Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Februari 2017
Baca: 2 Korintus 5:1-10
"Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya
setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang
dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat." 2 Korintus 5:10
Banyak orang berpikir bahwa hidup di dunia ini hanya satu kali saja, lalu mati dan tamat. Karena itu ada orang berprinsip: "Selagi masih hidup mari kita bersenang-senang dan melakukan apa saja yang kita mau." Ingatlah bahwa kematian itu bukan akhir dari segalanya, justru menjadi awal dari kehidupan yang sesungguhnya. "Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi," (Ibrani 9:27). Manusia lupa bahwa ada penghakiman setelah kematian!
Rasul Yohanes mendapat penglihatan, "Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan
takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain,
yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan
mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu." (Wahyu 20:12). Apa pun yang diperbuat manusia selama hidup di dunia pada saatnya harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Sesungguhnya Tuhan tidak senang menghukum manusia karena itu Ia mengutus hamba-hamba-Nya untuk memberitakan Injil ke penjuru bumi bahwa "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6), dan "...keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab
di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada
manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12). Sungguh teramat disayangkan banyak orang menolak mentah-mentah berita tentang salib, "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa," (1 Korintus 1:18).
Hidup ini sungguh teramat singkat, tak lebih dari sebuah persinggahan sementara. "...jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah
menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat
kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia." (2 Korintus 5:1). Karena itu waktu yang terbatas ini mari kita pergunakan sebaik mungkin untuk mempersiapkan diri sebelum kematian menjemput!
Buat keputusan mulai sekarang, sebab penyesalan di kemudian hari tiada guna.
Saturday, February 25, 2017
Friday, February 24, 2017
BERSEDIA MEMIKUL SALIB
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Februari 2017
Baca: Lukas 14:25-35
"Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku." Lukas 14:27
Dunia ini dipenuhi dengan ketidakadilan, penyimpangan, kekerasan dan hidup yang mementingkan diri sendiri. Manusia lebih memilih berjalan menurut kehendaknya sendiri, tidak lagi peduli apakah itu sesat dan merugikan orang lain. Ketika dihadapkan pada fenomena ini, haruskah orang percaya mengikuti jejak orang dunia dengan pola hidupnya yang bertentangan dengan kebenaran, ataukah tetap teguh meneladani Kristus hidup?
Tuhan Yesus berkata, "Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga." (Matius 16:19a), namun 'kunci' itu tidak Ia berikan kepada semua orang, hanya kepada mereka yang bersedia untuk membayar harga yaitu memikul salib dan mengikut Dia. Memikul salib berarti bersedia untuk menyangkal diri sendiri. Itu tidak mudah, karena kehendak dan kemauan kita cenderung berlawanan dengan kehendak Tuhan. Kehendak dan kemauan kita adalah melakukan apa yang menyenangkan daging, "Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging;" (Roma 8:5). Untuk layak disebut murid Tuhan tidak ada jalan lain selain harus melawan keinginan daging. Sakit memang! Namun rasa sakit itu tidak sebanding dengan penderitaan Tuhan Yesus yang sudah memikul salib-Nya, dan salib yang dipikul-Nya adalah masalah terberat yang dihadapi oleh seluruh umat manusia yaitu dosa, dan "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita." (Matius 8:17), bahkan Ia rela mencucurkan darah-Nya dan mati bagi kita di kayu salib. Jadi salib yang harus kita pikul setiap hari sesungguhnya tidak sebanding dengan kemenangan yang Tuhan berikan.
Memikul salib juga berarti rela menderita karena kebenaran. Tuhan Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu." (Matius 5:10-12).
"Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." Galatia 5:24
Baca: Lukas 14:25-35
"Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku." Lukas 14:27
Dunia ini dipenuhi dengan ketidakadilan, penyimpangan, kekerasan dan hidup yang mementingkan diri sendiri. Manusia lebih memilih berjalan menurut kehendaknya sendiri, tidak lagi peduli apakah itu sesat dan merugikan orang lain. Ketika dihadapkan pada fenomena ini, haruskah orang percaya mengikuti jejak orang dunia dengan pola hidupnya yang bertentangan dengan kebenaran, ataukah tetap teguh meneladani Kristus hidup?
Tuhan Yesus berkata, "Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga." (Matius 16:19a), namun 'kunci' itu tidak Ia berikan kepada semua orang, hanya kepada mereka yang bersedia untuk membayar harga yaitu memikul salib dan mengikut Dia. Memikul salib berarti bersedia untuk menyangkal diri sendiri. Itu tidak mudah, karena kehendak dan kemauan kita cenderung berlawanan dengan kehendak Tuhan. Kehendak dan kemauan kita adalah melakukan apa yang menyenangkan daging, "Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging;" (Roma 8:5). Untuk layak disebut murid Tuhan tidak ada jalan lain selain harus melawan keinginan daging. Sakit memang! Namun rasa sakit itu tidak sebanding dengan penderitaan Tuhan Yesus yang sudah memikul salib-Nya, dan salib yang dipikul-Nya adalah masalah terberat yang dihadapi oleh seluruh umat manusia yaitu dosa, dan "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita." (Matius 8:17), bahkan Ia rela mencucurkan darah-Nya dan mati bagi kita di kayu salib. Jadi salib yang harus kita pikul setiap hari sesungguhnya tidak sebanding dengan kemenangan yang Tuhan berikan.
Memikul salib juga berarti rela menderita karena kebenaran. Tuhan Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu." (Matius 5:10-12).
"Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." Galatia 5:24
Subscribe to:
Posts (Atom)