Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Juni 2017
Baca: Mazmur 121:1-8
Hari-hari yang sedang kita jalani adalah hari-hari yang sangat berat dan jahat. Wajarlah bila semua orang mengeluhkan hal ini. Terus mengeluh takkan memberi solusi, karena selama kita masih bernafas kita takkan pernah bisa menghindar dari masalah, kesukaran, kesulitan atau penderitaan yang bisa datang silih berganti tanpa permisi, tanpa memandang usia atau status sosial. Belum lagi marabahaya, ancaman, bencana, yang juga sewaktu-waktu dapat terjadi tanpa bisa diduga dan diprediksi. Di tengah hantaman badai persoalan banyak sekali orang berusaha mencari cara agar dapat terlepas dari masalah, mencari pertolongan ke sana ke mari, dan tidak sedikit yang tergiur dengan tawaran-tawaran yang dunia sodorkan. Bukannya jalan keluar yang didapatkan, tapi justru mereka terjebak dalam lubang yang semakin dalam.
Sebagai orang percaya kita patut berhati-hati dan selektif dalam hal ini, jangan karena kondisi terdesak lalu kita menempuh jalan pintas dan menghalalkan segala cara, tidak peduli cara dan jalan itu menyimpang jauh dari firman Tuhan, di mana tujuannya satu, yaitu mendapatkan pertolongan secara instan. Ada tertulis: "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang
mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu
banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi
tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari
TUHAN." (Yesaya 31:1). Alkitab menyatakan bahwa celaka orang yang mencari pertolongan di luar Tuhan, dan bahkan dikatakan terkutuk orang yang mengandalkan manusia (baca Yeremia 17:5).
Tuhan mau kita senantiasa mengandalkan-Nya dan menati-nanti pertolongan-Nya. Seringkali masa menunggu jawaban Tuhan adalah masa yang rawan terhadap berbagai jalan keluar yang ditawarkan dunia. Apa pun keadaannya kita harus tetap berharap kepada pertolongan dari Tuhan saja, "...apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." (Habakuk 2:3).
"TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia." Ratapan 3:25
Friday, June 16, 2017
Thursday, June 15, 2017
LIDAH KITA: Pena Pewarna Hidup
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juni 2017
Baca: Mazmur 45:1-6
"Hatiku meluap dengan kata-kata indah, aku hendak menyampaikan sajakku kepada raja; lidahku ialah pena seorang jurutulis yang mahir." Mazmur 45:2
Yakobus dalam suratnya menulis: "...kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi." (Yakobus 3:4). Begitu juga kehidupan manusia, betapa pun besarnya perkara yang harus dihadapi, sesungguhnya hidup manusia itu dikendalikan oleh lidahnya sendiri: "Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar." (Yakobus 3:5).
Di zaman sekarang ini banyak kasus terjadi: perselisihan, permusuhan, tindak pidana, sebagai akibat dari kesalahan orang dalam memfungsikan lidah atau kecerobohannya dalam berkata-kata. Alkitab sudah mengingatkan: "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21). Karena itu kita harus berhati-hati, sebab dengan lidah kita dapat memberkati orang lain, tetapi dengan lidah yang sama kita juga bisa mengutukinya. Dengan lidah kita dapat membuat orang lain bersukacita, tetapi dengan lidah itu pula kita dapat membuat orang lain berdukacita. Melalui lidah kita dapat membangun, tapi juga dapat menghancurkan orang lain. Jika lidah kita senantiasa memperkatakan hal yang negatif, itu sama artinya kita sedang mempersulit langkah hidup kita sendiri menuju masa depan. Sebaliknya jika lidah kita senantiasa memperkatakan hal-hal yang positif maka perjalanan hidup kita pun akan mengarah kepada hal-hal yang positif pula.
Pemazmur menyatakan bahwa lidah kita itu laksana pena yang sedang melukis dan mewarnai hidup seseorang: berwarna putih, biru, cerah, buram, atau hitam pekat. Sesungguhnya Tuhan telah merancang masa depan yang baik bagi kehidupan anak-anak-Nya (baca Yeremia 29:11), namun tanpa sadar rancangan Tuhan itu kita rusak dengan perkataan kita sendiri. Rasul Petrus menulis: "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu." (1 Petrus 3:10).
"Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." Yakobus 1:26
Baca: Mazmur 45:1-6
"Hatiku meluap dengan kata-kata indah, aku hendak menyampaikan sajakku kepada raja; lidahku ialah pena seorang jurutulis yang mahir." Mazmur 45:2
Yakobus dalam suratnya menulis: "...kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi." (Yakobus 3:4). Begitu juga kehidupan manusia, betapa pun besarnya perkara yang harus dihadapi, sesungguhnya hidup manusia itu dikendalikan oleh lidahnya sendiri: "Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar." (Yakobus 3:5).
Di zaman sekarang ini banyak kasus terjadi: perselisihan, permusuhan, tindak pidana, sebagai akibat dari kesalahan orang dalam memfungsikan lidah atau kecerobohannya dalam berkata-kata. Alkitab sudah mengingatkan: "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21). Karena itu kita harus berhati-hati, sebab dengan lidah kita dapat memberkati orang lain, tetapi dengan lidah yang sama kita juga bisa mengutukinya. Dengan lidah kita dapat membuat orang lain bersukacita, tetapi dengan lidah itu pula kita dapat membuat orang lain berdukacita. Melalui lidah kita dapat membangun, tapi juga dapat menghancurkan orang lain. Jika lidah kita senantiasa memperkatakan hal yang negatif, itu sama artinya kita sedang mempersulit langkah hidup kita sendiri menuju masa depan. Sebaliknya jika lidah kita senantiasa memperkatakan hal-hal yang positif maka perjalanan hidup kita pun akan mengarah kepada hal-hal yang positif pula.
Pemazmur menyatakan bahwa lidah kita itu laksana pena yang sedang melukis dan mewarnai hidup seseorang: berwarna putih, biru, cerah, buram, atau hitam pekat. Sesungguhnya Tuhan telah merancang masa depan yang baik bagi kehidupan anak-anak-Nya (baca Yeremia 29:11), namun tanpa sadar rancangan Tuhan itu kita rusak dengan perkataan kita sendiri. Rasul Petrus menulis: "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu." (1 Petrus 3:10).
"Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." Yakobus 1:26
Subscribe to:
Posts (Atom)