Thursday, October 19, 2017

DALAM KEBERSAMAAN DAN KERUKUNAN: ada Kekuatan dan Berkat (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Oktober 2017

Baca:  Mazmur 133:1-3

"Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!"  Mazmur 133:1

Salah satu hal yang sangat dibenci dan ditakuti Iblis adalah ketika orang percaya hidup dalam kebersamaan dan kerukunan.  Iblis benci melihat keluarga-keluarga Kristen hidup rukun dan hamba-hamba Tuhan saling bergandengan tangan.  Itulah sebabnya Iblis selalu mencari cara dan celah untuk menciptakan perpecahan dan pertikaian dalam hidup orang percaya.  Alkitab secara gamblang menyatakan Iblis adalah pencuri, yang  "...datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10).

     Mengapa Iblis benci dan takut dengan kebersamaan dan kerukunan orang percaya?  Karena ia tahu bahwa di dalam kebersamaan dan kerukunan akan tercipta sebuah kekuatan yang luar biasa.  "Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya."  (Mazmur 133:3b).  Raja Daud mengibaratkan kebersamaan dan kerukunan itu seperti minyak yang mengalir dari janggut ke leher jubah Harun  (Mazmur 133:2).  Harun adalah imam besar  (baca  Keluaran 30:30), sehingga minyak yang dimaksudkan di sini adalah minyak urapan yang mengalir saat prosesi pengurapan Imam Besar Harun.  Tentunya minyak urapan dan prosesi pengurapan Imam Besar ini sangat luar biasa indah dan baiknya.  Itulah yang terkandung dalam kebersamaan dan kerukunan.  Di mana ada kebersamaan dan kerukunan di antara umat Tuhan, di situlah ada sukacita, pemulihan, pengampunan dan perkenanan Tuhan.

     Raja Daud juga mengibaratkan kebersamaan dan kerukunan itu seperti embun gunung Hermon  (Mazmur 133:3).  Gunung Hermon memiliki ketinggian lebih dari 2.700 meter, menonjol di ufuk timur laut.  Salju menyelimuti puncak-puncaknya yang tertinggi sampai pertengahan musim panas.  Gunung ini terlihat dari tempat yang sangat jauh.  Ketinggian yang mengesankan, air yang berlimpah-limpah.  Dari gunung inilah sumber air bagi danau Galilea, yang kemudian mengalir melalui bukit-bukit Sion, seperti dinyanyikan pemazmur.  Embunnya juga menyegarkan tanaman dan membasahi semua pepohonan yang ada di sekitarnya.  Ini berbicara tentang suatu kehidupan yang dampaknya dapat dirasakan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya alias menjadi berkat.

Wednesday, October 18, 2017

KETAATAN YANG TELAH TERUJI (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Oktober 2017

Baca:  Matius 4:1-11

"Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus."  Matius 4:11

Tak disangkal bahwa makanan jasmani adalah kebutuhan yang paling fundamental bagi manusia, karena diperlukan untuk kelangsungan hidup.  Tetapi tujuan hidup manusia bukan semata-mata untuk makan.  Ada kebutuhan lain yang jauh lebih penting dari makanan jasmani, yang dapat menentukan makna dan tujuan hidup manusia sesungguhnya, yaitu makanan rohani  (firman Tuhan).

     Gagal pada usaha pertama, Iblis tidak menyerah begitu saja dan terus mencobai Yesus dengan membawa Dia ke kota suci dan menempatkan-Nya di atas bubungan bait Suci.  "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."  (Matius 4:6).  Sebagai Mesias tentunya Yesus sangat membutuhkan pengakuan orang banyak, dan apabila Ia dapat melompat dari atas bubungan bait suci dengan selamat di hadapan khalayak, pastilah mereka akan mengakui Dia sebagai Mesias.  Namun Yesus menolak tawaran dan saran dari Iblis itu:  "Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"  (Matius 4:7).  Yesus tidak mau mencobai Bapa dan tidak mau memperoleh popularitas sebagai Mesias dari orang banyak dengan cara mendemonstrasikan kekuatan kuasa-Nya.  Berbeda dengan sikap manusia umumnya yang cenderung tergoda untuk memperoleh popularitas dan pengakuan, dengan cara apa pun.

     Karena kembali gagal, Iblis membawa Yesus ke atas gunung yang tinggi dan memperlihatkan seluruh dunia dengan segala kemegahannya.  Semua itu akan diberikan kepada-Nya jika Ia mau menyembah Iblis  (Matius 4:8).  Yesus sama sekali tidak tergiur dengan tawaran itu.  Karena itu, Yesus berkata:  "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"  (Matius 4:10).  Akhirnya, Yesus keluar sebagai pemenang, kualitas pribadi-Nya benar-benar telah teruji.  Dia telah membuktikan kesetiaan dan ketaatan-Nya kepada Bapa.

Di tengah situasi sulit, mampukah kita tetap menjaga kualitas hidup kita yaitu taat dan setia kepada Tuhan?