Tuesday, August 22, 2017

MEMEDULIKAN ORANG YANG HINA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Agustus 2017

Baca:  Matius 25:31-46

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku."  Matius 25:45

Banyak orang Kristen sudah merasa diri sebagai orang yang  'rohani'  atau memiliki tingkat kerohanian yang mumpuni oleh karena sudah rajin beribadah, terlibat aktif dalam pelayanan, bahkan sudah melayani di atas mimbar, baik itu sebagai pengkhotbah, pemimpin pujian atau singer.  Menurut hemat manusia mereka bisa dikatakan sudah cukup teruji, dan tentunya berharap bahwa apa yang dilakukannya akan menyenangkan hati Tuhan dan Tuhan akan memberikan pujian terhadapnya.

     Perhatikan apa yang Tuhan Yesus katakan,  "Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku."  (ayat 41b-43).  Mendengar perkataan Tuhan Yesus ini semua orang pasti akan terperanjat dan menyangkal, bahwa selama ini mereka tak pernah melihat Tuhan Yesus dalam keadaan seperti yang disebutkan itu:  "Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?"  (ayat 44).  Banyak anak Tuhan sudah berbuat baik, namun tidak dinyatakan kepada orang yang paling hina.  Memang berbuat baik kepada orang yang dipandang hina, kotor dan rendah tak mendapat pujian manusia.  Sedikit orang mau melakukannya.

     Umumnya kita berbuat baik kepada orang yang juga berbuat baik kepada kita, alias mereka yang memiliki kontribusi bagi kita.  Perbuatan baik cenderung didasarkan pada untung-rugi.  Atau kita berlomba-lomba untuk berbuat baik kepada orang yang kaya, terpandang, atau orang besar, supaya kita beroleh perhatian.  Tuhan memperingatkan kita dengan keras agar kita memiliki kepedulian kepada orang-orang miskin dan hina papa.

Kepedulian kita sangat berarti bagi orang-orang yang miskin papa.  Inilah ujian kasih yang sesungguhnya!  Semua yang kita lakukan untuk mereka, Tuhan perhitungkan.

Monday, August 21, 2017

SESUAI DENGAN WAKTU TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Agustus 2017

Baca:  Kejadian 37:1-11

"Katanya: 'Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku.'"  Kejadian 37:9b

Waktu Tuhan berbeda dengan waktu manusia, cara Tuhan bukanlah cara manusia, jalan dan rancangan Tuhan berbeda pula dengan jalan dan rancangan manusia.  Tuhan mempunyai rancangan terhadap setiap kehidupan orang percaya.  Tetapi adakalanya rencana itu baru terwujud kebenarannya atau tergenapi setelah beberapa waktu kemudian sesuai dengan waktu-Nya.  Itulah yang seringkali tidak kita mengerti!  Karena ketidakmengertian ini akhirnya kita mengambil jalan pintas sendiri, atau terlalu cepat mengeluarkan pendapat atau komentar terhadap orang lain.

     Peristiwa seperti di atas menimpa kehidupan Yusuf.  Ia bermimpi tentang masa depannya yang cerah dan gemilang, tapi semua saudaranya dan termasuk orangtuanya tak mempercayainya.  Yusuf terlalu dini menceritakan semua mimpinya sehingga hal itu menimbulkan kecemburuan dan kebencian dalam diri saudara-saudaranya.  Sebelum mimpi itu terwujud Yusuf harus mengalami proses demi proses, penderitaan demi penderitaan:  sempat dimasukkan ke dalam penjara.  Semua orang mencemooh, menghina dan mencaci.  Mungkin mereka berkata,  "Ah, kasihan Yusuf, mimpinya tak terwujud.  Pasti ada yang tak beres dengan hidupnya."  Yusuf tak dapat membantah perkataan dan tudingan miring semua orang yang ditujukan terhadapnya, ia pun tak sanggup membela diri karena fakta saat itu benar adanya.  Tapi Yusuf tak putus asa, penderitaan tak membuatnya kecewa kepada Tuhan, ia tetap berkeyakinan bahwa apa yang datangnya dari Tuhan, lambat atau cepat, pasti digenapi-Nya.  Rencana Tuhan itu tidak pernah gagal seperti yang Ayub katakan,  "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal."  (Ayub 42:2).

     Apa yang terlihat saat ini bukanlah merupakan titik akhir rencana Tuhan.  Orang yang dewasa rohani pasti sanggup melihat dengan mata iman bahwa di balik semua penderitaan pasti ada berkat yang Tuhan sediakan.  Orang yang berada dalam  'ujian'  adalah orang yang sedang dipersiapkan Tuhan untuk menerima berkat-Nya yang besar.

Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya!  (Pengkhotbah 3:11).