Monday, February 27, 2017

BERBAHAGIALAH ORANG YANG DIINGAT TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Februari 2017

BacaMazmur 25:1-22

"Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN."  Mazmur 25:7

Semua orang pasti berharap dirinya selalu diingat dan tidak dilupakan oleh sesamanya, seperti teman, kerabat atau saudara.  Betapa sedih dan kecewanya bila pada suatu kesempatan kita bertemu dengan teman lama, ternyata teman kita itu sudah tidak lagi mengingat kita alias lupa.  Kita patut bersyukur, sekalipun manusia bisa saja melupakan dan tidak lagi mengingat kita tapi Tuhan tak pernah melupakan kita.  "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?"  (Mazmur 8:4-5).

     Alkitab menegaskan orang benarlah yang selalu diingat oleh Tuhan,  "...orang benar itu akan diingat selama-lamanya."  (Mazmur 112:6).  Namun ada seorang penjahat yang diingat Tuhan, karena pada saat akhir perjalanan hidupnya ia merendahkan diri dan berpengharapan penuh kepada Tuhan.  Oleh karena imannya itu Ia tidak lagi memperhitungkan dosa-dosanya, sebaliknya Ia mengingat dan menyelamatkannya.  Orang itu adalah salah seorang penjahat yang disalibkan bersama Tuhan Yesus.  Ketika penjahat lain menghujat-Nya,  "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!"  (Lukas 23:39), tetapi penjahat yang satunya justru berkata,  "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."  (Lukas 23:42).  Ketika Tuhan Yesus dalam keadaan tak berdaya, masih tergantung di atas kayu salib, penjahat ini percaya bahwa Dia adalah Raja.  Karena imannya berkatalah Tuhan Yesus kepadanya,  "...sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."  (Lukas 23:43).

     Walaupun tadinya penjahat itu sama seperti penjahat lain di sebelah Tuhan Yesus, namun ia telah membuat keputusan penting dalam hidupnya yaitu bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pada saat ia masih berada di atas kayu salib.  Ia menerima Tuhan Yesus sebagai Raja sebelum ia mati.

Kehidupan di masa lalu tak menentukan keselamatan:  asal kita mau bertobat, langkah terakhir dari hidup ini yang menentukan!

Sunday, February 26, 2017

PILIHAN ADA PADA MANUSIA SENDIRI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Februari 2017

BacaWahyu 3:14-22

"Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku."  Wahyu 3:20

Orang bertanya-tanya, jika Tuhan itu berkuasa mengapa Dia seolah-olah membiarkan sakit-penyakit dan kesusahan menimpa semua orang?  Mengapa Ia tidak langsung menyembuhkan atau memberkati?  Tentu saja Tuhan itu Mahakuasa, tetapi Dia hanya akan mengerjakan sesuatu dalam diri seseorang ketika orang itu mengijinkan Dia bekerja.  Ada orang yang berbantah lagi,  "Kalau Tuhan berkuasa, tentunya Ia dapat melakukan segala sesuatu menurut kehendak-Nya sendiri!"  Dalam sekejap mata Tuhan pasti sanggup untuk menyembuhkan, memberkati, menolong dan menyelamatkan setiap orang yang berdosa tanpa melalui proses pertobatan.

     Tuhan tak ingin manusia ciptaan-Nya itu seperti robot yang dapat dijadikan apa saja.  Sesungguhnya Tuhan dapat saja memaksa setiap orang untuk bertobat dan menerima-Nya sebagai Juruselamat dalam hidupnya.  Tetapi Tuhan memberikan kepada setiap manusia free will  (kehendak bebas), sehingga manusia mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri.  Manusia dapat memilih untuk menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidupnya, atau sebaliknya mereka melakukan seperti orang dunia lakukan saat ini yaitu membenci, menghujat dan menolak Yesus Kristus.  Tuhan Yesus hanya berdiri di depan pintu hati setiap orang dan mengetuk.  Jika kita mendengar suara-Nya dan membukakan pintu hati bagi-Nya, Dia kan masuk ke dalam kehidupan kita.  Jadi Tuhan tak pernah memaksa kita, walaupun sesungguhnya Ia begitu ingin semua orang mendapatkan keselamatan kekal melalui iman percaya kepada-Nya,  "...tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat."  (2 Petrus 3:9).

     Bahkan setelah seseorang bertobat dan lahir baru ia juga tak kehilangan kehendak bebasnya untuk memilih taat kepada firman atau tidak taat.  Yang harus disadari adalah, bahwa  "...ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal,"  (Ibrani 2:2), sebaliknya kalau kita mau taat maka berkatlah yang menjadi bagian hidup kita.

"...barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran;"  Wahyu 22:11