Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Mei 2017
Baca: Kisah Rasul Paulus 27:14-44
"Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat." Kisah 27:44b
Kemana kita mengarahkan pengharapan hidup ini? Ada tertulis: "Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut
peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya." (Ibrani 6:19-20). Badai sebesar apa pun boleh saja menyerang dalam kehidupan ini, baik itu dalam pekerjaan, keluarga, kesehatan, keuangan dan sebagainya. Namun saat kita mmeiliki pengharapan di dalam Tuhan, kita tidak akan binasa. Pengharapan berbicara tentang iman....
Selama empat belas hari, 276 orang lebih tidak melihat terang maupun bintang, mereka juga tidak makan, kelaparan, kacau balau, terkatung-katung di tengah laut. Tetapi pada akhirnya mereka bisa selamat... Karena ada 1 orang yang memiliki iman yaitu rasul Paulus. "Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada
Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan
kepadaku." (Kisah 27:25). Rasul Paulus sangat percaya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Ia bisa berkata demikian karena pandangannya tertuju kepada Tuhan, bukan kepada situasi atau keadaan yang ada. "-sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-" (2 Korintus 5:7). Iman adalah output ketika seseorang memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan. "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17).
"Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku," (Kisah 27:23). Di tengah kesesakan hebat rasul Paulus masih dapat bersekutu dengan Tuhan melalui doa dan penyembahan. Saat berada di tengah badai, masihkah kita memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan? ataukah kita justru larut lari meninggalkan Tuhan dan mencari pertolongan kepada sumber yang lain? Walaupun berada di tengah badai jangan pernah tawar hati, sebab Tuhan telah berjanji, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5).
Kunci agar kuat di tengah hantaman badai adalah tetap mengarahkan pandangan hanya kepada Tuhan dan memelihara persekutuan yang karib dengan-Nya!
Monday, May 15, 2017
Sunday, May 14, 2017
KUAT BERDIRI DI ATAS BADAI HIDUP (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Mei 2017
Baca: Kisah Para Rasul 27:14-44
"Tetapi tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang disebut angin 'Timur Laut'. Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan." Kisah 27:14-15a
Dikisahkan terdapat 276 jiwa berada dalam satu kapal yang sedang mengalami pencobaan yang sangat berat saat menempuh perjalanan menuju Roma. Kapal tersebut terkena angin sakal sehingga terombang-ambing di tengah lautan. Lebih mengerikan lagi, saat kejadian berlangsung langit dalam keadaan gelap gulita sampai-sampai mereka tidak melihat matahari selama hampir 14 hari. Begitu dahsyatnya angin sakal dan gelombang laut yang menghantam kapal, orang-orang menjadi tawar hati dan hilang pengharapan. "Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami." (ayat 20). Alkitab menyatakan, "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu." (Amsal 24:10).
Ketika orang-orang sudah sangat pesimistis dan merasa sudah tidak memiliki harapan untuk selamat, rasul Paulus -yang kebetulan menjadi salah satu penumpang di kapal itu-, memiliki sikap hati yang berbeda. Di tengah kepanikan yang hebat rasul Paulus mampu menguatkan orang banyak itu: "Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini." (Kisah 27:22). Dengan penuh iman ia berkata, "Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya." (Kisah 27:34b). Kemudian untuk mengantisipasi supaya kapal tidak kandas di salah satu batu karang mereka pun sepakat membuang sauh, bahkan empat sauh sekaligus (Kisah 27:29). Sauh/jangkar adalah alat berkait dan berat, dibuat dari besi, yang dilabuhkan dari kapal ke dasar laut supaya kapal dapat berhenti dan tidak terbawa oleh arus. Dengan sauh sebuah kapal akan tetap kokoh menghadapi hantaman ombak!
Hati kita ibarat kapal yang sedang mengarungi lautan kehidupan sedangkan 'sauh' berbicara tentang pengharapan. Hati kita akan tetap kuat di tengah badai atau hantaman ombak sebesar apa pun, apabila kita memiliki pengharapan. Pertanyaannya: ke arah manakah sauh atau pengharapan itu akan kita labuhkan? (Berlanjut)
Baca: Kisah Para Rasul 27:14-44
"Tetapi tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang disebut angin 'Timur Laut'. Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan." Kisah 27:14-15a
Dikisahkan terdapat 276 jiwa berada dalam satu kapal yang sedang mengalami pencobaan yang sangat berat saat menempuh perjalanan menuju Roma. Kapal tersebut terkena angin sakal sehingga terombang-ambing di tengah lautan. Lebih mengerikan lagi, saat kejadian berlangsung langit dalam keadaan gelap gulita sampai-sampai mereka tidak melihat matahari selama hampir 14 hari. Begitu dahsyatnya angin sakal dan gelombang laut yang menghantam kapal, orang-orang menjadi tawar hati dan hilang pengharapan. "Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami." (ayat 20). Alkitab menyatakan, "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu." (Amsal 24:10).
Ketika orang-orang sudah sangat pesimistis dan merasa sudah tidak memiliki harapan untuk selamat, rasul Paulus -yang kebetulan menjadi salah satu penumpang di kapal itu-, memiliki sikap hati yang berbeda. Di tengah kepanikan yang hebat rasul Paulus mampu menguatkan orang banyak itu: "Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini." (Kisah 27:22). Dengan penuh iman ia berkata, "Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya." (Kisah 27:34b). Kemudian untuk mengantisipasi supaya kapal tidak kandas di salah satu batu karang mereka pun sepakat membuang sauh, bahkan empat sauh sekaligus (Kisah 27:29). Sauh/jangkar adalah alat berkait dan berat, dibuat dari besi, yang dilabuhkan dari kapal ke dasar laut supaya kapal dapat berhenti dan tidak terbawa oleh arus. Dengan sauh sebuah kapal akan tetap kokoh menghadapi hantaman ombak!
Hati kita ibarat kapal yang sedang mengarungi lautan kehidupan sedangkan 'sauh' berbicara tentang pengharapan. Hati kita akan tetap kuat di tengah badai atau hantaman ombak sebesar apa pun, apabila kita memiliki pengharapan. Pertanyaannya: ke arah manakah sauh atau pengharapan itu akan kita labuhkan? (Berlanjut)
Subscribe to:
Posts (Atom)