Thursday, May 4, 2017

MASALAH ADALAH BAGIAN DARI PROSES (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Mei 2017

Baca:  Mazmur 35:1-28

"Ya, TUHAN, siapakah yang seperti Engkau, yang melepaskan orang sengsara dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya, orang sengsara dan miskin dari tangan orang yang merampasi dia?"  Mazmur 35:10

Dalam hidup ini ada sesuatu yang tidak pernah bisa dihindari oleh semua orang tanpa terkecuali, ialah masalah.  Senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap kita pasti menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan ini.  Oleh karena itu jangan pernah lari dari masalah, karena yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana caranya kita dapat menghindarkan diri dari masalah, namun yang paling utama adalah bagaimana respons hati kita terhadap masalah yang terjadi.

     Kita seringkali lupa bahwa perjalanan hidup kekristenan itu tidak hanya sekedar berbicara tentang berkat, mujizat, kemenangan, pemulihan dan sebagainya, tetapi juga proses;  berkat, mujizat, kemenangan, pemulihan adalah output atau hasil dari sebuah proses.  Masalah adalah satu bentuk dari proses itu sendiri!  Berkat, mujizat, kemenangan dan pemulihan adalah hal yang pasti Tuhan sediakan, karena Dia adalah Tuhan yang selalu memegang setiap janji-Nya.  "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"  (Bilangan 23:19).  Seringkali kita terlalu sibuk memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan berkat Tuhan, tapi ketika dihadapkan pada masalah sebagai bagian dari proses, kita memiliki repons yang tidak benar:  mengomel, bersungut-sungut, marah, berontak, mengambinghitamkan orang lain atau keadaan, dan bahkan berani menyalahkan Tuhan.

     Adalah hal mudah bagi Tuhan untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir karena Firaun dan bala tentaranya bukanlah suatu halangan berarti, tapi untuk membentuk dan memproses bangsa Israel Tuhan membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu 40 tahun di padang gurun, karena bangsa Israel dikenal sebagai bangsa yang tegar tengkuk  (baca  Keluaran 32:9).  Pertanyaan:  apakah kita mau taat atau tidak, punya penyerahan diri atau tidak, ketika sedang berada dalam  'proses'nya Tuhan?  Yang pasti, setiap proses yang Tuhan ijinkan terjadi dan kita alami semuanya mendatangkan kebaikan bagi kita, karena Tuhan tidak pernah merancang hal-hal yang jahat terhadap kita.  (Bersambung)

Wednesday, May 3, 2017

TUHAN MENINGGALKAN KITA KETIKA... (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Mei 2017

Baca:  Mazmur 22:1-32

"Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku!"  Mazmur 22:20

Ada pula mereka yang merasa diri hebat, pintar, berpangkat atau terkenal, tidak lagi hidup mengandalkan Tuhan, tapi mengandalkan kepintaran dan kekuatan sendiri.  Firman Tuhan menasihati:  "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak,"  (Amsal 3:5-7).  Ketika kita menyandarkan hdiup kepada materi dan mengandalkan kekuatan sendiri saat itulah Tuhan akan meninggalkan mereka.

     2.  Tuhan meninggalkan ketika kita terus menerus hidup dalam dosa.  Dosa memisahkan manusia dari Tuhan dan membuat Tuhan memalingkan wajah-Nya, sebagaimana tertulis:  "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu."  (Yesaya 59:1-2).  Alkitab menyatakan bahwa jika orang sudah mengerti tentang kebenaran, namun dengan sengaja terus melakukan dosa, maka tidak ada lagi pengampunan.  "Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu."  (Ibrani 10:26).  Seberapa banyak kita jatuh tidak menjadi persoalan asalkan kita mau bertobat dengan sungguh-sungguh dan mengakui dosa-dosa kita yang secara jujur, tanpa ditutup-tutupi di hadapan Tuhan, Tuhan pasti akan mengampuni dan menerima kita apa adanya.  "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."  (1 Yohanes 1:9).

     Daud berkata,  "Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: 'Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,' dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku."  (Mazmur 32:5).

Ketika kita merasa telah ditinggalkan Tuhan, hal yang harus kita lakukan adalah mengoreksi diri, dan bereskan semua hal yang membuat Ia meninggalkan kita!