Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 September 2017
Baca: Mazmur 91:1-16
"Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku." Mazmur 91:14
Akar suatu pohon atau tanaman itu pasti mendekat dan melekat pada batang air. Air berbicara tentang firman Tuhan, dan firman Tuhan itu adalah Kristus sendiri. Ini berbicara tentang pentingnya sebuah persekutuan. Kata persekutuan artinya dipersatukan menjadi satu. Jadi, apabila ada persekutuan akan terjadi satu ikatan (batin, roh) antara satu dengan yang lainnya dengan begitu erat, bersatu dan tidak dapat dipisahkan.
Ada lagi ciri orang yang hidup mengandalkan Tuhan: hatinya melekat kepada Tuhan. Melekat kepada Tuhan artinya memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan. Ini adalah tanda ketergantungan kita kepada Tuhan, sama seperti ranting-ranting yang tidak dapat hidup dan berbuah tanpa melekat kepada pokok anggur. Tuhan Yesus berkata, "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.
Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah
banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5). Pemazmur menegaskan bahwa ada berkat yang luar biasa bagi orang yang hidup melekat kepada Tuhan, yaitu hidupnya senantiasa dalam pengawasan Tuhan dan pertolongan-Nya pasti dinyatakan. "Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku." (Mazmur 91:15-16). Tuhan Yesus juga memberikan sebuah jaminan yang pasti bahwa "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di
dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan
menerimanya." (Yohanes 15:7).
Orang yang hatinya melekat kepada Tuhan adalah orang yang suka sekali merenungkan firman Tuhan setiap hari, memperkatakannya dengan iman serta melakukannya, sebab "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." (Roma 10:8). Firman itulah yang akan menuntun langkah hidupnya, sebab "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105).
Karena hatinya senantiasa melekat kepada Tuhan dan firman-Nya, apa saja yang diperbuatnya menjadi berhasil dan beruntung!
Sunday, September 3, 2017
Saturday, September 2, 2017
CIRI ORANG YANG MENGANDALKAN TUHAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 September 2017
Baca: Yeremia 17:5-10
"Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" Yeremia 17:5
Mengapa kita harus mengandalkan Tuhan Yesus dalam hidup ini? Karena Dia adalah Tuhan yang penuh kuasa dan tidak ada perkara yang mustahil bagi-Nya. Tuhan Yesus berkata, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi." (Matius 28:18). Karena itu kita tidak perlu takut menghadapi goncangan-goncangan yang ada di dunia ini, sebab kita punya Tuhan yang tak pernah melepaskan tangan-Nya untuk menuntun kita. Ada tertulis: "TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan." (Yesaya 58:11), dan penyertaan-Nya yang sempurna tidak akan berakhir. "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b).
Apa ciri-ciri orang yang hidup mengandalkan tuhan? Tidak hidup mengandalkan diri sendiri atau kekuatan sendiri. Mengandalkan diri sendiri sama artinya mengandalkan apa yang dimiliki: asal-usul, pendidikan, status kekayaan, kedudukan, kepintaran dan sebagainya. Pemazmur mengingatkan siapa diri kita di hadapan Tuhan, bahwa kita ini adalah debu (baca Mazmur 103:14). Seharusnya kita sadar bahwa pada akhirnya segala perkara yang melekat pada kita tidak akan berguna, tidak dapat menolong, apalagi menyelamatkan dan meluputkan kita dari goncangan-goncangan dunia. Digambarkan tentang keadaan orang yang hidup mengandalkan diri sendiri dan menjauh daripada Tuhan: "Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk." (Yeremia 17:6).
Betapa banyak orang percaya yang ketika sentosa seperti tidak membutuhkan Tuhan, sehingga teguran dan peringatan Tuhan dianggapnya remeh karena merasa diri mampu. "Aku telah berbicara kepadamu selagi engkau sentosa, tetapi engkau berkata: 'Aku tidak mau mendengarkan!' Itulah tingkah langkahmu dari sejak masa mudamu, sebab engkau tidak mau mendengarkan suara-Ku!" (Yeremia 22:21). Kata sentosa (shalvah) diartikan: aman, sukses, makmur dan baik-baik saja.
Baca: Yeremia 17:5-10
"Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" Yeremia 17:5
Mengapa kita harus mengandalkan Tuhan Yesus dalam hidup ini? Karena Dia adalah Tuhan yang penuh kuasa dan tidak ada perkara yang mustahil bagi-Nya. Tuhan Yesus berkata, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi." (Matius 28:18). Karena itu kita tidak perlu takut menghadapi goncangan-goncangan yang ada di dunia ini, sebab kita punya Tuhan yang tak pernah melepaskan tangan-Nya untuk menuntun kita. Ada tertulis: "TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan." (Yesaya 58:11), dan penyertaan-Nya yang sempurna tidak akan berakhir. "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b).
Apa ciri-ciri orang yang hidup mengandalkan tuhan? Tidak hidup mengandalkan diri sendiri atau kekuatan sendiri. Mengandalkan diri sendiri sama artinya mengandalkan apa yang dimiliki: asal-usul, pendidikan, status kekayaan, kedudukan, kepintaran dan sebagainya. Pemazmur mengingatkan siapa diri kita di hadapan Tuhan, bahwa kita ini adalah debu (baca Mazmur 103:14). Seharusnya kita sadar bahwa pada akhirnya segala perkara yang melekat pada kita tidak akan berguna, tidak dapat menolong, apalagi menyelamatkan dan meluputkan kita dari goncangan-goncangan dunia. Digambarkan tentang keadaan orang yang hidup mengandalkan diri sendiri dan menjauh daripada Tuhan: "Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk." (Yeremia 17:6).
Betapa banyak orang percaya yang ketika sentosa seperti tidak membutuhkan Tuhan, sehingga teguran dan peringatan Tuhan dianggapnya remeh karena merasa diri mampu. "Aku telah berbicara kepadamu selagi engkau sentosa, tetapi engkau berkata: 'Aku tidak mau mendengarkan!' Itulah tingkah langkahmu dari sejak masa mudamu, sebab engkau tidak mau mendengarkan suara-Ku!" (Yeremia 22:21). Kata sentosa (shalvah) diartikan: aman, sukses, makmur dan baik-baik saja.
Subscribe to:
Posts (Atom)