Friday, April 28, 2017

BAYARLAH NAZARMU, JANGAN DITUNDA!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 April 2017

Baca:  Pengkhotbah 5:1-6

"Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu."  Pengkhotbah 5:3

Ketika perjalanan hidup terasa begitu mulus tanpa aral melintang kita mudah sekali melupakan Tuhan, doa dan ibadah kita anggap sepele, tidak terlalu penting dan tak berpengaruh.  Namun begitu badai persoalan datang mendera yang membuat terjepit, barulah kita menjerit, meratap dan berseru-seru kepada Tuhan, memohon belas kasihan-Nya.  Kemudian kita pun bernazar kepada Tuhan.  "Kalau sakitku sudah sembuh aku mau melayani Tuhan dengan sungguh;  kalau ekonomi keluargaku dipulihkan aku akan memberikan persembahan untuk mendukung pekerjaan Tuhan."  Dan sebagainya.

     Kata nazar yang tertulis di Alkitab berkaitan dengan janji seseorang kepada Tuhan untuk melakukan suatu tindakan, atau janji untuk menjauhkan diri dari sebuah tindakan.  Karena nazar merupakan sebuah janji atau komitmen kepada Tuhan maka kita tidak boleh main-main, kita harus bersungguh-sungguh untuk menepatinya.  Berpikirlah masak-masak sebelum kita bernazar!  Bernazar atau tidak bernazar itu bukanlah dosa, yang berdosa adalah ketika kita bernazar tetapi kita tidak memenuhinya!  "Apabila engkau bernazar kepada TUHAN, Allahmu, janganlah engkau menunda-nunda memenuhinya, sebab tentulah TUHAN, Allahmu, akan menuntutnya dari padamu, sehingga hal itu menjadi dosa bagimu. Tetapi apabila engkau tidak bernazar, maka hal itu bukan menjadi dosa bagimu."  (Ulangan 23:21-22).  Ketika berada di perut ikan Yunus mengarahkan imannya kepada Tuhan.  "Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus."  (Yunus 2:7).  Jalan terbaik ketika dalam lembah kekelaman adalah mengetuk pintu hati-Nya dengan seruan yang keluar dari dalam jiwa yang sudah letih lesu.

     Yunus seharusnya sudah mati dalam perut ikan, namun Tuhan sanggup mengeluarkan dia hidup-hidup.  Yunus pun bersyukur kepada Tuhan dan berkata,  "...apa yang kunazarkan akan kubayar."  (Yunus 2:9).  Pergilah Yunus ke Niniwe menyerukan pertobatan sesuai yang diperintahkan Tuhan kepadanya!  (baca  Yunus 3:3).

"Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kulaksanakan, dan korban syukur akan kubayar kepada-Mu."  Mazmur 56:13

Thursday, April 27, 2017

DIBALIK TANTANGAN BESAR: Ada Berkat Besar (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 April 2017

Baca:  Keluaran 15:22-27

"Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka,"  Keluaran 15:25

Ketika menghadapi tantangan air pahit di Mara orang-orang Israel langsung bereaksi secara negatif,  "...bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: 'Apakah yang akan kami minum?'"  (ayat 24).  Pahit adalah rasa yang tidak enak seperti empedu, yaitu gambaran tentang penderitaan, kesulitan atau kesusahan.  Ketika dihadapkan pada hal-hal pahit kebanyakan orang akan bersungut-sungut, mengomel dan berkeluh kesah.  Perhatikan reaksi Musa... Musa tidak terpengaruh oleh sungut-sungut umat Israel dan tidak menyerah pada keadaan yang ada, tapi ia membuat keputusan yang tepat yaitu berseru-seru kepada Tuhan.  Ada tertulis:  "Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui."  (Yeremia 33:3).

     Tuhan menggenapi janji firman-Nya kepada setiap orang yang sungguh-sungguh berseru kepada-Nya, Ia memberikan jalan keluar yaitu menunjukkan sepotong kayu.  "Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis."  (ayat nas).  Mujizat terjadi!  Air pahit itu menjadi manis sehingga orang-orang Israel dapat meminumnya.  Manis adalah sesuatu yang berasa seperti gula, madu, menyenangkan dan indah.  Kayu yang dipakai Musa untuk mengubah air yang pahit menjadi manis melambangkan tentang salib Kristus, yang sekitar lebih 2000 tahun lampau tegak berdiri di Golgota.  Salib Kristus adalah solusi untuk semua permasalahan yang dihadapi oleh manusia, termasuk masalah terbesarnya yaitu dosa!

     Sesungguhnya Tuhan tahu persis kalau air di Mara itu pahit rasanya, tetapi Ia hendak menguji iman dan respons mereka ketika menghadapi tantangan:  apakah mereka tetap percaya kepada Tuhan dan mengandalkan-Nya, sebab di balik tantangan yang besar ada berkat besar pula yang telah Tuhan sediakan:  "Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma,"  (Keluaran 15:27).

Selalu ada rencana Tuhan yang indah di balik tantangan besar yang kita hadapi!