Friday, October 13, 2017

MEMUNGKIRI KEBESARAN KUASA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Oktober 2017

Baca:  Ayub 11:1-20

"Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? Tingginya seperti langit - apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati - apa yang dapat kauketahui?"  Ayub 11:7-8

Sungguh mengherankan jika sampai hari ini masih ada orang yang tidak percaya bahwa Tuhan itu ada.  Mereka bertanya:  "Bagaimana kita dapat meyakini Tuhan itu benar-benar ada?"  Padahal setiap hari kita melihat keajaiban-keajaiban alam terjadi di depan mata:  keindahan bunga yang bermekaran di padang, pertumbuhan tanaman dan buah-buah yang dihasilkan, siapakah yang berkarya di balik itu?  Belum lagi keagungan benda-benda di langit, di angkasa yang begitu menakjubkan.  Siapa yang memerintahkan matahari untuk terbit dari ufuk timur dan memancarkan sinarnya secara penuh pada siang hari, serta bintang-bintang dan rembulan menerangi bumi pada malam hari?  Mengapa selalu tepat waktu dan tidak pernah tertukar waktunya?  Siapakah yang mengatur planet-planet sehingga semuanya berjalan dengan teratur tanpa dikendalikan oleh suatu alat yang terlihat oleh mata jasmani?  Tuhan-lah tentu yang mengatur  (baca  Yeremia 33:25).

     Kalau mau jujur, pasti kita akan mengakui bahwa semuanya itu ada yang mengatur dan mengendalikan, yaitu Tuhan,  "Punya-Mulah langit, punya-Mulah juga bumi, dunia serta isinya Engkaulah yang mendasarkannya. Utara dan selatan, Engkaulah yang menciptakannya, Tabor dan Hermon bersorak-sorai karena nama-Mu. Punya-Mulah lengan yang perkasa, kuat tangan-Mu dan tinggi tangan kanan-Mu."  (Mazmur 89:12-14).  Jelas bahwa alam semesta dan semua yang ada di bawah langit dan di atas bumi telah memperlihatkan keberadaan Tuhan sebagai Sang Pencipta.

     Adalah sebuah kebodohan jika manusia berusaha untuk memungkiri, meragukan dan bahkan menolak Tuhan secara mentah-mentah, serta menganggap bahwa Tuhan itu tidak ada.  Karena itu mereka dengan sengaja tak mau taat kepada firman yang telah ditetapkan di dalam Alkitab.  Siapakah kita ini sehingga merasa gengsi untuk mengakui bahwa sesungguhnya kita ini penuh dengan keterbatasan dan membutuhkan Juruselamat dalam hidup ini?  Bapa telah menyediakan jalan keselamatan melalui Yesus Kristus, tetapi banyak orang dengan sombong tak mau mengakui, apalagi menerima-Nya.

"Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada."  (Mazmur 33:9).  Masihkah kita tak percaya kepada-Nya?

Thursday, October 12, 2017

KRISTUS : Fondasi Hidup Orang Percaya

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Oktober 2017

Baca:  Matius 16:13-20

"Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya."  Matius 16:18

Fondasi adalah hal terpenting dari suatu bangunan.  Mengapa?  Sebab kualitas fondasi sebuah bangunan akan menentukan batasan seberapa kokoh dan seberapa tinggi bangunan bisa dibangun di atasnya.  Begitu pula dalam kehidupan rohani, hukum yang sama juga berlaku.  Kehidupan orang percaya itu diumpamakan seperti sebuah bangunan.  Karena itu penting sekali memperhatikan fondasi hidup kita, sebab fondasi akan menentukan kualitas kerohanian kita.

     Tuhan Yesus berkata,  "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu."  (Matius 7:24-25).  Alkitab jelas menyatakan bahwa fondasi hidup orang percaya adalah Tuhan Yesus sendiri, bukan yang lain seperti tertulis:  "...tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus."  (1 Korintus 3:11).  Jadi, yang menjadi fondasi hidup orang percaya bukanlah sebuah pelayanan, keanggotaan atau jabatan dalam struktur keorganisasian di sebuah gereja dan sebagainya.  "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."  (1 Petrus 2:6).

     Nama Petrus dalam bahasa Yunani adalah petros yang memiliki arti batu kecil atau kerikil.  Adapun batu karang dalam bahaasa Yunani adalah petra yang artinya batu besar.  Artinya bahwa gereja tidak dibangun di atas pribadi Petrus, yang adalah seorang manusia lemah, penuh keterbatasan dan mudah sekali rapuh, seperti batu kecil atau kerikil.  Gereja yang dibangun diatas pribadi manusia takkan mampu berdiri kokoh dan mudah sekali diombang-ambingkan.  Bukti nyata adalah perjalanan rohani Petrus sendiri yang pernah menyangkal Tuhan Yesus sebanyak tiga kali.  Satu-satunya fondasi hidup yang kokoh bagi orang percaya, tak lain dan tak bukan, hanyalah Tuhan Yesus sendiri.

"Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah."  Mazmur 62:3