Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Februari 2017
Baca: Yehezkiel 18:1-32
"Bertobatlah dan berpalinglah dari segala durhakamu, supaya itu jangan
bagimu menjadi batu sandungan, yang menjatuhkan kamu ke dalam kesalahan." Yehezkiel 18:30
Alkitab menyatakan bahwa semua manusia sudah berdosa, tidak ada seorang pun yang benar, karena telah menyimpang dari kebenaran dan hidup menurut jalannya sendiri. Keberadaan manusia berdosa ini seperti domba yang tersesat seperti ungkapan pemazmur: "Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini," (Mazmur 119:176); dan "...upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:23). Agar manusia selamat dan luput dari murka Tuhan, satu-satunya jalan adalah bertobat dari jalan-jalannya yang sesat dan berbalik kepada Tuhan. Jadi pertobatan adalah langkah awal yang harus dilakukan orang berdosa untuk menerima keselamatan dari Tuhan.
Secara umum arti kata bertobat adalah berhenti berbuat dosa dan tunduk kepada kehendak Tuhan. Demikianlah firman Tuhan melalui nabi Yehezkiel, "Buangkanlah dari padamu segala durhaka yang kamu buat terhadap Aku dan
perbaharuilah hatimu dan rohmu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum
Israel?" (Yehezkiel 18:31). Artinya jalan lama harus ditinggalkan, segala perbuatan dan kebiasaan hidup yang lama harus dibuang, lalu mulailah menempuh jalan hidup yang baru, sebab "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Bagaimana pertobatan bisa terjadi? Nabi Yoel berkata, "...berbaliklahh kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh. Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN,
Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah
kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya." (Yoel 2:12-13)
Setelah mendengar khotbah Petrus di hari Pentakosta, orang-orang di Yerusalem tertempelak hidupnya, mereka pun menyesal atas dosa-dosa yang telah diperbuatnya, lalu membuat keputusan untuk dibaptis, serta percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Pada hari itu ada 3000 orang bertobat dan diselamatkan!
Jangan lagi hidup sembrono, karena "Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" Markus 1:15
Monday, February 13, 2017
Sunday, February 12, 2017
SEMAKIN PEKA AKAN SUARA TUHAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Februari 2017
Baca: Yesaya 50:4-11
"Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid." Yesaya 50:4b
Melalui perjalanan hidup Samuel ini, kita bisa belajar bahwa langkah kesetiaan kepada Tuhan itu selalu diawali dari hal-hal yang kecil. Kalau kita setia dalam perkara yang kecil Tuhan akan mempercayakan kepada kita hal-hal yang jauh lebih besar, "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar." (Lukas 16:10). Pertumbuhan rohani Samuel ini akhirnya menjadi suatu kesaksian yang baik bagi seluruh umat Israel, "Maka tahulah seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba, bahwa kepada Samuel telah dipercayakan jabatan nabi TUHAN." (1 Samuel 3:20). Samuel pun dipercaya Tuhan untuk melakukan berbagai tugas pelayanan: hakim, nabi, penasihat dan orang yang mempersiapkan raja untuk Israel.
Dalam kapasitasnya sebagai pemimpin rohani menggantikan imam Eli dengan otoritas dari Tuhan, Samuel berhasil mempersatukan bangsa Israel yang tercerai-berai karena terpukul oleh bangsa Filistin (1 Samuel 7:3). Keberhasilan pelayanan Samuel adalah dampak dari kepekaannya dalam mendengar suara Tuhan. Saudara rindu dipercaya Tuhan untuk perkara-perkara besar? Pertajam pendengaran Saudara untuk mendengar suara Tuhan seperti seorang murid yang dengar-dengaran akan suara gurunya, dan seperti domba yang peka akan suara gembalanya. Tuhan Yesus berkata, "Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku," (Yohanes 10:27). Domba-domba Kristus sejati pasti mengenal dengan baik suara gembalanya karena memiliki persekutuan yang karib. Kristus adalah Gembala Agung kita, karena itu harus senantiasa mendengar suara-Nya dan taat kepada-Nya.
Tanpa memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan (seperti Daniel: "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11)), membaca dan merenungkan firman Tuhan, mustahil kita dapat mendengar suara Tuhan.
"setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata," Yakobus 1:19
Baca: Yesaya 50:4-11
"Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid." Yesaya 50:4b
Melalui perjalanan hidup Samuel ini, kita bisa belajar bahwa langkah kesetiaan kepada Tuhan itu selalu diawali dari hal-hal yang kecil. Kalau kita setia dalam perkara yang kecil Tuhan akan mempercayakan kepada kita hal-hal yang jauh lebih besar, "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar." (Lukas 16:10). Pertumbuhan rohani Samuel ini akhirnya menjadi suatu kesaksian yang baik bagi seluruh umat Israel, "Maka tahulah seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba, bahwa kepada Samuel telah dipercayakan jabatan nabi TUHAN." (1 Samuel 3:20). Samuel pun dipercaya Tuhan untuk melakukan berbagai tugas pelayanan: hakim, nabi, penasihat dan orang yang mempersiapkan raja untuk Israel.
Dalam kapasitasnya sebagai pemimpin rohani menggantikan imam Eli dengan otoritas dari Tuhan, Samuel berhasil mempersatukan bangsa Israel yang tercerai-berai karena terpukul oleh bangsa Filistin (1 Samuel 7:3). Keberhasilan pelayanan Samuel adalah dampak dari kepekaannya dalam mendengar suara Tuhan. Saudara rindu dipercaya Tuhan untuk perkara-perkara besar? Pertajam pendengaran Saudara untuk mendengar suara Tuhan seperti seorang murid yang dengar-dengaran akan suara gurunya, dan seperti domba yang peka akan suara gembalanya. Tuhan Yesus berkata, "Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku," (Yohanes 10:27). Domba-domba Kristus sejati pasti mengenal dengan baik suara gembalanya karena memiliki persekutuan yang karib. Kristus adalah Gembala Agung kita, karena itu harus senantiasa mendengar suara-Nya dan taat kepada-Nya.
Tanpa memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan (seperti Daniel: "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11)), membaca dan merenungkan firman Tuhan, mustahil kita dapat mendengar suara Tuhan.
"setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata," Yakobus 1:19
Subscribe to:
Posts (Atom)