Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Februari 2017
Baca: 1 Petrus 1:13-25
"Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran,
sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas,
hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap
hatimu." 1 Petrus 1:22
Dunia ini sedang menuju kepada kehancuran, dan salah satu tandanya adalah semakin merosotnya moral manusia. Alkitab sudah menyatakannya: "Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka
akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah,
mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih,
tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah." (2 Timotius 3:2-4).
Namun ini justru jadi kesempatan indah bagi orang percaya untuk mendemonstrasikan kasih kepada semua orang, tanpa terkecuali. Mengapa? Karena kita adalah anak-anak Allah, yang sudah seharusnya mewarisi sifat Allah yaitu kasih, sebab "Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia." (1 Yohanes 4:16b). Tetapi kenyataannya, terhadap saudara seiman, rekan satu gereja, sesama hamba Tuhan, masih saja kita berselisih, saling iri hati, saling benci, saling menjatuhkan, karena persaingan dalam pelayanan...
Kerinduannya yang besar terhadap hal-hal rohani mengantarkan Andreas bertemu dengan sang Mesias, Yesus Kristus, sementara saudaranya (Petrus) lebih disibukkan dengan pekerjaannya sebagai nelayan. Lalu Andreas berkesempatan membawa saudaranya ini kepada Yesus, dan ketika bertemu Petrus berbicaralah Ia: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)." (Yohanes 1:42), dan "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga." (Matius 16:18-19). Yesus justru berbicara banyak dan punya rencana besar bagi kehidupan Petrus, bukan Andreas. Meski demikian Andreas tidak iri hati atau cemburu.
Selama masih ada perselisihan atau iri hati berarti kita belum mengasihi dengan sungguh!
Friday, February 17, 2017
Thursday, February 16, 2017
KASIH SEJATI SEORANG SAHABAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Februari 2017
Baca: 1 Samuel 18:1-5
"Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri." 1 Samuel 18:3
Tak seorang pun dapat menjalani hidup di dunia ini sendirian, melainkan selalu membutuhkan orang lain, terlebih yang bisa menjadi tempat berbagi rasa di segala situasi (suka dan duka); dan orang yang bisa berbagi rasa di segala situasi bukanlah teman biasa, tapi adalah sahabat. Semua orang mengakui bahwa untuk memiliki banyak teman itu bukanlah perkara sulit, tapi untuk memiliki seorang sahabat saja tak semudah membalikkan telapak tangan. "Menjadi seorang teman adalah mudah, tapi persahabatan adalah buah yang lama berbuah." (Aristoteles).
Kehadiran seorang sahabat dalam hidup laksana lilin kecil di tengah kegelapan, ibarat mercusuar di tengah lautan lepas. Bersyukurlah jika di zaman yang 'gersang' kasih seperti ini kita masih memiliki seorang sahabat! Hubungan antara Yonatan dan Daud adalah contoh ideal persahabatan sejati antara dua orang yang saling mengasihi satu sama lain. "...berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri." (ayat 1), bahkan kasih mereka melebihi kasih dari saudara kandung. "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17). Bukti kasih dan kesetiaan Yonatan terhadap Daud adalah ketika raja Saul (ayahnya) mencoba untuk membunuh Daud, ia tetap berpihak kepada yang benar dan tetap mengasihi Daud, walaupun tindakannya ini mengandung resiko harus kehilangan hak atas tahtanya yang semestinya menjadi haknya kelak. Inilah ciri utama seorang sahabat sejati yaitu rela berkorban. Persahabatan dan kesetiaan Yonatan kepada Daud justru semakin menunjang dan memberi peluang bagi Daud untuk memperoleh tahata kerajaan yang seharusnya akan jatuh pada Yonatan.
Sulit menemukan seorang sahabat sejati seperti Yonatan di zaman sekarang! Yang ada sekarang adalah 'kasih' yang disertai dengan tendensi dan juga pengkhianatan demi kepentingan diri sendiri: teman tega 'menusuk' dari belakang, ada pula saudara kandung yang saling berkhianat oleh karena memperebutkan harta atau warisan.
"Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara." Amsal 18:24
Baca: 1 Samuel 18:1-5
"Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri." 1 Samuel 18:3
Tak seorang pun dapat menjalani hidup di dunia ini sendirian, melainkan selalu membutuhkan orang lain, terlebih yang bisa menjadi tempat berbagi rasa di segala situasi (suka dan duka); dan orang yang bisa berbagi rasa di segala situasi bukanlah teman biasa, tapi adalah sahabat. Semua orang mengakui bahwa untuk memiliki banyak teman itu bukanlah perkara sulit, tapi untuk memiliki seorang sahabat saja tak semudah membalikkan telapak tangan. "Menjadi seorang teman adalah mudah, tapi persahabatan adalah buah yang lama berbuah." (Aristoteles).
Kehadiran seorang sahabat dalam hidup laksana lilin kecil di tengah kegelapan, ibarat mercusuar di tengah lautan lepas. Bersyukurlah jika di zaman yang 'gersang' kasih seperti ini kita masih memiliki seorang sahabat! Hubungan antara Yonatan dan Daud adalah contoh ideal persahabatan sejati antara dua orang yang saling mengasihi satu sama lain. "...berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri." (ayat 1), bahkan kasih mereka melebihi kasih dari saudara kandung. "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17). Bukti kasih dan kesetiaan Yonatan terhadap Daud adalah ketika raja Saul (ayahnya) mencoba untuk membunuh Daud, ia tetap berpihak kepada yang benar dan tetap mengasihi Daud, walaupun tindakannya ini mengandung resiko harus kehilangan hak atas tahtanya yang semestinya menjadi haknya kelak. Inilah ciri utama seorang sahabat sejati yaitu rela berkorban. Persahabatan dan kesetiaan Yonatan kepada Daud justru semakin menunjang dan memberi peluang bagi Daud untuk memperoleh tahata kerajaan yang seharusnya akan jatuh pada Yonatan.
Sulit menemukan seorang sahabat sejati seperti Yonatan di zaman sekarang! Yang ada sekarang adalah 'kasih' yang disertai dengan tendensi dan juga pengkhianatan demi kepentingan diri sendiri: teman tega 'menusuk' dari belakang, ada pula saudara kandung yang saling berkhianat oleh karena memperebutkan harta atau warisan.
"Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara." Amsal 18:24
Subscribe to:
Posts (Atom)