhkah penyakitku bisa sembuh? Dapatkah ekonomi keluarga pulih? Seharusnya pertanyaan kita ini: apa yang perlu berubah dari hidupku? Sudahkah hidupku berkenan kepada Tuhan? Karena itu jangan pernah memberontak saat dalam proses! 2. Jangan terpengaruh oleh situasi. Setelah kita tahu ada janji Tuhan, maka fokus kita harus pada janji Tuhan itu, bukan pada situasi atau kondisi yang ada. Sekalipun hari-hari yang kita jalani tampak berat, ada masalah dan kesulitan, tapi jika arah pandang kita senantiasa tertuju kepada Tuhan dan janji-Nya, kita takkan menjadi lemah dan putus asa. Ingatlah ahwa waktu Tuhan bukan waktu kita, dan waktu Tuhan adalah yang terbaik. Oleh karena itu belajarlah untuk tetap bersyukur, dan semakin kita bersyukur semakin kita beroleh kekuatan untuk menanti-nantikan Tuhan.
"Janji-Mu sangat teruji, dan hamba-Mu mencintainya." Mazmur 119:140
Baca: Mazmur 119:81-88
"Habis mataku merindukan janji-Mu; aku berkata: 'Bilakah Engkau akan menghiburkan aku?'" Mazmur 119:82
Tinggal menghitung hari, tepatnya dua hari lagi tahun 2017 sudah akan berakhir, tapi masih banyak yang mengganjal dalam hati orang percaya dan timbul tanda tanya: "Mengapa janji Tuhan belum juga tergenapi dalam hidupku, padahal sudah setahun lamanya aku menunggu-nunggu?" Tak semua orang percaya menyadari bahwa antara janji sampai kepada kegenapannya membutuhkan waktu; dan Tuhan memakai waktu untuk membentuk dan memroses kita agar kita semakin dewasa rohani, mengajar kita untuk hidup bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan semakin mendekatkan diri kepada-Nya.
Orang percaya tak seharusnya ragu dan bimbang terhadap apa yang Tuhan telah janjikan, karena janji Tuhan adalah ya dan amin. Kalau Tuhan yang berjanji pasti Dia pasti akan menggenapinya, sebab Dia "bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19). Namun yang harus diperhatikan adalah ada harga yang harus dibayar untuk kita melihat janji Tuhan itu digenapi.
Bagaimana sikap kita dalam mengharapkan kegenapan janji Tuhan? 1. Pegang teguh janji Tuhan. Kalau kita tahu bahwa yang berjanji itu Tuhan, bukan manusia, maka tidak ada hal-hal yang perlu dipertanyakan lagi, semisal: benarkah mujizat Tuhan masih ada? Sungguhkah penyakitku bisa sembuh? Dapatkah ekonomi keluarga pulih? Seharusnya pertanyaan kita ini: apa yang perlu berubah dari hidupku? Sudahkah hidupku berkenan kepada Tuhan? Karena itu jangan pernah memberontak saat dalam proses! 2. Jangan terpengaruh oleh situasi. Setelah kita tahu ada janji Tuhan, maka fokus kita harus pada janji Tuhan itu, bukan pada situasi atau kondisi yang ada. Sekalipun hari-hari yang kita jalani tampak berat, ada masalah dan kesulitan, tapi jika arah pandang kita senantiasa tertuju kepada Tuhan dan janji-Nya, kita takkan menjadi lemah dan putus asa. Ingatlah ahwa waktu Tuhan bukan waktu kita, dan waktu Tuhan adalah yang terbaik. Oleh karena itu belajarlah untuk tetap bersyukur, dan semakin kita bersyukur semakin kita beroleh kekuatan untuk menanti-nantikan Tuhan.
"Janji-Mu sangat teruji, dan hamba-Mu mencintainya." Mazmur 119:140
Subscribe to:
Posts (Atom)