Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 September 2017
Baca: 1 Tawarikh 4:9-10
"Yabes lebih dimuliakan dari pada saudara-saudaranya; nama Yabes itu
diberi ibunya kepadanya sebab katanya: 'Aku telah melahirkan dia dengan
kesakitan.'" 1 Tawarikh 4:9
Alkitab menyatakan bahwa Yabes disebut sebagai keturunan Yehuda dari cabang lain. Itu artinya ia berasal dari keturunan yang sama sekali tidak diperhitungkan. Begitu juga dengan namanya, bukan merupakan nama yang memiliki arti baik. Nama Yabes berarti sakit, membawa kemalangan dan kesusahan. Namun pada akhirnya hidup Yabes dan namanya pun terdaftar sebagai orang-orang yang dimuliakan.
Inilah rahasia doa Yabes sehingga beroleh jawaban dari Tuhan: 1. Doanya tidak bertele-tele. Dalam hal berdoa Tuhan Yesus mengajarkan, "Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele
seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka
bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya." (Matius 6:7-8). Tuhan kita adalah Tuhan yang Mahatahu, Ia tahu apa yang ada di dalam hati, pikiran, dan rencana kita. "TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita." (1 Tawarikh 28:9). Karena itu Tuhan menghendaki kita untuk berdoa dengan tidak bertele-tele, melainkan doa yang singkat, jelas, dan tepat pada sasaran. Itulah yang dilakukan oleh Yabes saat berdoa!
2. Tidak mudah putus asa. Sekalipun namanya memiliki arti negatif, buruk dan penuh kemalangan, Yabes tidak larut dalam penyesalan atau mengasihani diri sendiri seperti yang biasa dilakukan oleh banyak orang dengan berkata: "Mengapa hidupku seperti ini... mengapa aku harus menanggung penderitaan ini?" Ia juga tidak menyalahkan keadaan, menyalahkan orangtua yang memberinya nama, apalagi menyalahkan Tuhan. Yabes berjuang untuk mengalahkan penderitaan yang tertulis dalam namanya dengan hidup mengandalkan Tuhan sepenuhnya, karena ia sangat percaya bahwa tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan! "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya
yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu
sebelum menolong mereka?" (Lukas 18:7).
"Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?" Amsal 18:14
Tuesday, September 5, 2017
Monday, September 4, 2017
JANGAN ANDALKAN APA PUN SELAIN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 September 2017
Baca: Amos 6:1-14
"Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion, atas orang-orang yang merasa tenteram di gunung Samaria, atas orang-orang terkemuka dari bangsa yang utama, orang-orang yang kepada mereka kaum Israel biasa datang!" Amos 6:1
Melalui nabi Amos Tuhan memperingatkan umat-Nya agar tidak merasa aman di Sion, merasa tenteram di Samaria, serta tidak mengandalkan manusia.
Sion adalah pusat ibadah bangsa Yehuda, di mana mereka melakukan kegiatan keagamaan: ibadah, mempersembahkan korban dan perayaan. Seringkali kita berpikir bahwa ketika kita sudah rajin beribadah, aktif pelayanan dan memberi persembahan kita sudah menyenangkan hati Tuhan. Ibadah dan pelayanan yang sesungguhnya itu berbicara tentang ketaatan terhadap firman Tuhan. Ibadah hanya akan disebut rutinitas agamawi apabila tidak disertai ketaatan. Tertulis: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan." (1 Samuel 15:22).
Samaria adalah ibukota kerajaan Israel bagian utara, gambaran tentang pusat kekayaan dan kekuasaan. Kata tenteram (batach) berarti percaya atau mengandalkan pada ... Banyak orang mengandalkan kekayaan yang dimiliki dan juga membangga-banggakan jabatan, kedudukan atau kekuasaan. Padahal Alkitab jelas menyatakan bahwa kekayaan adalah sesuatu yang tidak pasti. "Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia (kekayaan), karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali." (Amsal 23:5).
Orang terkemuka berbicara tentang orang-orang yang biasa kita andalkan, koneksi, relasi, atau yang kepadanya kita berharap mendapatkan pertolongan. Berharap kepada manusia pasti akan berujung pada kekecewaan, sebab manusia itu mudah sekali berubah. Karena itu "Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?" (Yesaya 2:22). Usia, kekuatan dan kemampuan manusia itu sangatlah terbatas, bersifat fana dan pada akhirnya akan mati. Artinya bahwa di dalam diri kita ini tidak ada yang dapat diandalkan!
Karena itu jangan sekali-kali kita mengandalkan apa pun yang ada di dunia ini!
Baca: Amos 6:1-14
"Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion, atas orang-orang yang merasa tenteram di gunung Samaria, atas orang-orang terkemuka dari bangsa yang utama, orang-orang yang kepada mereka kaum Israel biasa datang!" Amos 6:1
Melalui nabi Amos Tuhan memperingatkan umat-Nya agar tidak merasa aman di Sion, merasa tenteram di Samaria, serta tidak mengandalkan manusia.
Sion adalah pusat ibadah bangsa Yehuda, di mana mereka melakukan kegiatan keagamaan: ibadah, mempersembahkan korban dan perayaan. Seringkali kita berpikir bahwa ketika kita sudah rajin beribadah, aktif pelayanan dan memberi persembahan kita sudah menyenangkan hati Tuhan. Ibadah dan pelayanan yang sesungguhnya itu berbicara tentang ketaatan terhadap firman Tuhan. Ibadah hanya akan disebut rutinitas agamawi apabila tidak disertai ketaatan. Tertulis: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan." (1 Samuel 15:22).
Samaria adalah ibukota kerajaan Israel bagian utara, gambaran tentang pusat kekayaan dan kekuasaan. Kata tenteram (batach) berarti percaya atau mengandalkan pada ... Banyak orang mengandalkan kekayaan yang dimiliki dan juga membangga-banggakan jabatan, kedudukan atau kekuasaan. Padahal Alkitab jelas menyatakan bahwa kekayaan adalah sesuatu yang tidak pasti. "Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia (kekayaan), karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali." (Amsal 23:5).
Orang terkemuka berbicara tentang orang-orang yang biasa kita andalkan, koneksi, relasi, atau yang kepadanya kita berharap mendapatkan pertolongan. Berharap kepada manusia pasti akan berujung pada kekecewaan, sebab manusia itu mudah sekali berubah. Karena itu "Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?" (Yesaya 2:22). Usia, kekuatan dan kemampuan manusia itu sangatlah terbatas, bersifat fana dan pada akhirnya akan mati. Artinya bahwa di dalam diri kita ini tidak ada yang dapat diandalkan!
Karena itu jangan sekali-kali kita mengandalkan apa pun yang ada di dunia ini!
Subscribe to:
Posts (Atom)