Monday, November 27, 2017

MASA DEPAN DI DALAM KEKEKALAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 November 2017

Baca:  1 Petrus 1:3-12

"untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu."  1 Petrus 1:4

Tuhan Yesus menyatakan bahwa setiap orang percaya  (pengikut-Nya)  adalah bukan berasal dari dunia ini.  "Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia."  (Yohanes 17:16).  Dari pernyataan ini Tuhan Yesus hendak menegaskan bahwa orang percaya adalah orang-orang yang memiliki masa depan yang gilang gemilang.  Masa depan yang dimaksudkan bukan sekedar masa depan saat mereka hidup di bumi ini, karena pada saatnya bumi akan jatuh dan hancur.  "Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup..."  (2 Petrus 3:10-11).

     Masa depan yang sesungguhnya bagi orang percaya adalah hidup dalam kemuliaan yaitu di Kerajaan Sorga, sebagaimana yang Tuhan Yesus sampaikan sebelum ia naik ke sorga:  "Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada."  (Yohanes 14:2-3).  Berbicara tentang masa depan di dalam kekekalan, Rasul Petrus menyatakan,  "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu."  (1 Petrus 1:3-4).

     Rasul Paulus menulis:  "Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,"  (Filipi 3:20).  Karena kewargaan orang percaya adalah sorga, maka keberadaan orang percaya di dunia ini hanyalah sebagai seorang pendatang atau perantau saja.

Segala sesuatu yang ada di bumi tidak ada arti apa-apa jika dibandingkan dengan kemuliaan Kerajaan Sorga;  inilah masa depan kita yang sesungguhnya!

Sunday, November 26, 2017

JANGKAUAN PANDANG JAUH KE DEPAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 November 2017

Baca:  Efesus 1:3-14

"Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga."  Efesus 1:3

Banyak orang Kristen berurusan dengan Tuhan semata-mata hanya berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.  Dengan kata lain mereka mencari Tuhan karena ingin mendapatkan sesuatu dari-Nya:  kesembuhan, pekerjaan, usaha, bisnis, jodoh, keturunan dan sebagainya.  Benar apa kata Tuhan Yesus:  "...sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang."  (Yohanes 6:26).  Kalau kita mencari Tuhan hanya untuk kepentingan kebutuhan jasmani, berarti kita tidak menganggap Tuhan Yesus sebagai yang terpenting dalam hidup kita;  dan kalau kita menganggap bahwa Tuhan Yesus tak lebih hanya sebagai penyedia kebutuhan jasmani, maka bagi mereka yang kaya secara materi tidak merasa memerlukan Tuhan karena semua yang diperlukan telah terpenuhi.  Mereka merasa bahwa tanpa Tuhan pun mereka dapat berhasil dan meraih apa yang diinginkan.

     Orang percaya seharusnya arah pandangnya tidak semata-mata tertuju kepada berkat-berkat yang sifatnya jasmaniah, melainkan kita harus dapat melihat dengan jangkauan pandang yang jauh ke depan, bahwa ada berkat-berkat Tuhan yang jauh lebih bernilai dan berharga, yang sifatnya kekal, yaitu keselamatan dan kehidupan kekal.  Orientasi berpikir kita akan memengaruhi kualitas kerohanian kita.  Kalau yang kita pikirkan hanya tertuju kepada perkara-perkara duniawi semata kita pasti tidak punya upaya yang kuat untuk mengejar perkara-perkara rohani.

     Sasaran hidup orang percaya adalah menjadi serupa dengan Kristus dan mencapai kedewasaan rohani yang penuh.  "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya,"  (Roma 8:29)  dan  "sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,"  (Efesus 4:13).  Rasul Paulus memperingatkan,  "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."  (Kolose 3:2).

Apalah artinya kita memiliki segala-galanya di dunia ini tapi pada akhirnya kita harus kehilangan berkat Tuhan yang sesungguhnya?