Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juli 2017
Baca: Galatia 5:16-26
"Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh," Galatia 5:25
Menjadi orang Kristen tidaklah cukup hanya percaya kepada Tuhan Yesus, beribadah ke gereja, atau turut terlibat dalam pelayanan... tapi kita harus mau hidup dipimpin Roh Kudus. Kalau tidak, kita akan berjalan dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri, dan selama kita mengandalkan kekuatan sendiri kita pasti akan gagal dalam menjalani hidup kekristenan kita. Penting sekali kita memberi diri untuk dipimpin Roh Kudus, artinya dengan sadar kita menundukkan diri pada kehendak Tuhan.
Bagaimana kita tahu bahwa kita sedang dipimpin Roh Kudus? Yaitu ketika kita memulai hari dengan doa dan menerapkan firman Tuhan dalam hidup sehari-hari, sebab salah satu pekerjaan Roh Kudus adalah "...mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." (Yohanes 14:26). Hidup dalam pimpinan Roh Kudus berarti kita bersedia dikoreksi, ditegur dan diarahkan apabila langkah kita mulai menyimpang dari firman Tuhan. Setiap orang pasti punya banyak kelemahan, tapi ketika kita memberi diri untuk dipimpin Roh Kudus maka Ia akan berkarya di dalam kita dan memberi kita kekuatan untuk menghadapi segala sesuatu. Ada saat-saat di mana kita merasa sudah kehilangan akal dalam menghadapi masalah, bahkan mengalami jalan buntu, tetapi kalau kita selalu berada dalam pimpinan Roh Kudus, maka kita akan dapat mengerti jalan mana yang harus kita tempuh atau keputusan apa yang harus diambil, karena Roh Kudus adalah Counselor, Penasihat Ajaib, yang dengan suara lembut berbicara kepada kita dan memberi jalan keluar untuk masalah yang kita hadapi. Tuhan berfirman, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2 Korintus 12:9).
Semakin hidup dipimpin Roh Kudus semakin kita memiliki kepekaan rohani, "...pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat." (Ibrani 5:14). Inilah yang membawa kedewasaan rohani! Artinya kehidupan rohani kita akan terus mengalami pertumbuhan apabila kita tunduk dalam pimpinan Roh Kudus. Karena itu berikanlah keleluasaan gerak kepada Roh Kudus untuk memimpin hidup kita!
"Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh," Galatia 5:25
Monday, July 10, 2017
Sunday, July 9, 2017
ADA RENCANA TUHAN DI SETIAP PERKARA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juli 2017
Baca: Lukas 1:5-25
"Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang." Lukas 1:25
Pada zaman dahulu kemandulan dianggap sebagai aib. Masyarakat menganggap bahwa wanita yang tidak memiliki keturunan alias mandul pastilah mempunyai hal yang tidak beres dalam dirinya. Karena itu kemandulan menjadi masalah terbesar bagi semua wanita, sebab hal ini menyangkut harga diri dan tanda ketidaksempurnaan. Akibatnya wanita yang mandul pasti akan merasa rendah diri, tidak berharga, mengalami penolakan di mana-mana, dan bahkan dikucilkan; dan lebih menyakitkan lagi kemandulan seringkali dijadikan alasan oleh para suami untuk berbuat semena-mena terhadap isteri, selingkuh, atau bahkan menikah lagi dengan wanita lain.
Elisabet adalah salah satu wanita yang tercatat di Alkitab yang mengalami masalah ini, tapi kemandulannya bukan karena ada sesuatu yang tidak beres, ada aib atau dosa yang diperbuatnya... Bukan! Sebab Elisabet, isteri dari seorang imam yang bernama Zakharia, "Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat." (ayat 6). Melihat fakta ini tidak selayaknya orang tergesa-gesa untuk menghakimi, mencari-cari kesalahan, memojokkan, atau mencela. Sudah menjadi rahasia umum, ketika orang sedang tertimpa musibah atau masalah, banyak orang langsung berpikir bahwa orang itu telah berbuat dosa. Tidak selalu demikian! Adakalanya Tuhan mengijinkan hal itu terjadi karena Tuhan punya rencana di balik masalah yang ada. Kemandulan yang dialami Elisabet adalah bagian dari rencana Tuhan atas hidupnya. "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28).
Dari sisi Elisabet, kita bisa belajar tentang ketegaran hati, tidak mudah kecewa dan berputus asa, serta tidak berubah sikap hati, meski dihadapkan pada situasi sulit. Bahkan ia tetap mampu menjaga kualitas hidupnya dengan berlaku benar di hadapan Tuhan tanpa cacat cela. Ketaatan Elisabet mendatangkan upah: ia mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki (Lukas 1:57), dan anak itu adalah Yohanes Pembaptis.
Adakah yang mustahil bagi Tuhan? Tidak ada rencana-Nya yang gagal.
Baca: Lukas 1:5-25
"Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang." Lukas 1:25
Pada zaman dahulu kemandulan dianggap sebagai aib. Masyarakat menganggap bahwa wanita yang tidak memiliki keturunan alias mandul pastilah mempunyai hal yang tidak beres dalam dirinya. Karena itu kemandulan menjadi masalah terbesar bagi semua wanita, sebab hal ini menyangkut harga diri dan tanda ketidaksempurnaan. Akibatnya wanita yang mandul pasti akan merasa rendah diri, tidak berharga, mengalami penolakan di mana-mana, dan bahkan dikucilkan; dan lebih menyakitkan lagi kemandulan seringkali dijadikan alasan oleh para suami untuk berbuat semena-mena terhadap isteri, selingkuh, atau bahkan menikah lagi dengan wanita lain.
Elisabet adalah salah satu wanita yang tercatat di Alkitab yang mengalami masalah ini, tapi kemandulannya bukan karena ada sesuatu yang tidak beres, ada aib atau dosa yang diperbuatnya... Bukan! Sebab Elisabet, isteri dari seorang imam yang bernama Zakharia, "Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat." (ayat 6). Melihat fakta ini tidak selayaknya orang tergesa-gesa untuk menghakimi, mencari-cari kesalahan, memojokkan, atau mencela. Sudah menjadi rahasia umum, ketika orang sedang tertimpa musibah atau masalah, banyak orang langsung berpikir bahwa orang itu telah berbuat dosa. Tidak selalu demikian! Adakalanya Tuhan mengijinkan hal itu terjadi karena Tuhan punya rencana di balik masalah yang ada. Kemandulan yang dialami Elisabet adalah bagian dari rencana Tuhan atas hidupnya. "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28).
Dari sisi Elisabet, kita bisa belajar tentang ketegaran hati, tidak mudah kecewa dan berputus asa, serta tidak berubah sikap hati, meski dihadapkan pada situasi sulit. Bahkan ia tetap mampu menjaga kualitas hidupnya dengan berlaku benar di hadapan Tuhan tanpa cacat cela. Ketaatan Elisabet mendatangkan upah: ia mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki (Lukas 1:57), dan anak itu adalah Yohanes Pembaptis.
Adakah yang mustahil bagi Tuhan? Tidak ada rencana-Nya yang gagal.
Subscribe to:
Posts (Atom)