Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Juli 2017
Baca: 2 Korintus 8:1-15
"Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan." 2 Korintus 8:13
Kehidupan Kristen selalu identik dengan kasih, dan perwujudan kasih adalah sebuah pemberian atau persembahan. Semakin kita bertumbuh dewasa secara rohani semakin kita mengerti bagaimana seharusnya kita mengasihi Tuhan dan memuliakan nama-Nya. Mengasihi Tuhan perlu ada bukti, bukan sekedar kata-kata hampa, yaitu melalui persembahan: "...supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang
kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Orang yang mengasihi Tuhan pasti tidak akan pernah hitung-hitungan dengan hartanya, waktunya, tenaganya, talentanya, dan bahkan seluruh hidupnya.
Tingkat pemberian persembahan pertama dan wajib adalah persepuluhan. "Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah
perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah
Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu
tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai
berkelimpahan." (Maleakhi 3:10). Semua orang percaya, tanpa terkecuali, wajib memberi persepuluhan. Persepuluhan itu milik Tuhan dan wajib dikembalikan kepada-Nya, karena Dia adalah Pemilik segala sesuatu dan Pemberi segala kasih karunia. Orang yang menolak untuk mengembalikan persepuluhan berarti telah menipu dan mencuri milik Tuhan. "Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu
berkata: 'Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?' Mengenai
persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!" (Maleakhi 3:8).
Selanjutnya adalah persembahan khusus. Ini adalah pemberian persembahan di luar persepuluhan, yang harus diberikan secara sukarela, sukacita dan tanpa paksaan. "...jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau
pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa
yang tidak ada padamu." (2 Korintus 8:12). Kita memberi persembahan khusus sebagai rasa syukur atas kebaikan Tuhan, untuk menolong orang lain yang kekurangan, atau mendukung pekerjaan Tuhan.
"Berilah dan kamu akan diberi... Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." Lukas 6:38
Thursday, July 27, 2017
Wednesday, July 26, 2017
HATI YANG BENAR: Menunjang Keberhasilan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juli 2017
Baca: Mazmur 127:1-5
"Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga." Mazmur 127:1
Keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup ini sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang mendukung. Diawali dari sebuah impian atau cita-cita, ketekunan, kesungguhan, kerja keras, kecakapan khusus, sikap yang tidak mudah putus asa, orang-orang di sekitarnya dan masih banyak lagi. Namun semua ini tidak akan berarti apa-apa tanpa campur tangan Tuhan.
Salomo, yang adalah anak Daud dan juga raja, mengakui hal ini (ayat nas). Karena itu dibutuhkan sebuah hati yang penuh penyerahan diri kepada Tuhan, hati yang senantiasa melekat kepada-Nya, dan hati yang senantiasa selaras dengan kehendak Tuhan, itulah yang akan menuntun seseorang kepada sebuah pencapaian cita-cita, impian dan harapan. Jika Tuhan menyelidiki bumi untuk mencari pemimpin, Ia tidak mencari orang dengan kriteria-kriteria jasmaniah sebagaimana manusia biasa memilih dan menilai sesamanya, "Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia." (2 Tawarikh 16:9a). Kalau kita memilih dan menilai seseorang dari apa yang terlihat secara kasat mata kita pasti akan kecewa, karena apa yang tampak dari luar bisa mengelabui dan menipu. Saat Tuhan mencari pemimpin Ia hanya mencari orang-orang yang memenuhi kriteria-Nya, yang memiliki kualitas tertentu, seperti Ia temukan dalam diri Daud, raja Israel. "Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku." (Kisah 13:22).
Kualitas pertama yang Tuhan lihat dalam diri Daud adalah hatinya. Hati Daud senantiasa melekat kepada Tuhan, artinya hidupnya berkenan kepada Tuhan dan senantiasa taat melakukan kehendak-Nya. Tuhan mencari orang-orang yang hatinya senantiasa berpaut kepada-Nya, hati yang terbebas dari segala bentuk kejahatan.
"...sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita." 1 Tawarikh 28:9
Baca: Mazmur 127:1-5
"Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga." Mazmur 127:1
Keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup ini sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang mendukung. Diawali dari sebuah impian atau cita-cita, ketekunan, kesungguhan, kerja keras, kecakapan khusus, sikap yang tidak mudah putus asa, orang-orang di sekitarnya dan masih banyak lagi. Namun semua ini tidak akan berarti apa-apa tanpa campur tangan Tuhan.
Salomo, yang adalah anak Daud dan juga raja, mengakui hal ini (ayat nas). Karena itu dibutuhkan sebuah hati yang penuh penyerahan diri kepada Tuhan, hati yang senantiasa melekat kepada-Nya, dan hati yang senantiasa selaras dengan kehendak Tuhan, itulah yang akan menuntun seseorang kepada sebuah pencapaian cita-cita, impian dan harapan. Jika Tuhan menyelidiki bumi untuk mencari pemimpin, Ia tidak mencari orang dengan kriteria-kriteria jasmaniah sebagaimana manusia biasa memilih dan menilai sesamanya, "Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia." (2 Tawarikh 16:9a). Kalau kita memilih dan menilai seseorang dari apa yang terlihat secara kasat mata kita pasti akan kecewa, karena apa yang tampak dari luar bisa mengelabui dan menipu. Saat Tuhan mencari pemimpin Ia hanya mencari orang-orang yang memenuhi kriteria-Nya, yang memiliki kualitas tertentu, seperti Ia temukan dalam diri Daud, raja Israel. "Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku." (Kisah 13:22).
Kualitas pertama yang Tuhan lihat dalam diri Daud adalah hatinya. Hati Daud senantiasa melekat kepada Tuhan, artinya hidupnya berkenan kepada Tuhan dan senantiasa taat melakukan kehendak-Nya. Tuhan mencari orang-orang yang hatinya senantiasa berpaut kepada-Nya, hati yang terbebas dari segala bentuk kejahatan.
"...sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita." 1 Tawarikh 28:9
Subscribe to:
Posts (Atom)