Friday, December 29, 2017

JANGAN PERNAH MENDUA HATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Desember 2017

Baca:  Yeremia 44:1-30

"Mengapa kamu mau menimbulkan sakit hati-Ku dengan perbuatan tanganmu, yakni membakar korban kepada allah lain di tanah Mesir yang kamu masuki untuk tinggal sebagai orang asing di sana?"  Yeremia 44:8 

Salah satu faktor yang seringkali menjadi penyebab retaknya keharmonisan dalam sebuah rumah tangga adalah ketika salah satu dari mereka  (suami/isteri)  melakukan perselingkuhan, atau kehadiran orang ke-3.  Hal itu menunjukkan bahwa salah satu dari pasangan telah mendua hati dan tidak lagi setia terhadap pasangannya.  Inilah juga yang diperbuat oleh bangsa Yehuda, dimana mereka tidak lagi mengasihi Tuhan sepenuh hati, tidak lagi setia kepada-Nya.  Bangsa Yehuda sudah tidak lagi menempatkan Tuhan sebagai Single Authority, karena ada allah lain yang bertakhta di hati mereka, tanda bahwa hati mereka telah bercabang.

     Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa mereka telah  "...beribadah kepada allah lain yang tidak dikenal oleh mereka sendiri..."  (ayat 3), hidup mengandalkan dan berharap kepada Mesir, yang adalah gambaran tentang kekuatan dan kemegahan dunia.  Perbuatan mereka telah menyakiti dan melukai hati Tuhan.  Padahal sudah berkali-kali Tuhan memperingatkan mereka dengan mengutus nabi-nabi-Nya, salah satunya melalui Yeremia ini:  "Janganlah hendaknya kamu melakukan kejijikan yang Aku benci ini! Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memperhatikan supaya berbalik dari kejahatan mereka dan tidak membakar korban lagi kepada allah lain."  (ayat 4-5).  Tetapi teguran dan peringatan Tuhan ini dianggapnya sebagai angin lalu.

     Berhati-hatilah!  "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya."  (Galatia 6:7).  Mereka tidak menyadari bahwa ketidaktaatan mereka mendatangkan hukuman bagi diri sendiri.  "Inilah tanda bagimu, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menghukum kamu di tempat ini, supaya kamu mengetahui bahwa perkataan-perkataan-Ku terhadap kamu akan sungguh-sungguh terwujud untuk kecelakaanmu."  (Yeremia 44:29).  Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang setia, sehingga Ia pun menuntut kesetiaan kita kepada-Nya.

Jangan sekali-kali menduakan Tuhan dalam hidup ini, karena Dia adalah Tuhan yang cemburu  (baca  Keluaran 34:14).

Thursday, December 28, 2017

MENJADI HAMBA YANG DISUKAI TUANNYA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Desember 2017

Baca:  Lukas 12:41-48

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya."  Lukas 12:44

Selain rajin bekerja, hal yang disukai tuan terhadap hambanya adalah:  2.  Hamba yang setia.  Kesetiaan berbicara tentang loyalitas.  Zaman sekarang tak mudah menemukan orang-orang yang setia.  "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?"  (Amsal 20:6).  Pada umumnya orang akan setia tapi disertai pamrih atau tendensi.  Tuhan menghendaki kita menjadi hamba-hamba-Nya yang setia.  Tak semua orang menyadari bahwa sesungguhnya kesetiaan adalah pintu gerbang untuk mengalami berkat dan promosi dari Tuhan.  "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar."  (Lukas 16:10a).  Mungkinkah tuan memercayakan perkara-perkara besar kepada hambanya, jika hamba itu tidak terlebih dahulu setia dalam perkara-perkara kecil?  Perhatikan apa yang dikatakan tuan terhadap hamba yang setia:  "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."  (Matius 25:21).

     3.  Hamba yang mengerti kehendak tuannya"Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut."  (Lukas 12:47-48).  Kristus telah memberikan teladan bagaimana Ia menempatkan kehendak Bapa sebagai yang terutama dalam hidup-Nya.  Sebagai hamba-Nya hendaknya kita menjadikan kehendak Tuhan sebagai yang terpenting dan terutama pula, lebih dari apa pun.

     Bagaimana kita tahu kehendak Tuhan?  Ketika kita bergaul karib dengan Tuhan dan tinggal di dalam firman-Nya setiap hari.

Jadilah hamba yang setia dan senantiasa mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan, niscaya kita akan menjadi hamba kesayangan-Nya dan diberkati-Nya!