Tuesday, August 1, 2017

PEMIMPIN SEJATI: Berjiwa Besar dan Menjadi Berkat

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Agustus 2017

Baca:  Filipi 3:17-21

"Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu."  Filipi 3:17

Pada 28 Februari 2013 silam dunia dikejutkan dengan berita mundurnya Paus Benediktus XVI dari jabatannya sebagai pemimpin Takhta Suci Vatikan.  Alasan utama yang membuatnya mundur adalah karena faktor usia  (85 tahun)  dan kesehatannya yang terus menurun.  Beliau merasa inilah saatnya menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada generasi yang lebih muda.  Kita teringat Musa yang menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan atas Israel kepada Yosua.  "Aku sekarang berumur seratus dua puluh tahun; aku tidak dapat giat lagi,"  (Ulangan 31:2).

     Adalah tidak mudah bagi banyak orang untuk meninggalkan segala sesuatu yang selama ini telah menjadi zona nyaman, atau melepaskan kekuasaan yang selama ini berada di tangan.  Butuh keberanian dan kerendahan hati untuk melakukannya!  Ini berbeda dengan pemimpin-pemimpin di masa sekarang ini, di mana kebanyakan mereka enggan melepaskan jabatan dan kekuasaannya.  Kalau bisa jangan sampai jatuh ke tangan orang lain.  Sudah menjadi rahasia umum bahwa pemimpin seringkali menggunakan jurus  'aji mumpung'  memanfaatkan jabatan dan kekuasaannya untuk berlaku semena-mena, memeras bawahan dan juga memperkaya diri sendiri.  "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka."  (Matius 20:25).  Sedikit sekali pemimpin yang berani berkata seperti rasul Paulus:  "Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu."  (Filipi 3:17).

     Sadarkah, bahwa sebagai orang percaya, kita ini sesungguhnya adalah seorang pemimpin, entah itu pemimpin rohani bagi jemaat, pemimpin dalam keluarga, pemimpin kantor dan sebagainya?  Sudahkah kita menjadi pemimpin yang mampu memberikan teladan yang baik, ataukah kita pemimpinn yang justru menjadi batu sandungan?

"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."  Matius 5:16

Monday, July 31, 2017

DI DALAM KRISTUS HANYA ADA 'YA'

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Juli 2017

Baca:  2 Korintus 1:12-24

"Sebab Kristus adalah 'ya' bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan 'Amin' untuk memuliakan Allah."  2 Korintus 1:20

Kebimbangan adalah salah satu faktor penghalang untuk memperoleh apa yang Tuhan janjikan, selain dosa.  Yakobus menulis:  "...orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan."  (Yakobus 1:6-7).  Selama kita membiarkan kebimbangan menari-nari di hati dan pikiran jangan pernah berharap bahwa kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan dari Tuhan.

     Tuhan Yesus menegaskan,  "Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya."  (Markus 11:23).  Bila kita ingin melihat dan mengalami perkara-perkara yang dahsyat dinyatakan di dalam kita, jauhkan segala kebimbangan, dan taruhlah selalu kata 'ya' dalam hati.  Masih ada orang Kristen yang menganggap bahwa janji-janji Tuhan itu bohong alias palsu, karena mereka sudah sekian tahun lamanya mengikut Tuhan tapi hidupnya tidak mengalami perubahan yang berarti.  Bagaimana dan mengapa janji-janji firman Tuhan tidak tergenapi dalam hidupnya?  Karena dalam hati dan pikiran  ada  'ya'  dan  'tidak'.  'Ya dan tidak'  sama sekali tak dapat digabungkan, sama seperti terang dan gelap,  "...bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?"  (2 Korintus 6:14).

     Bila kita berdoa meminta sesuatu kepada Tuhan, kita harus yakin dan membayangkan bahwa kita sudah menerimanya.  "...apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu."  (Markus 11:24).  Mengapa demikian?  Sebab  "...di dalam Dia hanya ada 'ya'."  (2 Korintus 1:19), dan  "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"  (Bilangan 23:19).  Karena itu pegang kebenaran firman Tuhan ini, dan percayalah bahwa cepat atau lambat janji-Nya pasti digenapi.

"Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah."  Mazmur 12:7