Thursday, September 21, 2017

KEMENANGAN SEOLAH DI PIHAK MUSUH (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 September 2017

Baca:  Daniel 3:1-30

"Kepada beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu."  Daniel 3:20

Pemazmur menyatakan,  "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu; Ia melindungi segala tulangnya, tidak satupun yang patah."  (Mazmur 34:20-21).  Ketika orang percaya hidup mengandalkan Tuhan dan melekat kepada-Nya, ada jaminan perlindungan dan pemeliharaan dari Tuhan meski dihadapkan pada banyak tantangan, tekanan, penderitaan atau aniaya sekalipun terkadang kemenangan gemilang yang terjadi atas orang percaya berawal dari peristiwa-peristiwa yang seakan-akan merupakan suatu kekalahan.  Orang beriman yang memegang teguh janji firman Tuhan dapat saja menghadapi suatu situasi yang teramat gelap dan mengerikan, seolah-olah Iblis sedang berada di atas angin dan mengalahkan mereka.

     Walaupun jiwanya terancam atau nyawa menjadi taruhannya, Sadrakh, Mesakh dan Abednego tetap tak mau menukarkan Tuhan mereka dengan patung buatan raja Nebukadnezar.  Inilah bukti iman yang hidup, yaitu iman yang didukung dengan suatu komitmen kepada Tuhan.  Raja mengancam akan mencampakkan ketiga pemuda itu ke dalam perapian yang menyala-nyala bila mereka tak mau menyembah kepada patung emas itu.  Ancaman itu tak menggoyahkan iman mereka!  "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."  (Daniel 3:16-18).

     Inilah ketaatan yang tanpa syarat!  Ketika pemuda ini menaati Tuhan, tidak peduli apakah Dia mau melepaskan mereka atau tidak.  Tentu saja Tuhan sanggup melepaskan, namun ketaatan kita tidak boleh berdasarkan pada hal ini atau pada syarat apa pun.  Berbeda dengan kebanyakan orang Kristen di masa sekarang yang umumnya mau taat tapi dengan syarat-syarat tertentu:  asal Tuhan mau melepaskan mereka dari masalah, asal Tuhan menyembuhkan sakit-penyakit yang dideritanya, asal.... asal.... asal....  (Bersambung)

Wednesday, September 20, 2017

JANGAN MENCURI KEMULIAAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 September 2017

Baca:  Kisah Para Rasul 14:1-20

"Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya."  Kisah 14:15b

Ketika rasul Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di beberapa kota,  "Di Listra ada seorang yang duduk saja, karena lemah kakinya dan lumpuh sejak ia dilahirkan dan belum pernah dapat berjalan. Ia duduk mendengarkan, ketika Paulus berbicara. Dan Paulus menatap dia dan melihat, bahwa ia beriman dan dapat disembuhkan."  (ayat 8-9).  Segeralah Paulus menyuruh orang yang lumpuh itu berdiri, maka ia pun melonjak berdiri, lalu berjalan ke sana ke mari  (ayat 10).  Mujizat terjadi!

     Orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu mengira bahwa Paulus dan Barnabas adalah dewa-dewa yang turun dari langit dalam wujud manusia, sehingga mereka pun menyanjung dan menghormati keduanya sebagaimana yang mereka perbuat terhadap dewa-dewa mereka.  Tersanjungkah Paulus dan Barnabas?  Apakah keduanya bangga dan semakin besar kepala?  Justru keduanya mengoyakkan pakaian sambil berseru:  "Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu."  (ayat 15a).  Karakter seperti yang dimiliki Paulus dan Barnabas pada zaman seperti sekarang ini sangatlah langkah ditemukan.  Orang-orang di zaman sekarang haus akan sanjungan dan pujian dari sesama manusia.  Bukan hanya orang-orang di luar Tuhan, tidak sedikit orang Kristen dan hamba-hamba Tuhan yang memiliki motivasi salah dalam melayani pekerjaan Tuhan.  Mereka suka sekali namanya dikenal, dipuji atau dielu-elukkan oleh banyak orang.  Kita lupa bahwa orang dapat disembuhkan atau bertobat bukan karena kehebatan kita, tapi karena kuasa Tuhan yang turut bekerja di dalamnya dan juga oleh iman dari orang yang didoakan itu sendiri.

     Tanpa Roh Tuhan bekerja kita ini bukan siapa-siapa!  Kita ini hanyalah alatnya Tuhan, tidak lebih.  Tidak sepatutnya kita mencuri kemuliaan Tuhan untuk kepentingan diri sendiri.  Pujian, hormat dan kemuliaan itu hanya patut diberikan hanya kepada Kristus saja, karena  "...punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi!"  (1 Tawarikh 29:11).

Mencari pujian dari manusia adalah sia-sia belaka!  Ini adalah kebencian Tuhan.