Friday, December 15, 2017

TUGAS BERAT PEMBERITA FIRMAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Desember 2017

Baca:  Yehezkiel 2:1-10

"Kepada keturunan inilah, yang keras kepala dan tegar hati, Aku mengutus engkau dan harus kaukatakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH."  Yehezkiel 2:4

Dipanggil dan dipercaya Tuhan untuk melaksanakan tugas sebagai penyambung lidah Tuhan adalah pekerjaan yang sangat mulia.  Ini merupakan suatu anugerah, sebab tidak semua orang dipercaya untuk melaksanakan tugas ini.  Salah satunya adalah Yehezkiel.  "...Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa pemberontak yang telah memberontak melawan Aku. Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka terhadap Aku sampai hari ini juga."  (Yehezkiel 2:3).

     Adalah hal yang mudah menyampaikan firman Tuhan kepada orang-orang yang memiliki respons hati yang benar, yang hatinya mau dibentuk, mau menerima teguran dan didikan, ibarat seorang menabur benih di tanah yang subur atau gembur.  Tapi bagaimana jika kita harus menyampaikan firman Tuhan kepada orang-orang yang tegar tengkuk, keras hati dan suka memberontak, seperti menabur benih di tanah yang keras, berbatu-batu dan dipenuhi dengan semak belukar?  Tentu hal ini bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dilakukan!  Inilah tugas yang harus diemban oleh Yehezkiel, yaitu menyampaikan firman Tuhan kepada bangsa Israel, suatu bangsa yang keras kepala dan tegar hati  (ayat nas).  Apalagi pada saat itu Yehezkiel juga termasuk bagian dari orang-orang yang dibuang ke Babel.  Artinya sebagian besar umat Israel sedang berada di bawah pengawasan tentara Babel.  Tak bisa dibayangkan apa yang berkecamuk di dalam hati Yehezkiel ketika menerima panggilan Tuhan ini;  dan tak bisa dibayangkan pula bagaimana reaksi umat Israel, apalagi berita yang hendak disampaikannya adalah tentang penghukuman Tuhan oleh karena pemberontakan mereka.  Meski dihadapkan pada tantangan yang teramat berat, Yehezkiel tetap melakukan dengan setia apa yang disuruhkan Tuhan kepadanya.

     Di zaman seperti sekarang ini tantangan yang harus dihadapi oleh hamba-hamba Tuhan tidak semakin mudah.  Meski begitu kita tidak boleh menyerah pada keadaan yang ada, kita harus terus maju menyampaikan kebenaran, apa pun resikonya.

"Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran."  2 Timotius 4:2

Thursday, December 14, 2017

KELEMBUTAN HATI SEPERTI KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Desember 2017

Baca:  1 Petrus 2:18-25

"Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil."  1 Petrus 2:23

Banyak orang percaya kurang menyadari bahwa hidup kekristenan adalah sebuah proses pembelajaran untuk menjadi serupa dengan Kristus.  Apalah artinya menyebut diri sebagai pengikut Kristus, apabila dalam kehidupan sehari-hari karakter dan perilaku kita sama sekali tidak mencerminkan Kristus atau tidak meneladani bagaimana Kristus hidup.

     Salah satu sifat Kristus yang patut diteladani adalah kelembutan hati-Nya.  Kristus tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan, sebaliknya Ia mengasihi orang yang berbuat jahat kepada-Nya, bahkan terhadap orang-orang yang meludahi-Nya, menghujat-Nya, mencambuk-Nya dan bahkan menyalibkan-Nya, Ia justru berdoa bagi mereka dan memohonkan pengampunan kepada Bapa:  "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."  (Lukas 23:34).  Bagaimana dengan kita?  Ketika disakiti dan dilukai umumnya kita cenderung membela diri dan berusaha membalas dendam.  Dalam hal mengasihi dan mengampuni musuh, Kristus adalah teladan utama.  Kita pun bisa belajar dari orang-orang di Alkitab:  Yusuf, walaupun memiliki kemampuan dan kesempatan membalas kejahatan saudara-saudaranya, tidak dilakukannya.  Ia justru melepaskan pengampunan kepada mereka dan memberikan pertolongan ketika mereka berada dalam kesesakan.  Musa, meski ditentang hebat dan dikatai-katai oleh Miryam, ia tak membalas dan akhirnya Tuhan sendiri yang bertindak sebagai pembela;  "...tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju;"  (Bilangan 12:10).  Rasul Paulus juga menghadapi hal yang sama:  "Aleksander, tukang tembaga itu, telah banyak berbuat kejahatan terhadap aku. Tuhan akan membalasnya menurut perbuatannya."  (2 Timotius 4:14).

     Sebagai pengikut Kristus, terimalah perintah untuk hidup sama seperti Kristus hidup  (1 Yohanes 2:6), walaupun untuk memiliki kelembutan hati seperti Kristus tidak mudah, diperlukan proses dan hati yang mau tunduk kepada pimpinan Roh Kudus.

Ketika kita punya kelembutan hati, mengasihi dan mengampuni orang yang bersalah kepada kita, sesungguhnya kita sedang membiasakan diri untuk mengenakan pribadi Kristus!