Wednesday, October 25, 2017

HIDUP DILIPUTI KECEMASAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Oktober 2017

Baca:  Lukas 12:22-31

"Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu."  Lukas 12:29

Hari-hari ini semua orang diliputi oleh rasa cemas.  Jika orang-orang kecil diliputi oleh kecemasan akan pemenuhan kebutuhan hidupnya, orang-orang berada justru mencemaskan harta kekayaan yang dimiliki:  mau disimpan di mana, takut dirampok atau dicuri, atau cukupkah untuk menjamin kelangsungan hidup turunannya.  Kita akan menjadi cemas jika hati dan pikiran kita semata-mata tertuju kepada perkara-perkara duniawi, padahal semua yang ada di dunia ini bersifat sementara saja dan semu.

     Firman Tuhan mengajar kita untuk tidak menjadi cemas.  Kecemasan adalah sesuatu yang dirancang oleh Iblis untuk menghasilkan stres, ketegangan dan maut.  Kecemasan adalah dosa karena merupakan lawan dari iman.  Ketika kita mencemaskan suatu hal berarti kita sedang tidak memercayai kuasa Tuhan, meragukan Tuhan untuk menyelesaikan masalah kita.  Kata cemas berarti:  tidak tenteram hati  (karena khawatir, takut);  gelisah.  Apakah yang seharusnya kita lakukan terhadap semua keprihatinan tentang masalah-masalah yang sedang kita hadapi?  Rasul Petrus menasihati,  "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."  (1 Petrus 5:7).  Kita diperintahkan untuk menyerahkan segala kekuatiran, bukan hanya 75 persen atau 50 persen;  segalanya berarti semuanya, tanpa terkecuali.

     Mengapa masih banyak di antara orang percaya hidup dalam kecemasan setiap hari, padahal mereka sudah berdoa?  Karena mereka tidak menyerahkan segala permasalahan hidupnya kepada Tuhan, tapi hanya sebagian saja atau beberapa saja, dan berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan kekuatan sendiri.  Kita tidak akan mencemaskan apa pun kalau kita memiliki penyerahan penuh kepada Tuhan.  Tuhan takkan mengambil kecemasan dari dalam diri kita, tetapi kitalah yang harus menyerahkan kecemasan itu kepada-Nya.  Ini adalah bagian dari tindakan iman yang menunjukkan bahwa kita sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan.  Pemazmur menulis:  "...berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan-Nyalah mereka dari kecemasan mereka,"  (Mazmur 107:13).

Praktekkan firman Tuhan setiap hari, kita pasti hidup tanpa diliputi kecemasan!

Tuesday, October 24, 2017

TENANG DI SEGALA SITUASI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Oktober 2017

Baca:  Mazmur 55:1-24

"Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat yang tenang, bahkan aku akan lari jauh-jauh dan bermalam di padang gurun."  Mazmur 55:7-8

Ada banyak perkara di dunia ini sedang berjalan menuju kehancuran dan sudah berada di penghujung zaman.  Konflik, pertikaian, perang, bencana alam, perekonomian sulit, wabah penyakit, tingkat kejahatan yang semakin hari semakin mengkhawatirkan, dan kehidupan kekristenan semakin hari semakin mengalami tekanan yang luar biasa.  Hal itu kian mempertegas bahwa tidak ada satu pun di dunia ini yang dapat memberikan jaminan bagi semua orang untuk hidup tenang.

     Bagaimana sikap orang percaya menghadapi situasi ini?  Kita tak perlu terkejut dan kecut hati, karena Alkitab sudah menyatakan jauh sebelumnya  (baca  Matius 24:3-14).  Ingat!  Ketenangan bukanlah sebuah keadaan, tetapi sebuah keputusan, artinya walaupun situasi kelihatannya semakin sulit dan menakutkan, tetapi kita bisa membuat sebuah keputusan untuk tetap berlaku tenang.  Kita punya alasan kuat untuk tetap berlaku tenang apa pun situasinya, karena kita punya Tuhan yang tidak pernah mengecewakan, Ia selalu siap menolong tepat pada waktunya.

     Mengapa kita harus tetap bersikap tenang?  Karena ketenangan dapat mendatangkan kekuatan.  "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu."  (Yesaya 30:15).  Orang yang mampu bersikap tenang akan dapat menghadapi segala persoalan.  Kita seringkali dikalahkan oleh masalah, bukan karena kita terlalu lemah, atau masalahnya terlalu berat seperti Goliat, tetapi karena kita sendiri panik, gugup, cemas, kuatir dan takut.  Orang yang tidak bisa bersikap tenang cenderung selalu berpikiran negatif sehingga keputusan-keputusan yang diambil pun menjadi keliru.  Rasul Petrus menasihati,  "Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa."  (1 Petrus 4:7).  Orang yang tenang, dalam doanya bukan hanya menyampaikan apa yang ia mau kepada Tuhan, tetapi juga mendengar apa yang menjadi kehendak Tuhan.

Kunci untuk mengalami ketenangan adalah tinggal dekat Tuhan, karena Dialah sumber keselamatan bagi kita  (baca  Mazmur 62:2).