Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 April 2017
Baca: Obaja 1:1-16
"Sekalipun engkau terbang tinggi seperti burung rajawali, bahkan,
sekalipun sarangmu ditempatkan di antara bintang-bintang, dari sanapun
Aku akan menurunkan engkau, --demikianlah firman TUHAN." Obaja 1:4
Punya materi, sukses dan berkedudukan tinggi (berpangkat) seringkali menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk berubah sikap, yang dulunya rendah hati kini mulai membangga-banggakan diri dan menjadi angkuh.
Di zaman sekarang ini roh keangkuhan sedang melanda banyak orang. Angkuh adalah sifat suka meninggikan diri dan memandang rendah orang lain, tinggi hati, sombong atau congkak. Tragisnya banyak anak Tuhan dan bahkan para pelayan Tuhan yang juga terbawa oleh arus dunia ini, yaitu bersikap angkuh. Terlebih-lebih mereka yang secara kasat mata pelayanannya tampak berhasil, pelayanannya semakin padat, mulai diundang sana-sini dan semakin dikenal banyak orang, cepat sekali berubah sikap, dada mulai dibusungkan, dan berlaku angkuh. Mereka berkata, "Kalau bukan aku yang mendoakan, sakitnya tak dapat sembuh. Kalau bukan aku yang mendanai, gereja itu pasti tidak akan berkembang. Orang itu bertobat karena aku yang melayani dia." Saudaraku, tidak semestinya kita berkata demikian! Berhati-hatilah! "Keangkuhan hatimu telah memperdayakan engkau," (ayat 3), dan "Jika malam-malam pencuri atau perampok datang kepadamu--betapa engkau
dibinasakannya--bukankah mereka akan mencuri seberapa yang
diperlukannya?" (ayat 5).
Belajarlah kepada Daud yang sadar betul bahwa semua pencapaian dalam hidupnya itu datangnya dari Tuhan, sebab: "...punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan
keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN,
punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi
segala-galanya sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang
berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan;
dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya." (1 Tawarikh 29:11-12).
"TUHAN menjaga orang-orang yang setiawan, tetapi orang-orang yang berbuat congkak diganjar-Nya dengan tidak tanggung-tanggung." Mazmur 31:24
Tuesday, April 11, 2017
Monday, April 10, 2017
MUSUH TAK TERDUGA DATANGNYA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 April 2017
Baca: 1 Samuel 23:1-13
"Bersiaplah, pergilah ke Kehila, sebab Aku akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tanganmu." 1 Samuel 23:4
Perjalanan hidup setiap orang tak pernah luput dari masalah, entah itu berupa sakit-penyakit, krisis keuangan, musibah atau bahkan musuh-musuh yang sewaktu-waktu bisa datang tanpa bisa diprediksi. Untuk menghadapi semuanya itu kita tidak mungkin mengandalkan kekuatan diri sendiri, mutlak kita memerlukan Tuhan. Karena itu penting sekali kita membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan agar beroleh petunjuk dan tuntunan-Nya, sebab ada tertulis: "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14).
Bergaul karib dengan Tuhan berarti menjadikan doa dan perenungan firman Tuhan sebagai gaya hidup. Doa merupakan persekutuan secara roh dengan Roh Kudus dan Bapa, sedangkan firman Tuhan adalah makanan rohani yang mutlak dibutuhkan untuk menguatkan iman kita. Daud mampu mengalahkan musuh-musuhnya karena ia karib dengan Tuhan. Terbukti ia selalu meminta petunjuk dan penyertaan Tuhan sebelum melangkah atau melakukan segala sesuatu. Ketika diberitahukan bahwa "...orang Filistin berperang melawan kota Kehila dan menjarah tempat-tempat pengirikan." (1 Samuel 23:1), bertanyalah Daud kepada Tuhan: "'Apakah aku akan pergi mengalahkan orang Filistin itu?' Jawab TUHAN kepada Daud: 'Pergilah, kalahkanlah orang Filistin itu dan selamatkanlah Kehila.'" (1 Samuel 23:2). Daud pun maju berperang, dan karena campur tangan Tuhan ia berhasil mengalahkan orang Filistin dan menyelamatkan penduduk Kehila.
Penduduk Kehila bukanlah sanak saudara Daud, tetapi karena solidaritasnya terhadap bangsa itu ia rela berperang melawan orang Filistin. Apa itu solidaritas? Adalah rasa kebersamaan, rasa kesatuan kepentingan, rasa simpati, rasa setia kawan. Bagaimana respons orang-orang Kehila setelah dibantu Daud? Alih-alih mengungkapkan rasa terima kasih, mereka justru berpihak kepada Saul untuk menyingkirkan Daud. Dalam situasi ini Saul yang seharusnya membela Daud malah menyimpan niat jahat terhadap Daud, karena terbakar rasa iri hati dan dengki. Benar-benar di luar dugaan!
Tak perlu takut menghadapi musuh! Jika Tuhan di pihak kita, siapakah lawan kita?
Baca: 1 Samuel 23:1-13
"Bersiaplah, pergilah ke Kehila, sebab Aku akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tanganmu." 1 Samuel 23:4
Perjalanan hidup setiap orang tak pernah luput dari masalah, entah itu berupa sakit-penyakit, krisis keuangan, musibah atau bahkan musuh-musuh yang sewaktu-waktu bisa datang tanpa bisa diprediksi. Untuk menghadapi semuanya itu kita tidak mungkin mengandalkan kekuatan diri sendiri, mutlak kita memerlukan Tuhan. Karena itu penting sekali kita membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan agar beroleh petunjuk dan tuntunan-Nya, sebab ada tertulis: "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14).
Bergaul karib dengan Tuhan berarti menjadikan doa dan perenungan firman Tuhan sebagai gaya hidup. Doa merupakan persekutuan secara roh dengan Roh Kudus dan Bapa, sedangkan firman Tuhan adalah makanan rohani yang mutlak dibutuhkan untuk menguatkan iman kita. Daud mampu mengalahkan musuh-musuhnya karena ia karib dengan Tuhan. Terbukti ia selalu meminta petunjuk dan penyertaan Tuhan sebelum melangkah atau melakukan segala sesuatu. Ketika diberitahukan bahwa "...orang Filistin berperang melawan kota Kehila dan menjarah tempat-tempat pengirikan." (1 Samuel 23:1), bertanyalah Daud kepada Tuhan: "'Apakah aku akan pergi mengalahkan orang Filistin itu?' Jawab TUHAN kepada Daud: 'Pergilah, kalahkanlah orang Filistin itu dan selamatkanlah Kehila.'" (1 Samuel 23:2). Daud pun maju berperang, dan karena campur tangan Tuhan ia berhasil mengalahkan orang Filistin dan menyelamatkan penduduk Kehila.
Penduduk Kehila bukanlah sanak saudara Daud, tetapi karena solidaritasnya terhadap bangsa itu ia rela berperang melawan orang Filistin. Apa itu solidaritas? Adalah rasa kebersamaan, rasa kesatuan kepentingan, rasa simpati, rasa setia kawan. Bagaimana respons orang-orang Kehila setelah dibantu Daud? Alih-alih mengungkapkan rasa terima kasih, mereka justru berpihak kepada Saul untuk menyingkirkan Daud. Dalam situasi ini Saul yang seharusnya membela Daud malah menyimpan niat jahat terhadap Daud, karena terbakar rasa iri hati dan dengki. Benar-benar di luar dugaan!
Tak perlu takut menghadapi musuh! Jika Tuhan di pihak kita, siapakah lawan kita?
Subscribe to:
Posts (Atom)