Thursday, August 3, 2017

ORANG PERCAYA: Memiliki Benih Ilahi

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Agustus 2017

Baca:  1 Yohanes 3:7-10

"Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah."  1 Yohanes 3:9

Seseorang disebut Kristen bukan semata karena ia lahir dari rahim seorang ibu yang beragama Kristen, tetapi orang disebut Kristen ketika ia membuat keputusan untuk percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan bertobat, yaitu meninggalkan kehidupan lamanya dan mengikut Kristus.  Demikianlah ia mengalami kelahiran baru, manusia lamanya mati digantikan oleh manusia baru.  Ia dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana yaitu firman Tuhan.

     Di dalam diri kita ada benih Ilahi, maka seharusnya orang Kristen tidak mudah untuk disesatkan dan diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran sesat dari semua perkara yang ada di dunia ini.  Mengapa?  Sebab orang yang lahir dari Tuhan atau memiliki benih Ilahi hatinya senantiasa melekat kepada Kristus dan berakar kuat di dalam firman.  Karena memiliki benih Ilahi jugalah orang Kristen mutlak hidup dalam kebenaran.  "Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar; barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya."  (ayat 7b-8a).  Patut dipertanyakan status kekristenannya jika ada orang Kristen yang masih terus hidup dalam dosa, hidup tak beda jauh dengan orang-orang di luar Tuhan, sebab jelas dikatakan barangsiapa berbuat dosa berasal dari Iblis.  Bahkan hidup Kristiani yang sejati itu bukan sekedar tidak lagi berbuat dosa, tapi harus benci dosa.

     Orang Kristen yang menyadari bahwa di dalam dirinya ada benih Ilahi akan senantiasa hidup dalam kasih karena Bapa adalah kasih.  Oleh sebab itu orang yang lahir dari Bapa pasti mewarisi sifat-sifat Bapa-Nya.  Ada tertulis:  "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."  (1 Yohanes 4:8).  Kemudian ia akan menjadikan kasih sebagai gaya hidup sehari-hari, kasih yang bukan sekedar kata-kata, melainkan dimulai dari hati yang menyadari bahwa kita mengasihi karena Bapa lebih dahulu mengasihi kita, lalu diteruskan dengan mengekespresikan kasih itu dalam tindakan nyata, sehingga keberadaannya menjadi berkat bagi dunia ini!

Seorang Kristen sejati tercermin dari kehidupan nyata, yaitu hidup benar dan penuh kasih!

Wednesday, August 2, 2017

SISI POSITIF DI BALIK SEBUAH TEKANAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Agustus 2017

Baca:  Mazmur 119:65-72

"Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu."  Mazmur 119:71

John Willard Marriott, yang lahir 17 September 1900 dan meninggal 13 Agustus 1985, adalah seorang wirausahawan dan pengusaha kenamaan dari Amerika Serikat.  Ia merupakan pendiri dari Marriott International, perusahaan induk dari perusahaan ramah tamah terbesar, rantai hotel, dan pelayanan makanan.  Ada kalimat bijak yang terkenal dari JW Marriott ini:  "Kayu yang baik tidak tumbuh dengan mudah;  semakin kencang angin, semakin kuatlah pohon."  Artinya sebuah pohon kayu akan terlihat kualitasnya ketika mampu berdiri kuat di tengah terpaan angin yang datang.  Teruji karena melewati proses!

     Tekanan, penindasan, masalah, kesulitan, penderitaan dan sebagainya adalah bentuk proses yang terkadang Tuhan ijinkan untuk kita jalani.  Ketika diperhadapkan dengan proses itu kebanyakan dari kita akan mengeluh, bersungut-sungut, marah, kecewa, putus asa, protes, menyalahkan orang lain, menyalahkan keadaan dan bahkan menyalahkan Tuhan.  Sadar atau tidak, semuanya itu adalah salah satu cara yang dipakai Tuhan untuk menegur kita, melatih iman kita dan membentuk kita supaya menjadi pribadi yang berkualitas.  Tetapi semua sangat bergantung pada cara pandang tiap-tiap orang dalam menyikapinya.  Kalau kita melihat dari sisi positif, tekanan yang ada justru semakin menyadarkan kita akan keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki, sehingga hal itu akan mendorong kita untuk mencari Tuhan dengan sungguh, bergantung pada-Nya dan berharap hanya kepada Tuhan;  kita yang sebelumnya hidup menyimpang dari jalan-jalan Tuhan kini mulai belajar memiliki penyerahan diri penuh dengan kehendak Tuhan.

     Pemazmur memiliki pengalaman hidup yang demikian:  "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu."  (ayat 67).  Jadi, selalu ada maksud yang Tuhan ingin sampaikan melalui keadaan yang mungkin tidak menyenangkan dan sangat menyakitkan secara daging, yaitu supaya kita tidak lagi hidup dalam pelanggaran demi pelanggaran, dan semakin menyadari bahwa selama ini kita telah jauh meninggalkan Tuhan dan hidup sekehendak hati.

Tekanan-tekanan dalam kehidupan akan membentuk kita menjadi pribadi yang tidak mudah rapuh, semakin kuat dan berkenan di pemandangan Tuhan!