Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 November 2017
Baca: Yakobus 1:19-25
"Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu
banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di
dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu." Yakobus 1:21
Firman Tuhan telah memperingatkan: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Hati harus dijaga dengan segala kewaspadaan karena hati memegang peranan penting dalam kehidupan seseorang. Bagaimana respons hati kita terhadap benih firman Tuhan yang ditabur akan menentukan seberapa efektif dan seberapa besar dampak kuasa firman terhadap kehidupan kita. Ingat, seberapa lama orang menjadi Kristen tak menjamin ia memiliki kedewasaan rohani, semua bergantung pada respons hatinya terhadap firman Tuhan!
Untuk mengalami kuasa firman Tuhan Yakobus memberikan kuncinya: "...buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu
banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman..." (ayat nas). Hati kita harus dalam keadaan bersih dan beres: segala yang kotor dan jahat harus dibuang. Kemudian kita harus menerima firman Tuhan dengan lemah lembut, artinya dengan kerendahan hati bersedia untuk dikoreksi, disiplin, ditegur, dibentuk dan diajar. Tidak sedikit orang Kristen ketika mendengar firman Tuhan yang keras langsung tersinggung dan marah. Alkitab menyatakan bahwa bagi mereka yang hatinya keras, berita Injil adalah suatu kebodohan, tetapi bagi mereka yang merespons dengan sikap hati yang benar (percaya), berita Injil adalah kekuatan Tuhan yang menyelamatkan dan memerdekakan. "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8:31-32).
Seberapa kuat fondasi kerohanian kita sangat dipengaruhi oleh kebiasaan kita dalam merenungkan dan melakukan firman Tuhan (baca Matius 7:24), bukan hanya sekedar membaca, mendengar firman Tuhan, dan lalu melupakan begitu saja (ayat 22-24). Tanda seorang yang memiliki respons hati yang benar terhadap firman adalah suka membaca, meneliti, merenungkan firman Tuhan, serta melakukannya (Yakobus 1:25).
"Aku hendak bergemar dalam perintah-perintah-Mu yang kucintai...aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu." Mazmur 119:47-48
Saturday, November 18, 2017
Friday, November 17, 2017
RESPONS HATI TERHADAP FIRMAN TUHAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 November 2017
Baca: Markus 4:1-20
"Dan sebagian (benih) jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat." Markus 4:8
Alkitab menggambarkan firman Tuhan itu sebagai benih, sedangkan hati manusia adalah tanahnya. Tuhan memberikan benih dengan tujuan agar benih itu bertumbuh di atas tanah yang baik sehingga dapat berbuah atau menghasilkan panenan. Dengan kata lain benih tidak akan bertumbuh jika benih tersebut tidak ditanam di dalam tanah. Begitu juga dengan benih firman Tuhan, tidak akan dapat hidup apabila tidak ditanamkan di dalam hati kita. Hati kita digambarkan sebagai tanah yang siap untuk ditaburi benih, yaitu benih firman Tuhan. Daud berkata, "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau." (Mazmur 119:11). "Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan." (Mazmur 119:16). Itu artinya Daud menanam benih firman Tuhan di dalam hatinya.
Banyak orang Kristen mendengar firman Tuhan hanya sambil lalu atau sekedar hafal dengan ayat-ayat di Alkitab, tapi mereka tak pernah menanamkan firman itu di dalam hatinya. Dampaknya pun jelas, benih itu tak dapat bertumbuh dengan baik, apalagi menghasilkan buah, padahal "...setiap pohon dikenal pada buahnya." (Lukas 6:44a). Kehidupan rohaninya tetap saja kering alias gersang, tak ada dampak. Akhirnya orang lain hanya melihat buah-buah masam yang menjadi hasil tuaiannya. Kuasa firman Tuhan itu dahsyat, seperti yang Daud katakan, "Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya." (Mazmur 33:6), "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada." (Mazmur 33:9). Namun firman Tuhan tidak akan bekerja apabila firman itu tidak ditanam di tanah hati yang baik.
Bagaimana keadaan tanah hati Saudara? Keras, berbatu-batu, penuh dengan semak duri, atau subur? Ini berbicara tentang respons atau sikap hati kita terhadap firman Tuhan. Jika selama ini kita merasa sudah banyak membaca, mendengar, dan mengerti ayat-ayat di Alkitab, atau bahkan sudah hafal di luar kepala, tetapi kita tetap saja belum mengalami kuasa firman Tuhan di dalam hidup ini, bukan berarti Alkitab adalah firman yang tidak berkuasa. Yang harus dikoreksi adalah sikap hati kita terhadap firman itu sendiri!
Baca: Markus 4:1-20
"Dan sebagian (benih) jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat." Markus 4:8
Alkitab menggambarkan firman Tuhan itu sebagai benih, sedangkan hati manusia adalah tanahnya. Tuhan memberikan benih dengan tujuan agar benih itu bertumbuh di atas tanah yang baik sehingga dapat berbuah atau menghasilkan panenan. Dengan kata lain benih tidak akan bertumbuh jika benih tersebut tidak ditanam di dalam tanah. Begitu juga dengan benih firman Tuhan, tidak akan dapat hidup apabila tidak ditanamkan di dalam hati kita. Hati kita digambarkan sebagai tanah yang siap untuk ditaburi benih, yaitu benih firman Tuhan. Daud berkata, "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau." (Mazmur 119:11). "Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan." (Mazmur 119:16). Itu artinya Daud menanam benih firman Tuhan di dalam hatinya.
Banyak orang Kristen mendengar firman Tuhan hanya sambil lalu atau sekedar hafal dengan ayat-ayat di Alkitab, tapi mereka tak pernah menanamkan firman itu di dalam hatinya. Dampaknya pun jelas, benih itu tak dapat bertumbuh dengan baik, apalagi menghasilkan buah, padahal "...setiap pohon dikenal pada buahnya." (Lukas 6:44a). Kehidupan rohaninya tetap saja kering alias gersang, tak ada dampak. Akhirnya orang lain hanya melihat buah-buah masam yang menjadi hasil tuaiannya. Kuasa firman Tuhan itu dahsyat, seperti yang Daud katakan, "Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya." (Mazmur 33:6), "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada." (Mazmur 33:9). Namun firman Tuhan tidak akan bekerja apabila firman itu tidak ditanam di tanah hati yang baik.
Bagaimana keadaan tanah hati Saudara? Keras, berbatu-batu, penuh dengan semak duri, atau subur? Ini berbicara tentang respons atau sikap hati kita terhadap firman Tuhan. Jika selama ini kita merasa sudah banyak membaca, mendengar, dan mengerti ayat-ayat di Alkitab, atau bahkan sudah hafal di luar kepala, tetapi kita tetap saja belum mengalami kuasa firman Tuhan di dalam hidup ini, bukan berarti Alkitab adalah firman yang tidak berkuasa. Yang harus dikoreksi adalah sikap hati kita terhadap firman itu sendiri!
Subscribe to:
Posts (Atom)