Wednesday, December 13, 2017

PROFESI KITA ADALAH PANGGILAN KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Desember 2017

Baca:  Matius 4:1-18-22

"Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia."  Matius 4:20

Perikop dari pembacaan firman adalah tentang Kristus memanggil murid-murid yang pertama.  Ketika sedang menyusuri danau Galilea Yesus melihat dua orang bersaudara,  "...Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya."  (Matius 4:18).  Ada pun profesi dari kedua orang itu adalah nelayan, dan waktu itu mereka sedang menjala ikan.  Berkatalah Yesus kepada mereka,  "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."  (Matius 4:19).  Mendengar panggilan Kristus itu mereka pun bergegas meninggalkan jalanya dan kemudian mengikut Dia dengan sepenuh hati.

     Pernyataan bahwa Simon  (Petrus)  dan Andreas rela meninggalkan jalanya  (profesi)  dan mengikut Kristus  (ayat nas), seringkali diasumsikan salah oleh banyak orang Kristen.  Mereka berpikir untuk mengikut Kristus dan melayani Dia mereka harus meninggalkan pekerjaan atau profesi lamanya.  Apakah harus demikian?  Tuhan tidak pernah memerintahkan umat-Nya untuk meninggalkan pekerjaan  (profesi)  dan kemudian menjadi seorang full timer di gereja, karena melayani Tuhan tidak harus berada di belakang mimbar sebagai pengkhotbah, gembala sidang, worship leader dan sebagainya.  Ketika Petrus dan Andreas pada suatu kesempatan memutuskan untuk kembali menekuni profesi lamanya sebagai nelayan, Yesus tidak marah kepada mereka, bahkan Ia bersedia menolong:  "'Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.' Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan."  (Yohanes 21:6).

     Kita seringkali lupa dan tidak menyadari bahwa sesungguhnya pekerjaan atau profesi yang sedang kita tekuni adalah sebuah ladang untuk melayani Tuhan, sebab pekerjaan atau profesi kita adalah juga panggilan Tuhan bagi kita.  Oleh karena itu apa pun pekerjaan atau profesi kita, dan di mana pun Tuhan menempatkan kita untuk bekerja dan berkarya, biarlah keberadaan kita selalu menjadi berkat dan kesaksian bagi orang sekitar kita.  Bagaimana caranya?  "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."  (Kolose 3:23).

Ketika kita melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia, itu adalah sebuah pelayanan yang berkenan!

Tuesday, December 12, 2017

MELAYANI TUHAN: Harus Ada Pengorbanan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Desember 2017

Baca:  2 Timotius 4:1-8

"Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran."  2 Timotius 4:2

Ciri utama pelayanan adalah pengorbanan.  Jika belum ada pengorbanan, sesungguhnya kita masih belum melayani Tuhan dengan sungguh.  Mengapa?  Karena tidak ada yang dikorbankan bagi Tuhan.  Umumnya kita hanya mau melayani saat keadaan sedang baik atau normal.  Padahal sebenarnya pengorbanan itulah yang sangat diperhitungkan oleh Tuhan.  Jadi kita dapat dikatakan sedang melayani Tuhan jika kita telah berkorban bagi Tuhan, apa pun keadaannya  (di segala situasi).  Karena itu belajarlah setia melayani Tuhan, baik atau tidak baik keadaannya, krisis atau diberkati, suka atau duka..  Apa pun yang telah kita korbankan bagi Tuhan tidak pernah sia-sia, pasti diperhitungkan-Nya.

     Dalam melayani Tuhan jangan pernah memiliki ambisi ingin dihormati dan dihargai, namun kejarlah karakter seorang hamba yaitu rendah hati, tekun, setia dan taat.  Pada saatnya, promosi dari Tuhan pasti akan datang dengan sendirinya,  "Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain."  (Mazmur 75:7).  Jangan sekali-kali kita mengharapkan upah manusia, tapi berharaplah hanya kepada Tuhan.  "Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya."  (Kolose 3:24).  Manusia seringkali melihat hasil, tetapi Tuhan lebih menghargai suatu proses;  manusia lebih memperhatikan penampilan jasmaniah, tetapi Tuhan melihat hati atau motivasi saat kita melakukan segala sesuatu.

     Selagi ada waktu dan kesempatan layanilah Tuhan sepenuh hati dan berilah yang terbaik bagi Dia.  Percayalah Ia tidak pernah kekurangan cara untuk memberkati orang-orang yang setia melayani-Nya.  Setiap jerih lelah, pengorbanan dan harga yang telah kita bayar untuk melayani Tuhan tak satu pun yang terlewatkan dan tak dicatat oleh Tuhan.  Pelayanan itu bukanlah beban, melainkan suatu kehormatan yang tak ternilai harganya.

Kristus rela mengorbankan nyawa-Nya bagi kita, masakan kita tidak mau berkorban bagi Dia?