Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 April 2017
Baca: Matius 13:44-46
"Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu." Matius 13:46
Semua orang pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai dalam hidupnya: ada yang ingin menjadi kaya atau hidup berkecukupan, berhasil dalam studi, bisnis lancar, atau menempati jabatan atau posisi penting di sebuah instansi, dan masih banyak lagi. Untuk mencapai tujuan itu orang berjuang dan berusaha sedemikian rupa karena tahu bahwa hasil yang akan diperoleh ditentukan oleh usaha dan kerja keras yang dilakukan. Semakin giat orang berusaha semakin dekat kepada tujuan!
Sibuk mengejar perkara-perkara jasmani atau duniawi adalah sah-sah saja asalkan kita tidak melupakan perkara-perkara rohani yang tentunya jauh lebih berharga dan mulia. Karena itu harus ada keseimbangan di antara keduanya! Jangan sampai kita hanya bersemangat untuk mencari harta kekayaan duniawi yang hanya berlaku untuk kelangsungan hidup di dunia yang sifatnya sementara saja, sedangkan upaya untuk mencari harta terpendam (perkara rohani) kita tak punya gairah untuk melakukannya. Firman Tuhan sudah memperingatkan, "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Kerajaan Allah dan kebenarannya merupakan harta yang tak ternilai harganya yang patut diingini melebihi segala sesuatu yang ada di dunia ini. Kerajaan Allah dan kebenarannya hanya dapat kita peroleh jika kita mau membayar harga yaitu mengorbankan segala sesuatu yang dapat menghalangi kita untuk memilikinya, sepertinya dalam perumpamaan ini: "Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu." (Matius 13:44b). Kata menjual seluruh miliknya berarti mengalihkan perhatian dengan segenap hati dari segala perkara yang lain, fokus dan memusatkan seluruh hidup kepada "...perkara yang di atas, di mana Kristus ada," (Kolose 3:1).
Apa yang menjadi fokus hidup Saudara saat ini? Harta yang terpendam atau mutiara yang berharga atau hal Kerajaan Allah dan kebenarannya adalah berbicara tentang takut akan Tuhan dan hikmat dari Tuhan untuk mengenal Dia lebih lagi.
"Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus
telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga." Efesus 1:3
Saturday, April 22, 2017
Friday, April 21, 2017
KELEDAI: Lambang Kerendahan Hati
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 April 2017
Baca: Matius 21:1-11
"Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: 'Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!'" Matius 21:9
Keledai memiliki nama latin Equus africanus asinus dan termasuk keluarga Equidae atau kuda, tubuhnya lebih kecil, serta bertelinga agak panjang. Meski kecil keledai memiliki tenaga yang cukup kuat dengan pergerakan kaki yang cukup lincah, tapi berperangai agak bengal. Hal ini mungkin disebabkan oleh instingnya untuk melindungi diri yang sangat kuat; namun begitu manusia sudah berhasil menaklukkannya maka si keledai akan gampang menurut. Ukuran tubuh keledai sangat bervariasi tergantung jenisnya, dengan tinggi berkisar antara 79 cm hingga 160 cm. Usia harapan hidup keledai pekerja di negara berkembang sekitar 12 hingga 15 tahun, namun keledai yang hidup di negara maju dapat hidup hingga usia 30 bahkan 50 tahun.
Penggunaan keledai sebagai hewan tunggangan atau pengangkut beban sudah lazim di kalangan bangsa Israel, di mana para penggembara miskinlah yang lebih lazim menunggang keledai. Karena itu keledai terkesan sebagai sarana angkutan bagi rakyat kalangan bawah. Namun nabi Zakharia telah menubuatkan bahwa kedatangan Sang Mesias justru dengan mengendarai seekor keledai: "Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda." (Zakharia 9:9). Ini sangat kontras sekali dengan pemimpin-pemimpin atau raja-raja dunia yang kebanyakan menunggang kuda perang sehingga menimbulkan kesan mewah, megah, gagah dan berkuasa. Tatkala memasuki kota Yerusalem Tuhan Yesus justru datang dengan mengendarai seekor keledai betina yang muda, jauh dari kesan megah dan mewah. Ini semakin menegaskan tentang prinsip kerendahan hati dan wujud kepedulian Kristus terhadap umat kalangan bawah.
Yesus Kristus rela meninggalkan kemuliaan sorgawi untuk datang ke dunia dengan satu misi yaitu membawa damai dan menyelamatkan orang-orang berdosa.
"...belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan." Matius 11:29
Baca: Matius 21:1-11
"Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: 'Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!'" Matius 21:9
Keledai memiliki nama latin Equus africanus asinus dan termasuk keluarga Equidae atau kuda, tubuhnya lebih kecil, serta bertelinga agak panjang. Meski kecil keledai memiliki tenaga yang cukup kuat dengan pergerakan kaki yang cukup lincah, tapi berperangai agak bengal. Hal ini mungkin disebabkan oleh instingnya untuk melindungi diri yang sangat kuat; namun begitu manusia sudah berhasil menaklukkannya maka si keledai akan gampang menurut. Ukuran tubuh keledai sangat bervariasi tergantung jenisnya, dengan tinggi berkisar antara 79 cm hingga 160 cm. Usia harapan hidup keledai pekerja di negara berkembang sekitar 12 hingga 15 tahun, namun keledai yang hidup di negara maju dapat hidup hingga usia 30 bahkan 50 tahun.
Penggunaan keledai sebagai hewan tunggangan atau pengangkut beban sudah lazim di kalangan bangsa Israel, di mana para penggembara miskinlah yang lebih lazim menunggang keledai. Karena itu keledai terkesan sebagai sarana angkutan bagi rakyat kalangan bawah. Namun nabi Zakharia telah menubuatkan bahwa kedatangan Sang Mesias justru dengan mengendarai seekor keledai: "Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda." (Zakharia 9:9). Ini sangat kontras sekali dengan pemimpin-pemimpin atau raja-raja dunia yang kebanyakan menunggang kuda perang sehingga menimbulkan kesan mewah, megah, gagah dan berkuasa. Tatkala memasuki kota Yerusalem Tuhan Yesus justru datang dengan mengendarai seekor keledai betina yang muda, jauh dari kesan megah dan mewah. Ini semakin menegaskan tentang prinsip kerendahan hati dan wujud kepedulian Kristus terhadap umat kalangan bawah.
Yesus Kristus rela meninggalkan kemuliaan sorgawi untuk datang ke dunia dengan satu misi yaitu membawa damai dan menyelamatkan orang-orang berdosa.
"...belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan." Matius 11:29
Subscribe to:
Posts (Atom)