Saturday, August 19, 2017

SAAT TUJUAN HIDUP MULAI BERGESER

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Agustus 2017

Baca:  Yohanes 5:30-47

"...sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku."  Yohanes 5:30b

Setiap orang pasti memiliki tujuan hidup.  Karena memiliki tujuan hidup kita terdorong untuk menjalani hari-hari dengan penuh kehati-hatian dengan mata yang tertuju kepada apa yang hendak dicapai.  Iblis senang sekali mengaburkan dan merengut tujuan hidup dari setiap orang percaya dan membawanya kepada suatu keadaan yang dipenuhi dengan kebimbangan dan keragu-raguan.  Ketika orang hidup dalam kebimbangan dan keraguan saat itulah ia tidak lagi percaya penuh akan Tuhan dan janji firman-Nya.  Itulah permulaan orang mulai kehilangan tujuan hidupnya!

     Keberhasilan hidup dinilai oleh dunia dari apa yang dimiliki seseorang, seperti kekayaan, reputasi, kekuasaan, jabatan, popularitas dan sebagainya.  Jika orang percaya merasa tidak memiliki semuanya itu mereka menganggap diri sebagai orang yang gagal mencapai tujuan hidup.  Tetapi ukuran keberhasilan hidup seseorang di mata Tuhan adalah bagaimana ia memiliki hidup yang berkenan kepada-Nya.  Tuhan Yesus memiliki satu tujuan hidup yaitu melakukan kehendak Bapa yang mengutus-Nya  (ayat nas).  Ini bukanlah merupakan kata-kata belaka, tapi Dia membuktikan dengan tindakan nyata pada waktu Dia menghadapi penyaliban-Nya:  "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."  (Lukas 22:42).  Sesungguhnya Tuhan Yesus tidak ingin minum cawan dosa segenap dunia, tetapi Dia menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak Bapa-Nya, dan bahkan Ia taat sampai mati di atas kayu salib.                                         

     Kita harus mengerti tujuan Bapa mengutus Tuhan Yesus ke dunia yaitu untuk menebus dan menyelamatkan kita dari penghukuman kekal, menyembuhkan segala penyakit kita dan untuk menghapus segala kutuk.  Semua perkara itu dapat disimpulkan secara ringkas:  "Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu."  (1 Yohanes 3:8b).  Sebagai umat tebusan-Nya seharusnya kita mengerti akan kebenaran ini.  Apa respons Saudara?

"Karena bagiku hidup adalah Kristus... jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."  Filipi 1:21-22

Friday, August 18, 2017

KEGAGALAN: Ketidaktaatan dan Kekerasan Hati

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Agustus 2017

Baca:  Ibrani 3:7-19

"Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun,"  Ibrani 3:7-8

Tuhan telah berjanji kepada umat Israel:  "Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya,"  (Keluaran 3:8).  Namun tidak semua umat Israel dapat menikmati Kanaan, sebagian dari mereka gagal mencapainya dan harus meninggal di padang gurun.  Kegagalan itu bukan berarti Tuhan ingkar terhadap janji-Nya atau berlaku kejam terhadap mereka.  Ingat, Tuhan tidak pernah merancang kecelakaan atau hal-hal yang jahat bagi umat-Nya, tapi rancangan-Nya adalah  "...rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11).

     Kalau pada akhirnya ada sebagian bangsa Israel yang gagal mencapai Tanah Perjanjian penyebabnya adalah keputusan dan pilihan mereka sendiri, sekalipun mereka adalah bangsa pilihan Tuhan,  "Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun. Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat,"  (1 Korintus 10:5-6).  Secara individu ada banyak dari bangsa Israel yang mengeraskan hati dan tidak mau tunduk kepada tuntunan Tuhan, padahal selama menempuh perjalanan di padang gurun hari-hari mereka dipenuhi dengan mujizat dan perbuatan ajaib dari Tuhan.  Bahkan Alkitab mencatat:  "Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini."  (Ulangan 8:4).

     Kegagalan bangsa Israel ini adalah sebuah pelajaran berharga bagi orang percaya!  Tuhan tidak menghendaki kita bernasib sama seperti mereka yang binasa, Ia mau kita bersungguh-sungguh dalam mengikut Tuhan, setia sampai akhir!  Tak ingin menuai kegagalan dan kebinasaan?  Perhatikanlah hidupmu mulai dari sekarang!

Sebagian umat Israel harus menelan pil pahit yaitu binasa di padang gurun sebelum mencapai Tanah Perjanjian karena mereka mengeraskan hati dan tidak taat!