Saturday, December 16, 2017

BERTOBAT ATAU TIDAK: Sebuah keputusan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Desember 2017

Baca:  Lukas 10:13-16

"Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."  Lukas 10:16

Pertobatan adalah sebuah keharusan bagi semua orang, bukan hanya bagi mereka yang berlaku jahat, tapi termasuk juga bagi orang percaya  (pengikut Kristus).  Mengapa?  Karena manusia dilahirkan dalam dosa dengan memiliki kecenderungan hati yang ingin selalu berbuat jahat.  Inilah yang disebut  'dosa warisan', keberadaan berdosa semua orang yang dibawa sejak lahir;  atau yang lain lebih senang memakai istilah  'dosa asal', seperti tertulis:  "Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa."  (Roma 5:12).

     Ketika kita menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat berarti kita telah bertobat.  Arti bertobat bukan hanya berhenti dari segala perbuatan jahat, tetapi mengalihkan arah jalan hidup:  dari jalan yang tadinya mengarah kepada dosa berbalik kepada jalan yang benar di dalam Kristus.  Karena itu pertobatan dimulai dengan hati yang terbuka menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, lalu menjadikan Dia sebagai Raja yang berhak memerintah atas hidup ini.  Mau bertobat atau tidak mau bertobat adalah sebuah keputusan atau pilihan hidup yang harus diambil oleh setiap orang.  Masih banyak orang menyebut diri sebagai pengikut Kristus lebih suka mengambil keputusan tidak mau bertobat, pikirnya pertobatan hanya akan mengekang ruang geraknya, tidak bisa hidup sesuka hati, tidak bisa memuaskan keinginan dagingnya.  "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya."  (Galatia 5:24).

     Awal pertobatan pasti terasa berat dan sakit karena pada proses ini semua kedagingan mulai dikikis.  Percayalah dengan pertolongan dan tuntunan Roh Kudus kita akan mampu melewati proses tersebut dengan kemenangan.  Selagi ada kesempatan jangan tunda-tunda waktu untuk bertobat!  Tuhan Yesus sangat mengecam keras orang-orang yang tidak mau bertobat, dengan berkata:  "celakalah!"

Hidup tanpa pertobatan hanya akan menuntun seseorang kepada kehancuran!

Friday, December 15, 2017

TUGAS BERAT PEMBERITA FIRMAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Desember 2017

Baca:  Yehezkiel 2:1-10

"Kepada keturunan inilah, yang keras kepala dan tegar hati, Aku mengutus engkau dan harus kaukatakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH."  Yehezkiel 2:4

Dipanggil dan dipercaya Tuhan untuk melaksanakan tugas sebagai penyambung lidah Tuhan adalah pekerjaan yang sangat mulia.  Ini merupakan suatu anugerah, sebab tidak semua orang dipercaya untuk melaksanakan tugas ini.  Salah satunya adalah Yehezkiel.  "...Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa pemberontak yang telah memberontak melawan Aku. Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka terhadap Aku sampai hari ini juga."  (Yehezkiel 2:3).

     Adalah hal yang mudah menyampaikan firman Tuhan kepada orang-orang yang memiliki respons hati yang benar, yang hatinya mau dibentuk, mau menerima teguran dan didikan, ibarat seorang menabur benih di tanah yang subur atau gembur.  Tapi bagaimana jika kita harus menyampaikan firman Tuhan kepada orang-orang yang tegar tengkuk, keras hati dan suka memberontak, seperti menabur benih di tanah yang keras, berbatu-batu dan dipenuhi dengan semak belukar?  Tentu hal ini bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dilakukan!  Inilah tugas yang harus diemban oleh Yehezkiel, yaitu menyampaikan firman Tuhan kepada bangsa Israel, suatu bangsa yang keras kepala dan tegar hati  (ayat nas).  Apalagi pada saat itu Yehezkiel juga termasuk bagian dari orang-orang yang dibuang ke Babel.  Artinya sebagian besar umat Israel sedang berada di bawah pengawasan tentara Babel.  Tak bisa dibayangkan apa yang berkecamuk di dalam hati Yehezkiel ketika menerima panggilan Tuhan ini;  dan tak bisa dibayangkan pula bagaimana reaksi umat Israel, apalagi berita yang hendak disampaikannya adalah tentang penghukuman Tuhan oleh karena pemberontakan mereka.  Meski dihadapkan pada tantangan yang teramat berat, Yehezkiel tetap melakukan dengan setia apa yang disuruhkan Tuhan kepadanya.

     Di zaman seperti sekarang ini tantangan yang harus dihadapi oleh hamba-hamba Tuhan tidak semakin mudah.  Meski begitu kita tidak boleh menyerah pada keadaan yang ada, kita harus terus maju menyampaikan kebenaran, apa pun resikonya.

"Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran."  2 Timotius 4:2