Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Maret 2017
Baca: Ibrani 10:19-39
"Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita,
seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling
menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang
mendekat." Ibrani 10:25
Hidup orang percaya adalah hidup yang berbahagia, karena melalui iman percaya kepada Kristus kita beroleh kepastian keselamatan; dan karena telah beroleh anugerah keselamatan secara cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus, banyak dari kita yang akhirnya menganggap remeh keselamatan yang telah kita terima. Kita bersikap pasif, tidak berbuat sesuatu apa pun untuk meningkatkan kualitas hidup rohani kita.
Rasul Paulus menasihati, "...tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja
seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku
tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan," (Filipi 2:12-14). Melalui darah Kristus orang percaya beroleh keberanian untuk masuk ke tempat kudus, bertemu dengan Bapa di sorga. Hal itu bisa terjadi karena Kristus selaku Imam Besar telah membukakan jalan bagi kita. Namun akhir-akhir ini ada orang-orang Kristen yang justru ketekunan dan kesetiaannya dalam mengikut Tuhan menjadi kendur tatkala dihadapan pada masalah, tekanan atau penderitaan. Tapi jangan sampai hanya karena masalah atau kesesakan kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah, apalagi sampai mundur dari iman. "Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya." (Ibrani 10:35). Seorang yang setia mengikuti Tuhan pasti akan ditandai dengan kesetiaannya dalam beribadah dan giat melayani pekerjaan Tuhan, apa pun kondisinya.
Nasihat rasul Paulus kepada Timotius: "Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala
hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup
yang akan datang. Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu," (1 Timotius 4:7b, 8, 14). Kita harus ingat bahwa "...penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." (Roma 8:18).
Jangan sampai kita melepaskan iman, karena upah besar telah menanti!
Monday, March 27, 2017
Sunday, March 26, 2017
PERBUATAN BAIK SEBAGAI BUAH KESELAMATAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Maret 2017
Baca: Titus 3:1-14
"...Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus," Titus 3:5
Dunia mengajarkan sebuah prinsip bahwa kunci untuk mendapatkan keselamatan kekal adalah banyak melakukan amal kebaikan. Karena itu kita harus sering-sering menolong orang lain, memberi sedekah kepada fakir miskin dan sebagainya, di mana semua itu adalah investasi yang sifatnya kekal. Namun Alkitab menyatakan bahwa kebajikan atau perbuatan baik yang dilakukan oleh orang berdosa adalah seperti kain kotor. "Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin." (Yesaya 64:6).
Sebanyak apa pun amal dan kebaikan yang dilakukan takkan pernah mengubah status berdosa di pemandangan Allah, kecuali jika orang berdosa mau datang kepada Kristus, mengakui segala dosa-dosanya, "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9), menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, serta percaya bahwa kematian Kristus di kayu salib adalah untuk menebus dosa-dosanya, sehingga ia memiliki status baru yaitu bukan lagi sebagai seteru Allah, melainkan diangkat sebagai anak-anak Allah. Inilah yang menjadi titik tolak seseorang untuk menerima keselamatan, sebab "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Setelah diselamatkan dan hidup sebagai manusia baru, arah dan tujuan hidup manusia pun menjadi baru yaitu tertuju kepada Kristus dan tidak lagi berpusat pada diri sendiri. "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6).
Bagaimana Kristus hidup? Kehidupan Kristus senantiasa berlimpah dengan kasih dan kebajikan. Orang yang telah diselamatkan wajib untuk berbuat baik.
Perbuatan baik bukanlah sarana utama untuk mendapatkan keselamatan kekal, tapi merupakan buah dari keselamatan.
Baca: Titus 3:1-14
"...Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus," Titus 3:5
Dunia mengajarkan sebuah prinsip bahwa kunci untuk mendapatkan keselamatan kekal adalah banyak melakukan amal kebaikan. Karena itu kita harus sering-sering menolong orang lain, memberi sedekah kepada fakir miskin dan sebagainya, di mana semua itu adalah investasi yang sifatnya kekal. Namun Alkitab menyatakan bahwa kebajikan atau perbuatan baik yang dilakukan oleh orang berdosa adalah seperti kain kotor. "Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin." (Yesaya 64:6).
Sebanyak apa pun amal dan kebaikan yang dilakukan takkan pernah mengubah status berdosa di pemandangan Allah, kecuali jika orang berdosa mau datang kepada Kristus, mengakui segala dosa-dosanya, "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9), menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, serta percaya bahwa kematian Kristus di kayu salib adalah untuk menebus dosa-dosanya, sehingga ia memiliki status baru yaitu bukan lagi sebagai seteru Allah, melainkan diangkat sebagai anak-anak Allah. Inilah yang menjadi titik tolak seseorang untuk menerima keselamatan, sebab "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Setelah diselamatkan dan hidup sebagai manusia baru, arah dan tujuan hidup manusia pun menjadi baru yaitu tertuju kepada Kristus dan tidak lagi berpusat pada diri sendiri. "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6).
Bagaimana Kristus hidup? Kehidupan Kristus senantiasa berlimpah dengan kasih dan kebajikan. Orang yang telah diselamatkan wajib untuk berbuat baik.
Perbuatan baik bukanlah sarana utama untuk mendapatkan keselamatan kekal, tapi merupakan buah dari keselamatan.
Subscribe to:
Posts (Atom)