Wednesday, July 19, 2017

DUNIA PENUH DENGAN KEKERASAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juli 2017

Baca:  Yohanes 18:1-11

"Kata Yesus kepada Petrus: 'Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?'"  Yohanes 18:11

Untuk menang orang-orang dunia akan menggunakan segala cara, jika perlu dengan kekerasan disertai ancaman, menjegal, menindas, bahkan  'memangsa'  sesamanya, seperti istilah homo homini lupus  (manusia adalah serigala bagi manusia lainnya)  yang telah ada sejak tahun 195 SM, dicetuskan oleh Plautus dalam karyanya berjudul  "Asanaria".  Mereka juga berprinsip setiap kejahatan harus di balas dengan kejahatan yang setimpal, atau malah lebih kejam.

     Tetapi firman Tuhan mengajarkan:  "Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum!... Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!"  (Roma 12:17, 18, 20, 21).  Karena itulah Yesus dengan tegas berkata kepada Petrus,  "Sarungkan pedangmu itu;"  (ayat nas).  Teguran ini mungkin membuat Petrus kecewa.  Ingin membela Tuhan Yesus tetapi justru ia dimarahi-Nya dan diperintahkan menyarungkan pedangnya;  bermaksud membela Guru namun ia justru disalahkan, dan serasa dipermalukan di depan orang banyak.  Pernyataan Tuhan Yesus ini menunjukkan bahwa Dia sangat anti kekerasan.  Sampai kapan pun kekerasan tidak pernah menyelesaikan masalah, sebaliknya justru semakin memperburuk masalah, berakibat hal-hal negatif, menciptakan pemberontakan yang berujung malapetaka.  "Orang yang menggunakan kekerasan menyesatkan sesamanya, dan membawa dia di jalan yang tidak baik."  (Amsal 16:29).  Tuhan Yesus sangat anti kekerasan, tetapi Dia adalah Tuhan yang sangat tegas tanpa kompromi.

     Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kekerasan harus dihadapi dengan kasih.  Meski dunia dipenuhi kejahatan dan kekerasan, orang percaya dituntut tetap mempraktekkan kasih, karena Tuhan tidak pernah mengajarkan kita melakukan pembalasan.  Pembalasan adalah hak Tuhan  (Roma 12:19).

"TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang mencintai kekerasan."  Mazmur 11:5

Tuesday, July 18, 2017

DUNIA PENUH DENGAN KEKERASAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juli 2017

Baca:  Matius 26:47-56

"Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang."  Matius 26:52

Kalau kita perhatikan hari-hari ini dunia semakin hari semakin dipenuhi dengan kekerasan.  Moral manusia semakin mengalami kemerosotan!  Surat kabar dan juga televisi selalu memunculkan berita baru tentang tindak kejahatan atau berita-berita tentang kriminalitas setiap hari, mulai dari pembunuhan, perampokan, pencurian, pemerkosaan, pelecehan dan sebagainya.  Ada ibu tega menganiaya dan bahkan membunuh bayinya sendiri;  karena rebutan warisan saudara kandung bisa saling membunuh;  ayah tega memperkosa anak kandungnya;  ada pula anak tega menjebloskan orangtuanya sendiri ke dalam penjara karena silau dengan harta.  Kekerasan telah menjadi warna kelam kehidupan ini, dan tanpa terasa dunia telah berubah menjadi hutan rimba yang sangat menakutkan!

     Sungguh benar apa yang tertulis di Alkitab bahwa pada masa-masa akhir  "Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah."  (2 Timotius 3:2-4), dan  "...karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin."  (Matius 24:12).

     Di tengah dunia yang keras ini, di mana krisis kasih melanda semua orang dan terjadi di mana-mana, orang percaya justru dituntut untuk memiliki kehidupan yang berbeda yaitu menyatakan kasih kepada sesama.  Mengapa?  Karena Tuhan telah terlebih dahulu mengasihi kita.  "Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita."  (1 Yohanes 4:10).  "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."  (1 Yohanes 4:8).  Jika dunia berprinsip bahwa kekerasan adalah solusi terbaik untuk setiap permasalahan, Alkitab justru mengajarkan prinsip yang berbeda.  (Bersambung)