Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Desember 2017
Baca: Yohanes 13:31-35
"Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Yohanes 13:35
Kristus berkata: "Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan." (Yohanes 13:13). Kristus adalah Guru Agung kita yang mengajarkan segala sesuatu kepada kita. Sebagai murid-murid-Nya kita harus meneladani Dia di dalam segala hal, sehingga pada akhirnya kita juga dapat menjadi teladan bagi orang lain yang kita bimbing. Jadi bukan sekedar ajaran yang kita sampaikan, tetapi kita harus menjadi sama seperti Guru kita dalam hal menjadi teladan bagi orang lain. Adalah wajib bagi kita untuk taat kepada perintah dan ajaran-Nya yang tertulis dalam Alkitab. Karena itu kita harus senantiasa menyediakan waktu untuk membaca, merenungkan dan meneliti Alkitab. "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8:31-32).
Dalam situasi apa pun Alkitab harus tetap menjadi patokan, pedoman dan standar hidup kita, tidak boleh dikurangi atau ditambah dengan alasan apa pun, seperti tertulis: "Jangan menambahi firman-Nya, supaya engkau tidak ditegur-Nya dan dianggap pendusta." (Amsal 30:6). Seorang murid perlu belajar firman Tuhan karena firman Tuhan inilah yang akan mengajar kita supaya dapat menjadi murid Kristus, sebab "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar,
untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (2 Timotius 3:16-17).
3. Hidup dalam kasih. Tuhan Yesus berkata, "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu
saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula
kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Murid Kristus wajib hidup di dalam kasih sebagaimana Kristus hidup. Kekristenan itu identik dengan kasih! Jika kita mengaku diri sebagai pengikut Kristus, tapi kita sendiri tidak hidup di dalam kasih, maka kita tidak dilayak disebut murid Kristus.
Memiliki kasih dalam tindakan adalah tanda bahwa kita ini adalah murid Kristus!
Saturday, December 9, 2017
Friday, December 8, 2017
LAYAKKAH DISEBUT MURID KRISTUS? (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Desember 2017
Baca: Lukas 14:25-27
"Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku." Lukas 14:27
Banyak orang Kristen beranggapan bahwa setelah percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka hal itu sudah cukup baginya disebut sebagai murid Kristus. Ditambah lagi dengan kerajinan kita dalam beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan, bukankah semakin mempertegas status kita sebagai murid-Nya? Sebatas itukah kriteria menjadi seorang murid Kristus? Tidak semua orang yang menyebut diri sebagai pengikut Kristus itu layak disebut murid Kristus. Mengapa? Karena untuk menjadi murid Kristus yang sejati, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi:
1. Menyangkal diri dan pikul salib. Jelas dikatakan: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Lukas 9:23). Bila seorang hanya mau memuaskan keinginan dagingnya, enggan menanggalkan 'manusia lama' itu artinya tidak ada penyangkalan diri dalam hidupnya. Dan setiap pengikut Kristus harus memiliki salibnya sendiri-sendiri. Artinya bahwa salib itu tidak mungkin dipikul oleh orang lain. kita sering mendengar ada saudara-saudara seiman yang harus mengalami penganiayaan, intimidasi, diejek, dikucilkan, dan bahkan dijebloskan ke dalam penjara, bukan karena melakukan pelanggaran, tapi karena mempertahankan iman percayanya kepada Kristus. Rasul Petrus berkata: "Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, -karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa-," (1 Petrus 4:1). Tidak sedikit orang percaya yang tidak siap mental dalam memikul salibnya sendiri. Ketika diperhadapkan dengan masalah, kesulitan, tantangan dan penderitaan, mereka mudah sekali menjadi kecewa, bersungut-sungut dan marah kepada Tuhan, lalu meninggalkan Tuhan.
2. Tinggal dalam firman Tuhan. Seorang murid haruslah selalu mengikut kemanapun Sang Guru pergi. Ini berarti kita tidak bisa berjalan menuruti kemauan dan kehendak sendiri, tetapi harus mengikuti kehendak Tuhan sepenuhnya. Karena itu, kita harus menunjukkan konsistensinya dalam menjalankan apa yang diajarkan oleh Kristus. Menjadi pelaku firman Tuhan adalah harga mutlak bagi seorang murid Kristus.
Baca: Lukas 14:25-27
"Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku." Lukas 14:27
Banyak orang Kristen beranggapan bahwa setelah percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka hal itu sudah cukup baginya disebut sebagai murid Kristus. Ditambah lagi dengan kerajinan kita dalam beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan, bukankah semakin mempertegas status kita sebagai murid-Nya? Sebatas itukah kriteria menjadi seorang murid Kristus? Tidak semua orang yang menyebut diri sebagai pengikut Kristus itu layak disebut murid Kristus. Mengapa? Karena untuk menjadi murid Kristus yang sejati, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi:
1. Menyangkal diri dan pikul salib. Jelas dikatakan: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Lukas 9:23). Bila seorang hanya mau memuaskan keinginan dagingnya, enggan menanggalkan 'manusia lama' itu artinya tidak ada penyangkalan diri dalam hidupnya. Dan setiap pengikut Kristus harus memiliki salibnya sendiri-sendiri. Artinya bahwa salib itu tidak mungkin dipikul oleh orang lain. kita sering mendengar ada saudara-saudara seiman yang harus mengalami penganiayaan, intimidasi, diejek, dikucilkan, dan bahkan dijebloskan ke dalam penjara, bukan karena melakukan pelanggaran, tapi karena mempertahankan iman percayanya kepada Kristus. Rasul Petrus berkata: "Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, -karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa-," (1 Petrus 4:1). Tidak sedikit orang percaya yang tidak siap mental dalam memikul salibnya sendiri. Ketika diperhadapkan dengan masalah, kesulitan, tantangan dan penderitaan, mereka mudah sekali menjadi kecewa, bersungut-sungut dan marah kepada Tuhan, lalu meninggalkan Tuhan.
2. Tinggal dalam firman Tuhan. Seorang murid haruslah selalu mengikut kemanapun Sang Guru pergi. Ini berarti kita tidak bisa berjalan menuruti kemauan dan kehendak sendiri, tetapi harus mengikuti kehendak Tuhan sepenuhnya. Karena itu, kita harus menunjukkan konsistensinya dalam menjalankan apa yang diajarkan oleh Kristus. Menjadi pelaku firman Tuhan adalah harga mutlak bagi seorang murid Kristus.
Subscribe to:
Posts (Atom)