Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juli 2017
Baca: Matius 26:47-56
"Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang." Matius 26:52
Kalau kita perhatikan hari-hari ini dunia semakin hari semakin dipenuhi dengan kekerasan. Moral manusia semakin mengalami kemerosotan! Surat kabar dan juga televisi selalu memunculkan berita baru tentang tindak kejahatan atau berita-berita tentang kriminalitas setiap hari, mulai dari pembunuhan, perampokan, pencurian, pemerkosaan, pelecehan dan sebagainya. Ada ibu tega menganiaya dan bahkan membunuh bayinya sendiri; karena rebutan warisan saudara kandung bisa saling membunuh; ayah tega memperkosa anak kandungnya; ada pula anak tega menjebloskan orangtuanya sendiri ke dalam penjara karena silau dengan harta. Kekerasan telah menjadi warna kelam kehidupan ini, dan tanpa terasa dunia telah berubah menjadi hutan rimba yang sangat menakutkan!
Sungguh benar apa yang tertulis di Alkitab bahwa pada masa-masa akhir "Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka
akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah,
mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih,
tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah." (2 Timotius 3:2-4), dan "...karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin." (Matius 24:12).
Di tengah dunia yang keras ini, di mana krisis kasih melanda semua orang dan terjadi di mana-mana, orang percaya justru dituntut untuk memiliki kehidupan yang berbeda yaitu menyatakan kasih kepada sesama. Mengapa? Karena Tuhan telah terlebih dahulu mengasihi kita. "Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi
kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa
kita." (1 Yohanes 4:10). "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Jika dunia berprinsip bahwa kekerasan adalah solusi terbaik untuk setiap permasalahan, Alkitab justru mengajarkan prinsip yang berbeda. (Bersambung)
Tuesday, July 18, 2017
Monday, July 17, 2017
DENDAM MEMBARA DI HATI (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Juli 2017
Baca: Imamat 19:17-18
"Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN." Imamat 19:18
Ketika disakiti, dijahati atau diperlakukan secara tidak adil oleh orang lain naluriah kita cenderung untuk melakukan pembalasan atau menyimpan dendam di hati, yang sewaktu-waktu -ketika timing sudah tepat- akan dilampiaskan.
Sebagai orang percaya layakkah kita 'memelihara' dendam? Mendendam adalah pelanggaran terhadap firman Tuhan. Dendam berarti menyimpan akar pahit, sakit hati dan juga kebencian terhadap orang lain! "Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia." (Imamat 19:17). Orang yang mendendam pasti memiliki hati yang tidak bersih, biasanya pikirannya akan dipenuhi dengan rencana-rencana jahat. Semakin kita mendendam semakin kita dibawa kepada tindakan jahat lainnya. Ini seperti mata rantai yang saling terhubung antara perilaku buruk yang satu kepada perilaku buruk lainnya.
Memiliki dendam terhadap orang lain sama artinya belum bisa mengampuni kesalahan orang lain. Alkitab menegaskan bahwa jika kita tidak mau mengampuni orang lain, maka Bapa di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan kita (baca Matius 6:14-15); artinya dendam hanya akan menghalangi hubungan kita dengan Tuhan, termasuk menghalangi doa-doa kita. Daud berkata, "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar." (Mazmur 66:18). Dendam tidak pernah membawa kepada kebaikan, sebaliknya hanya akan membuat hidup menderita. Rasul Paulus menasihati, "Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian." (Kolose 3:13).
"...janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan." Roma 12:19
Baca: Imamat 19:17-18
"Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN." Imamat 19:18
Ketika disakiti, dijahati atau diperlakukan secara tidak adil oleh orang lain naluriah kita cenderung untuk melakukan pembalasan atau menyimpan dendam di hati, yang sewaktu-waktu -ketika timing sudah tepat- akan dilampiaskan.
Sebagai orang percaya layakkah kita 'memelihara' dendam? Mendendam adalah pelanggaran terhadap firman Tuhan. Dendam berarti menyimpan akar pahit, sakit hati dan juga kebencian terhadap orang lain! "Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia." (Imamat 19:17). Orang yang mendendam pasti memiliki hati yang tidak bersih, biasanya pikirannya akan dipenuhi dengan rencana-rencana jahat. Semakin kita mendendam semakin kita dibawa kepada tindakan jahat lainnya. Ini seperti mata rantai yang saling terhubung antara perilaku buruk yang satu kepada perilaku buruk lainnya.
Memiliki dendam terhadap orang lain sama artinya belum bisa mengampuni kesalahan orang lain. Alkitab menegaskan bahwa jika kita tidak mau mengampuni orang lain, maka Bapa di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan kita (baca Matius 6:14-15); artinya dendam hanya akan menghalangi hubungan kita dengan Tuhan, termasuk menghalangi doa-doa kita. Daud berkata, "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar." (Mazmur 66:18). Dendam tidak pernah membawa kepada kebaikan, sebaliknya hanya akan membuat hidup menderita. Rasul Paulus menasihati, "Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian." (Kolose 3:13).
"...janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan." Roma 12:19
Subscribe to:
Posts (Atom)