Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Februari 2017
Baca: Mazmur 95:1-11
"Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita." Mazmur 95:6
Penyembahan adalah ungkapan penghormatan atas kebesaran, keagungan dan kekudusan Tuhan. Kita perlu menghormati hadirat Tuhan dengan jalan menyembah-Nya bukan lewat kata-kata saja, tetapi juga melalui sikap tubuh kita: bersujud, tersungkur, berlutut sebagai tanda merendahkan diri dan ketidaklayakan kita di hadapan-Nya. Penyembahan adalah bentuk pujian yang tertinggi! Secara umum kita bergerak mulai dari puji-pujian dan kemudian menuju kepada penyembahan. Kata penyembahan berasal dari kata Inggris kuno worship, bermakna: meninggikan kelayakan dan untuk memberikan tanggapan yang benar kepada yang layak mendapatkannya.
Ketika seseorang dipenuhi oleh hadirat dan kemuliaan Tuhan, secara spontan ia akan berlutut dan sujud menyembah di hadapan Tuhan (ayat nas). Ini adalah tanda dari rasa hormat. Jatuh tersungkur di hadapan seseorang tanda penghormatan yang paling dalam. Namun perhatikan ini: pada waktu menyembah Tuhan jangan melakukannya hanya karena kebiasaan atau suatu kewajiban, sebab kalau kita hanya sekedar menyembah dengan kata-kata yang dihafalkan, atau asal bunyi, maka penyembahan kita tidak akan berkenan kepada Tuhan dan tidak mendatangkan faedah apa-apa. Apalagi kalau kita sendiri tidak hidup dalam kebenaran dan kekudusan, Tuhan justru akan memalingkan wajah-Nya saat mendengar penyembahan kita. "...penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." (Yohanes 4:23-24). Menyembah Tuhan dalam roh hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang sudah mengalami kelahiran baru yaitu mereka yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan kemudian bertobat. Menyembah dalam kebenaran artinya kristus adalah kebenaran itu sendiri, yang dimaknai bahwa penyembahan hanya ditujukan kepada Kristus, dan sesuai dengan kehendak-Nya, bukan menurut kehendak sendiri.
"Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi!" Mazmur 96:9
Sunday, February 5, 2017
Saturday, February 4, 2017
KEKRISTENAN NORMAL: Suka Memuji Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Februari 2017
Baca: Mazmur 47:1-10
"Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!" Mazmur 47:2
Pujian kepada Tuhan adalah bagian yang tak terpisahkan dari iman Kristiani. Jika ada orang Kristen yang tidak suka memuji Tuhan berarti kehidupan rohaninya tidak normal. Sejak dari awal penciptaan Tuhan telah mendesain kita untuk menjadi umat pemuji dan penyembah. Satu alasan pokok yang mengharuskan kita memuji Tuhan adalah karena Tuhan bertahta di atas pujian umat-Nya, "...Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel." (Mazmur 22:4). Selaras dengan hal itu maka menghampiri Tuhan harus melalui puji-pujian, karena Dia adalah penguasa tertinggi, Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan, yang patut dan berhak menerima pujian dari umat-Nya dan seharusnya memuji Tuhan adalah suatu kesukaan bagi kita.
Apa itu pujian? Pujian adalah ungkapan hati yang berlimpah dengan syukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya, kebaikan-Nya, anugerah-Nya, pertolongan-Nya, kemenangan-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib. Berkenaan dengan kata memuji berarti kita memperkatakan dengan baik untuk mengungkapkan selamat, memberi applaus, untuk meninggikan. Oleh karena itu pada saat memuji Tuhan kita harus benar-benar mengerti dan meresapi setiap kata yang kita nyanyikan, sebab kalau tidak, kita akan cenderung memuji dengan bibir saja, padahal hati kita jauh dari Tuhan seperti nubuat Yesaya: "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku," (Markus 7:6-7).
Dengan demikian pada saat memuji Tuhan hati kita harus benar-benar terbebas dari hal-hal yang jahat. Selain itu sikap tubuh kita pun juga turut menentukan, maka dari itu kita tidak bisa memuji Tuhan dengan sikap tubuh yang asal-asalan karena kita sedang menghadap Tuhan. Ingat, pujian adalah ekspresi yang keluar dari perasaan terima kasih...maka pujian tidak akan menjadi pujian jika tidak diekspresikan ke luar. Salah satu hal yang paling sederhana dan alami untuk merespons karya Tuhan dalam hidup ini adalah melalui nyanyian, suatu ekspresi spontan dari perasaan sukacita karena Tuhan. Daud berkata, "Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau," (Mazmur 119:64).
Bagaimana dengan Saudara? Sudahkah pujian keluar dari mulut kita setiap hari?
Baca: Mazmur 47:1-10
"Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!" Mazmur 47:2
Pujian kepada Tuhan adalah bagian yang tak terpisahkan dari iman Kristiani. Jika ada orang Kristen yang tidak suka memuji Tuhan berarti kehidupan rohaninya tidak normal. Sejak dari awal penciptaan Tuhan telah mendesain kita untuk menjadi umat pemuji dan penyembah. Satu alasan pokok yang mengharuskan kita memuji Tuhan adalah karena Tuhan bertahta di atas pujian umat-Nya, "...Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel." (Mazmur 22:4). Selaras dengan hal itu maka menghampiri Tuhan harus melalui puji-pujian, karena Dia adalah penguasa tertinggi, Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan, yang patut dan berhak menerima pujian dari umat-Nya dan seharusnya memuji Tuhan adalah suatu kesukaan bagi kita.
Apa itu pujian? Pujian adalah ungkapan hati yang berlimpah dengan syukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya, kebaikan-Nya, anugerah-Nya, pertolongan-Nya, kemenangan-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib. Berkenaan dengan kata memuji berarti kita memperkatakan dengan baik untuk mengungkapkan selamat, memberi applaus, untuk meninggikan. Oleh karena itu pada saat memuji Tuhan kita harus benar-benar mengerti dan meresapi setiap kata yang kita nyanyikan, sebab kalau tidak, kita akan cenderung memuji dengan bibir saja, padahal hati kita jauh dari Tuhan seperti nubuat Yesaya: "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku," (Markus 7:6-7).
Dengan demikian pada saat memuji Tuhan hati kita harus benar-benar terbebas dari hal-hal yang jahat. Selain itu sikap tubuh kita pun juga turut menentukan, maka dari itu kita tidak bisa memuji Tuhan dengan sikap tubuh yang asal-asalan karena kita sedang menghadap Tuhan. Ingat, pujian adalah ekspresi yang keluar dari perasaan terima kasih...maka pujian tidak akan menjadi pujian jika tidak diekspresikan ke luar. Salah satu hal yang paling sederhana dan alami untuk merespons karya Tuhan dalam hidup ini adalah melalui nyanyian, suatu ekspresi spontan dari perasaan sukacita karena Tuhan. Daud berkata, "Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau," (Mazmur 119:64).
Bagaimana dengan Saudara? Sudahkah pujian keluar dari mulut kita setiap hari?
Subscribe to:
Posts (Atom)