Wednesday, October 18, 2017

KETAATAN YANG TELAH TERUJI (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Oktober 2017

Baca:  Matius 4:1-11

"Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus."  Matius 4:11

Tak disangkal bahwa makanan jasmani adalah kebutuhan yang paling fundamental bagi manusia, karena diperlukan untuk kelangsungan hidup.  Tetapi tujuan hidup manusia bukan semata-mata untuk makan.  Ada kebutuhan lain yang jauh lebih penting dari makanan jasmani, yang dapat menentukan makna dan tujuan hidup manusia sesungguhnya, yaitu makanan rohani  (firman Tuhan).

     Gagal pada usaha pertama, Iblis tidak menyerah begitu saja dan terus mencobai Yesus dengan membawa Dia ke kota suci dan menempatkan-Nya di atas bubungan bait Suci.  "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."  (Matius 4:6).  Sebagai Mesias tentunya Yesus sangat membutuhkan pengakuan orang banyak, dan apabila Ia dapat melompat dari atas bubungan bait suci dengan selamat di hadapan khalayak, pastilah mereka akan mengakui Dia sebagai Mesias.  Namun Yesus menolak tawaran dan saran dari Iblis itu:  "Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"  (Matius 4:7).  Yesus tidak mau mencobai Bapa dan tidak mau memperoleh popularitas sebagai Mesias dari orang banyak dengan cara mendemonstrasikan kekuatan kuasa-Nya.  Berbeda dengan sikap manusia umumnya yang cenderung tergoda untuk memperoleh popularitas dan pengakuan, dengan cara apa pun.

     Karena kembali gagal, Iblis membawa Yesus ke atas gunung yang tinggi dan memperlihatkan seluruh dunia dengan segala kemegahannya.  Semua itu akan diberikan kepada-Nya jika Ia mau menyembah Iblis  (Matius 4:8).  Yesus sama sekali tidak tergiur dengan tawaran itu.  Karena itu, Yesus berkata:  "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"  (Matius 4:10).  Akhirnya, Yesus keluar sebagai pemenang, kualitas pribadi-Nya benar-benar telah teruji.  Dia telah membuktikan kesetiaan dan ketaatan-Nya kepada Bapa.

Di tengah situasi sulit, mampukah kita tetap menjaga kualitas hidup kita yaitu taat dan setia kepada Tuhan?

Tuesday, October 17, 2017

KETAATAN YANG TELAH TERUJI (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Oktober 2017

Baca:  Matius 4:1-11

"Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis."  Matius 4:1

Ada kalimat bijak mengatakan:  "Pelaut yang tangguh tidak terbentuk dari laut yang tenang."  Artinya kualitas hidup seseorang akan terlihat ketika ia dihadapkan pada proses ujian, ketika berhadapan langsung dengan masalah, kesulitan, krisis atau situasi-situasi sulit.  Dalam keadaan yang normal, mulus, baik, sehat dan sejahtera, umumnya semua orang akan mampu menyembunyikan sifat dan karakternya yang kurang baik dan sebaliknya menunjukkan hal-hal yang baik-baik saja.  Namun saat berhadapan dengan situasi sulit, buruk, krisis atau sesuatu yang mengancam dan membahayakan, seperti sakit-penyakit, kemiskinan atau penderitaan, sulit bagi kita untuk menyembunyikan jati diri atau karakter yang sesungguhnya.

     Untuk mengetahui kualitas yang sesungguhnya pada diri-Nya,  "...Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis."  (Matius 4:1).  Padang gurun adalah tempat yang sangat tandus dan kering.  Pada siang hari udaranya sangat panas dan sangat dingin di waktu malam.  Tidak ada makanan dan minuman, juga tidak ada pohon rindang untuk berteduh.  Padang gurun seringkali menjadi bayang-bayang maut bagi siapa saja yang berada di sana, seperti yang dikeluhkan oleh bangsa Israel ketika berada di padang gurun:  "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?"  (Keluaran 14:11).  Namun Yesus justru menjadikan padang gurun sebagai tempat Dia berpuasa selama 40 hari 40 malam.

     Setelah berpuasa selama 40 hari 40 malam, sebagai manusia, Yesus merasa lapar.  Kesempatan ini pun tidak disia-siakan oleh Iblis untuk mencobai-Nya dengan berkata,  "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."  (Matius 4:3).  Iblis menyapa Yesus sebagai Putera Bapa, hendak mengingatkan-Nya bahwa Ia memiliki kuasa untuk melakukan mujizat.  Dengan kuasa-Nya Yesus memang pasti mampu mengubah batu menjadi roti.  Iblis tahu persis bahwa makanan adalah kebutuhan pokok yang paling mendasar untuk kelangsungan hidup manusia.  Tetapi Yesus dapat melawan godaan Iblis ini dengan berkata,  "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."  (Matius 4:4).